Ini Alasan Mengapa Tak Mudah Mengejar Target Penerimaan Bea Cukai di Tahun Ini

Kamis, 04 Juli 2019 | 08:03 WIB
Ini Alasan Mengapa Tak Mudah Mengejar Target Penerimaan Bea Cukai di Tahun Ini
[]
Reporter: Adinda Ade Mustami, Yusuf Imam Santoso | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktorat Jenderal (Ditjen) Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (Kemkeu) mencatat, realisasi penerimaan bea dan cukai hingga 2 Juli lalu mencapai Rp 87,6 triliun atau setara 41,9% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2019.

Meski belum memenuhi separuh target tahun ini, hasil itu lebih baik dari tahun lalu. Sebagai perbandingan, berdasarkan data Kemkeu, realisasi penerimaan bea dan cukai pada semester I-2018 mencapai sebesar Rp 71,95 triliun. Nilai ini setara 37,07% dari target dalam APBN 2018.

Direktur Jenderal (Dirjen) Bea dan Cukai Heru Pambudi mengungkapkan, hingga 2 Juli 2019, penerimaan cukai hasil tembakau (CHT) senilai sekitar Rp 65,4 triliun. Adapun pemasukan dari cukai minuman mengandung etil alkohol (MMEA) Rp 2,8 triliun. Adapun realisasi penerimaan bea masuk mencapai Rp 17,6 triliun, dan pendapatan bea keluar mencapai Rp 1,65 triliun.

Sebagai gambaran, target penerimaan bea dan cukai tahun 2019 sebesar Rp 208,8 triliun. Dengan demikian, pemerintah masih harus mengejar Rp 121,2 triliun lagi untuk memenuhi target tahun ini.

Bukan perkara mudah memenuhi kekurangan target tersebut. Sebab, realisasi penerimaan cukai tergantung pada permintaan cukai. Maklum, tahun ini tidak ada kenaikan tarif CHT.

Selain itu, pengenaan cukai plastik juga belum jelas. Sekalipun berlaku tahun ini, kebijakan tersebut hanya menyumbang penerimaan negara sebesar Rp 500 miliar atau sekitar 0,3% dari target penerimaan cukai sebesar Rp 165,5 triliun.

Dari sisi penerimaan bea keluar, pemerintah juga mempunyai tantangan baru akibat kelesuan bisnis yang dihadapi PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara. Padahal selama ini ekspor kedua perusahaan tambang itu penyokong utama penerimaan bea keluar.

Tahun ini, harga konsentrat tembaga turun, sementara produksinya juga turun. Alhasil, pemasukan bea ekspor dari kedua perusahaan itu menyusut. Hitungan Kemkeu, penerimaan bea keluar tahun ini hanya memenuhi separuh target senilai Rp 4,42 triliun. 

Berharap akhir tahun

Penerimaan bea masuk juga berpotensi turun akibat penurunan impor. Meski begitu, "Sampai akhir tahun kami optimistis bisa mencapai target," kata Heru, Rabu (3/7).

Kepala Sub Direktorat Penerimaan Direktorat Penerimaan dan Perencanaan Strategis Ditjen Bea Cukai Rudy Rahmaddi mengatakan, momentum penerimaan bea cukai biasanya terjadi di akhir tahun. Khusus penerimaan cukai akan ada kenaikan karena pelunasan cukai tidak boleh melebihi tahun anggaran, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 57/2018. Namun, kata dia, kenaikannya tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya.

Di sisi lain, Rudy memperkirakan, penerimaan cukai tahun ini akan terbantu oleh cukai MMEA. Sebab, "Secara rupiah masih menerima kenaikan tarif cukai minuman beralkohol," kata Rudy

Ekonom Institute for Develooment of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai, kemungkinan shortfall pada penerimaan bea dan cukai pada tahun ini, terbuka lebar. Salah satunya, karena ekspor Indonesia berpotensi melemah akibat tren pelemahan harga komoditas khususnya pertambangan mineral maupun komoditas perkebunan. Selain itu ada dampak dari perang dagang Amerika Serikat melawan China yang membuat permintaan di pasar global ikut lesu.

Dari sisi penerimaan cukai, meski ada kenaikan tarif cukai MMEA, Bhima menilai bahwa dampaknya tidak signifikan lantaran porsi penerimaan cukai MMEA hanya 5% dari total penerimaan cukai. Alhasil, "Sebaiknya target penerimaan bea cukai direvisi agar lebih realistis," kata Bhima.

Bagikan

Berita Terbaru

Membedah Saham TRIN, dari Agenda Ekspansi Hingga Masuknya Anak Hashim Djojohadikusumo
| Rabu, 03 Desember 2025 | 09:59 WIB

Membedah Saham TRIN, dari Agenda Ekspansi Hingga Masuknya Anak Hashim Djojohadikusumo

Hingga pengujung 2025 PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) membidik pertumbuhan marketing revenue Rp 1,8 triliun.

BSDE Siap Menerbitkan Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 1,75 Triliun
| Rabu, 03 Desember 2025 | 08:47 WIB

BSDE Siap Menerbitkan Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 1,75 Triliun

Berdasarkan prospektus obligasi BSDE, seperti dikutip Selasa (2/12), emiten properti ini akan menerbitkan obligasi dalam empat seri.

Proyek Sanur Bakal Jadi Sumber Pendapatan Utama PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA)
| Rabu, 03 Desember 2025 | 08:03 WIB

Proyek Sanur Bakal Jadi Sumber Pendapatan Utama PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA)

Perdagangan saham PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA) kembali dibuka mulai sesi 1 hari ini, Rabu, 3 Desember 2025. 

Buyback Berakhir Hari Ini, tapi Harga Saham KLBF Kian Terpuruk Didera Sentimen MSCI
| Rabu, 03 Desember 2025 | 07:46 WIB

Buyback Berakhir Hari Ini, tapi Harga Saham KLBF Kian Terpuruk Didera Sentimen MSCI

Tekanan jual investor asing dan rerating sektor konsumer menghantam saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).

Calon Emiten Sarang Burung Wallet Ini Tetapkan Harga IPO di Rp 168 Per Saham
| Rabu, 03 Desember 2025 | 07:41 WIB

Calon Emiten Sarang Burung Wallet Ini Tetapkan Harga IPO di Rp 168 Per Saham

Saham RLCO lebih cocok dibeli oleh investor yang memang berniat untuk trading. Memanfaatkan tingginya spekulasi pada saham-saham IPO.

Reksadana Saham Bangkit di Akhir Tahun
| Rabu, 03 Desember 2025 | 07:00 WIB

Reksadana Saham Bangkit di Akhir Tahun

Berdasarkan data Infovesta, per November 2025 reksadana saham mencatat return 17,32% YtD, disusul return reksadana campuran tumbuh 13,26% YtD

Bayang-Bayang Bunga Utang Menggerogoti Fiskal
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:46 WIB

Bayang-Bayang Bunga Utang Menggerogoti Fiskal

Utang publik global capai US$110,9 T, memicu suku bunga tinggi. Ini potensi risiko kenaikan biaya utang pemerintah Indonesia hingga Rp4.000 T. 

IHSG Lagi-Lagi Mencetak Rekor Sepanjang Hayat, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:45 WIB

IHSG Lagi-Lagi Mencetak Rekor Sepanjang Hayat, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Pendorong penguatan IHSG berasal dari kenaikan harga saham emiten-emiten konglomerasi dan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Perlindungan Proteksi Barang Milik Negara
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:39 WIB

Perlindungan Proteksi Barang Milik Negara

Pemerintah perkuat ketahanan fiskal melalui Asuransi BMN berbasis PFB. Cakupan aset melonjak jadi Rp 91 triliun di tahun 2025.

Ekspor Lemas Karena Bergantung ke Komoditas
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:37 WIB

Ekspor Lemas Karena Bergantung ke Komoditas

Ekspor Oktober 2025 turun 2,31% secara tahunan, tertekan anjloknya CPO dan batubara.                   

INDEKS BERITA

Terpopuler