KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve kemarin menaikkan suku bunga acuan lagi. Saat ini, Fed Funds Rate berada di 5%-5,25% yang merupakan level tertinggi sejak September 2007 atau dalam lebih dari 15 tahun terakhir.
Bos The Fed mengindikasikan akan memberi jeda setelah kenaikan suku bunga total 475 bps sejak Maret 2022. The Fed menaikkan suku bunga terus menerus untuk mengerem inflasi yang sempat menyentuh level tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan, bank sentral masih memandang inflasi terlalu tinggi. Dia menyebut, terlalu dini untuk mengatakan bahwa siklus kenaikan suku bunga telah berakhir.
Jeda pengetatan ini terjadi di tengah kasus bank regional AS. Selain itu, pemerintah AS juga menghadapi potensi default. Meski hambatan tersebut sudah terasa sejak bulan, lalu, bank sentral AS hati-hati dalam menyetop kenaikan suku bunga.
Pasalnya, tujuan utama kenaikan suku bunga AS adalah menangkal inflasi tinggi. Potensi default pemerintah AS bisa memicu langkah pengucuran dollar ke pemerintah AS yang akhirnya akan beredar di pasar. Penambahan uang beredar ini pada akhirnya berpeluang kembali menaikkan inflasi.
Oleh karena itu, Powell mengindikasikan jeda kenaikan suku bunga pada rapat selanjutnya, bukan penghentian kenaikan bunga sebagai antisipasi guncangan ekonomi AS.
Meski tidak berpengaruh secara langsung, sinyal kebijakan The Fed selanjutnya selalu ditunggu oleh pelaku pasar keuangan dan juga otoritas negara-negara lain.
AS masih menjadi benchmark atau acuan pasar keuangan global sehingga pergerakan suku bunga Paman Sam akan berpengaruh terutama untuk surat utang, termasuk surat utang negara (SUN).
Jeda kenaikan suku bunga The Fed membawa kelegaan bagi negara-negara yang sudah tidak menghadapi inflasi tinggi. Sehingga tidak ada kebutuhan untuk mengikuti kenaikan bunga The Fed hanya untuk menahan arus dana keluar.
Para pengamat justru meramalkan sejumlah negara bakal mulai menurunkan suku bunga acuan, termasuk Indonesia. Bahkan, target inflasi Bank Indonesia (BI) bisa tercapai lebih cepat ketimbang prediksi awal.
Tetapi jangan lupa, tahun depan adalah tahun pemilu. Sehingga uang beredar di dalam negeri akan meningkat dan bisa kembali memicu inflasi. Artinya, harapan suku bunga turun masih sulit.