Penjualan London Sumatra Plantation (LSIP) Terhambat Tanaman Tua

Kamis, 23 Juni 2022 | 04:15 WIB
Penjualan London Sumatra Plantation (LSIP) Terhambat Tanaman Tua
[]
Reporter: Aris Nurjani | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) harus berusaha lebih keras meningkatkan volume produksi agar kinerja tahun ini tumbuh. Apalagi harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO) dalam tren turun.

Analis Ciptadana Sekuritas Asia Yasmin Soulisa mengatakan, LSIP juga menghadapi kewajiban pemenuhan harga domestik alias domestic price obligation (DPO). Kebijakan ini membatasi kemampuan memonetisasi harga CPO. 

"Padahal i kuartal I-2022, harga CPO global di rekor tertinggi RM 6.183 per ton, melonjak 57,5% secara yoy," kata dia, Rabu (22/6).

Baca Juga: Analis Ciptadana Rekomendasikan Buy Saham LSIP, Ini Alasannya

Analis Mirae Asset Sekuritas Juan Harahap menulis dalam riset per 6 Juni, kenaikan harga jual rata-rata CPO global mendorong harga jual CPO LSIP naik 53% jadi Rp 14.685 per kg. Begitu pula, harga jual inti sawit alias palm kernel (PK) naik 95% menjadi 
Rp 12.434 per kilogram. 

Kenaikan harga ini membantu produksi tandan buah segar (TBS) kuartal I-2022 turun 38,3% secara tahunan jadi 242.000 ton. Tak hanya itu, volume penjualan CPO LSIP juga turun 66% jadi 33.000 ton. 

Yasmin mengatakan, produksi di kuartal I-2022 di bawah ekspektasi. Menurut dia, ini karena cuaca yang tidak mendukung dan kegiatan penanaman kembali.

Produksi rendah

Karena realisasi produksi kuartal I rendah, Yasmin memangkas proyeksi TBS tahun ini menjadi 941.000 ton. Ini lebih rendah 22% dibandingkan realisasi sepanjang 2021. 

Baca Juga: Kinerja London Sumatra Indonesia (LSIP) Dibayangi Tren Penurunan Volume Produksi CPO

Sementara produksi CPO sepanjang 2022 diperkirakan turun 22% secara tahunan jadi 239.000 ton. "Kegiatan peremajaan tahunan mengakibatkan produktivitas dalam jangka pendek menjadi lebih rendah. Bagaimanapun, penting untuk mempertahankan pertumbuhan dalam jangka panjang," ucap Yasmin. 

Analis Samuel Sekuritas Asia Yosua Zisokhi mengatakan, harga jual CPO masih akan tetap tinggi meski dalam beberapa hari terakhir turun. "Harga CPO memang selalu bergerak fluktuatif, jadi tidak perlu khawatir," kata dia. 

Apalagi jika ditarik secara tahunan harga CPO saat ini masih cukup tinggi. "Jika dibandingkan tahun 2019 lalu pun jauh lebih tinggi. Jadi secara profitabilitas masih oke," ucap Yosua, Rabu (22/6). 

Yosua menilai LSIP perlu lebih fokus memperbaiki tingkat produksi. Pasalnya, LSIP akan sulit meningkatkan volume penjualan CPO, lantaran umur tanaman relatif tua, rata-rata kisaran 18 tahun. 

Baca Juga: London Sumatra Indonesia (LSIP) Catatkan Laba Bersih Rp 305 Miliar di Kuartal I-2022

Akibatnya hasil produksi CPO per TBS cukup rendah dibandingkan peers. "Produksi TBS rendah berarti hasil CPO yang dijual sulit meningkat, terlebih harga pupuk tinggi, naik lebih dari 100% dibandingkan awal tahun 2021," kata Yosua. Tambah lagi, saat ini larangan pembukaan lahan sawit baru masih berlaku. 

Yosua menilai LSIP perlu melakukan penanaman kembali alias re-planting. "Setidaknya bisa mempertahankan level produksi," jelas dia.

Hingga akhir 2022, Juan memperkirakan pendapatan LSIP mencapai Rp 5,03 triliun dengan laba bersih Rp 1,44 triliun. Proyeksi ini lebih tinggi dari kinerja di 2021, di mana pendapatan dan laba bersih LSIP masing-masing Rp 4,52 triliun dan Rp 991 miliar. 

Hingga kuartal I-2022, realisasi pendapatan LSIP mencapai Rp 765 miliar, turun 36% secara tahunan. Menurut Juan, pendapatan LSIP di bawah perkiraan karena rendahnya produksi. 

Tapi laba bersih LSIP masih sejalan dengan proyeksi Juan. LSIP mencetak laba bersih Rp 305 miliar di kuartal I-2022. "Kami mencatat LSIP membukukan beban operasi lain lebih tinggi 247,4% secara yoy jadi Rp 57 miliar karena biaya penyisihan amortisasi piutang plasma dan kerugian nilai tanaman produktif," ucap dia. 

Baca Juga: Harga CPO Berpotensi Turun Lagi, Cermati Saham Rekomendasi Analis
 
Juan dan Yasmin masih menyarankan buy LSIP dengan target Rp 1.900 dan Rp 1.810. Sementara Yosua merekomendasikan hold dengan target harga Rp 1.300.            

Bagikan

Berita Terbaru

Saham Perkapalan Mengangkat Sauh, Cuma Gorengan atau Fundamental yang Mulai Berlayar?
| Minggu, 21 Desember 2025 | 10:10 WIB

Saham Perkapalan Mengangkat Sauh, Cuma Gorengan atau Fundamental yang Mulai Berlayar?

Sepanjang tahun 2025 berjalan, harga saham emiten kapal mengalami kenaikan harga signifikan, bahkan hingga ratusan persen.

Analisis Astra International, Bisnis Mobil Lesu tapi Saham ASII  Malah Terbang 31,85%
| Minggu, 21 Desember 2025 | 09:05 WIB

Analisis Astra International, Bisnis Mobil Lesu tapi Saham ASII Malah Terbang 31,85%

Peluncuran produk baru seperti Veloz Hybrid diharapkan bisa menjadi katalis penahan penurunan volume penjualan. 

Embusan Angin Segar Bagi Investor Saham dan Kripto di Indonesia dari Amerika
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:31 WIB

Embusan Angin Segar Bagi Investor Saham dan Kripto di Indonesia dari Amerika

Kebijakan QE akan mengubah perilaku investor, perbankan dan institusi memegang dana lebih hasil dari suntikan bank sentral melalui obligasi. 

Nilai Tukar Rupiah Masih Tertekan di Akhir Tahun
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:30 WIB

Nilai Tukar Rupiah Masih Tertekan di Akhir Tahun

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot melemah 0,16% secara harian ke Rp 16.750 per dolar AS pada Jumat (19/12)

Akuisisi Tambang Australia Tuntas, Bumi Resources Gelontorkan Duit Rp 346,9 Miliar
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:15 WIB

Akuisisi Tambang Australia Tuntas, Bumi Resources Gelontorkan Duit Rp 346,9 Miliar

Transformasi bertahap ini dirancang untuk memperkuat ketahanan BUMI, mengurangi ketergantungan pada satu siklus komoditas.

Rajin Ekspansi Bisnis, Kinerja Grup Merdeka Masih Merana, Ada Apa?
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:06 WIB

Rajin Ekspansi Bisnis, Kinerja Grup Merdeka Masih Merana, Ada Apa?

Tantangan utama bagi Grup Merdeka pada 2026 masih berkaitan dengan volatilitas harga komoditas, terutama nikel. 

Chandra Asri Pacific (TPIA) Terbitkan Obligasi Sebesar Rp 1,5 Triliun
| Minggu, 21 Desember 2025 | 07:42 WIB

Chandra Asri Pacific (TPIA) Terbitkan Obligasi Sebesar Rp 1,5 Triliun

Dana bersih dari hasil obligasi ini, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan digunakan seluruhnya untuk keperluan modal kerja. 

Kelolaan Reksadana Syariah Tumbuh Subur di 2025
| Minggu, 21 Desember 2025 | 07:00 WIB

Kelolaan Reksadana Syariah Tumbuh Subur di 2025

Dana kelolaan reksadana syariah mencapai Rp 81,54 triliun per November 2025, meningkat 61,30% secara year-to-date (ytd). 

Menjaga Keseimbangan Cuan Bisnis Bank Syariah & ESG
| Minggu, 21 Desember 2025 | 06:10 WIB

Menjaga Keseimbangan Cuan Bisnis Bank Syariah & ESG

Di tengah dorongan transisi menuju ekonomi rendah karbon, perbankan diposisikan sebagai penggerak utama pembiayaan berkelanjutan.

Mengunci Target Pertumbuhan Ekonomi
| Minggu, 21 Desember 2025 | 06:10 WIB

Mengunci Target Pertumbuhan Ekonomi

​ Pemerintah, dengan semangat dan ambisi besar seperti biasanya, menargetkan 2026 sebagai pijakan awal menuju mimpi pertumbuhan ekonomi 8%.

INDEKS BERITA

Terpopuler