Berita Global

Penurunan Harga Bahan Baku Berdampak ke Perlambatan Pertumbuhan Laba Sektor Industri

Senin, 27 Desember 2021 | 10:49 WIB
Penurunan Harga Bahan Baku Berdampak ke Perlambatan Pertumbuhan Laba Sektor Industri

ILUSTRASI. Pantulan cerobong pembangkit terlihat di sebuah pembangkit di Shanghai, China, 14 Oktober 2021. REUTERS/Aly Song

Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Laba sektor industri China tumbuh dalam kecepatan yang lebih lambat di bulan November melambat, demikian pernyataan biro statistik pada Senin (27/12). Pertumbuhan tertekan oleh penurunan harga sejumlah bahan baku, pasar properti yang goyah dan permintaan konsumen yang lebih lemah.

Laba sektor industri dalam basis year-on-year tumbuh 9,0% untuk November menjadi 805,96 miliar yuan, atau sekitar Rp 1.798,93 triliun. Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan pencapaian di Oktober, yaitu 24,6% per tahun.

Untuk periode tahun kalender berjalan, Januari-November, laba perusahaan industri naik 38,0% tahun-ke-tahun menjadi 7,98 triliun yuan (Rp 17.811,62 triliun). Angka kenaikan itu lebih rendah dibandingkan pertumbuhan selama 10 bulan pertama tahun ini, yang mencapai 42,2%, demikian pernyataan biro statistik.

 Baca Juga: China Evergrande Janji Siapkan 39.000 Unit Properti pada Bulan Ini

Zhu Hong, ahli statistik senior di NBS, menjelaskan, upaya pemerintah menekan kenaikan harga bahan baku memang meringankan beban dari banyak industri di hilir. Namun, upaya itu juga menggerus kontribusi pertumbuhan laba dari sektor pertambangan dan bahan baku terhadap total laba sektor industri secara keseluruhan.

“Perusahaan masih menghadapi tekanan biaya yang besar, dan peningkatan keuntungan untuk sektor hilir perlu dikonsolidasikan lebih lanjut,” kata Zhu, seperti dikutip dalam pernyataan yang menyertai rilis data. 

Inflasi yang terjadi untuk bahan baku sektor industri sedikit mendingin pada bulan November berkat aksi Beijing mengerem laju kenaikan harga sejumlah komoditas yang tidak terkendali dan meredakan krisis pasokan listrik.

Baca Juga: Kurangi Pembatasan, Goldman Sachs Nilai Bank Sentral China (PBOC) Lebih Berhati-hati

Ekonomi terbesar kedua di dunia, yang kehilangan tenaga setelah pemulihan yang solid dari pandemi tahun lalu, menghadapi banyak tantangan, di antaranya semakin lesunya pasar properti. Kemacetan pasokan terus berlanjut dan pembatasan ketat Covid-19 menghantam belanja konsumen.

Kesulitan properti negara juga telah merugikan sektor baja sementara produksi semen, kaca, dan peralatan rumah tangga tetap rentan terhadap penurunan permintaan.

Pada pertemuan penetapan agenda utama bulan ini, para pemimpin utama China berjanji untuk menstabilkan ekonomi dan menjaga pertumbuhan dalam kisaran yang wajar pada tahun 2022.

Bank Rakyat China (PBOC) bulan ini memangkas persyaratan giro wajib minimum dan menurunkan suku bunga pinjaman acuan satu tahun untuk merangsang pertumbuhan.

Data keuntungan industri mencakup perusahaan besar dengan pendapatan tahunan lebih dari 20 juta yuan dari operasi utama mereka.

Terbaru