Performa Sektor Konsumer Masih Loyo

Sabtu, 24 November 2018 | 08:57 WIB
Performa Sektor Konsumer Masih Loyo
[ILUSTRASI. Kantor PT Unilever Tbk (UNVR)]
Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Dian Pertiwi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Performa saham emiten konsumer belum memuaskan. Sejak awal tahun, indeks sektor saham ini mencatatkan penurunan 16,36%.

Penurunan ini lebih buruk dibanding penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di periode sama. Indeks saham barang konsumer juga tercatat turun paling dalam dibandingkan indeks sektoral lain.

Penyebabnya, ada dua saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) masuk dalam indeks tersebut dan mengalami penurunan harga dalam tahun ini. Kedua saham itu adalah PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

Kedua saham tersebut juga menjadi pemberat atau laggard IHSG. Saham HMSP mengurangi IHSG 126,1 poin atau setara 25,6%. Sedangkan saham UNVR mengurangi 93,8 poin atau setara 24,6%.

William Hartanto, Analis Panin Sekuritas, mengatakan, tahun ini bukan tahun sektor barang konsumer. Sentimen daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih. "Kenaikan 1,35% kemarin hanya teknikal rebound. Belum ada sentimen yang membuat sektor ini menarik bagi investor," jelas William, Jumat (23/11).

Yuliana, Analis Profindo Sekuritas, menilai, depresiasi rupiah juga membayangi sektor barang konsumer sepanjang tahun ini. Pasalnya, sejumlah komponen keuangan emiten barang konsumen cukup sensitif dengan pergerakan kurs.

UNVR misalnya. Hingga kuartal ketiga tahun ini, perusahaan ini mencatat rugi kurs Rp 2,62 triliun. Beruntung, angka ini justru turun 60% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

 

Tetap ekspansi

 

Sentimen boleh saja belum sepenuhnya pulih. Tapi, bisnis tetap harus berjalan. Emiten barang konsumer tetap melakukan ekspansi supaya kinerjanya tidak ketinggalan ketika daya beli masyarakat membaik.

PT Kino Indonesia Tbk (KINO) misalnya, tahun depan akan berekspansi secara organik dengan menambah varian produk baru. Cuma memang, penambahannya tidak banyak.

Varian produk baru yang disiapkan juga hanya untuk produk personal care. Alasannya, produk yang sudah ada masih memiliki potensi perkembangan sangat tinggi. "Tapi, penetrasi industrinya masih rendah," imbuh Harry Sanusi, Presiden Direktur KINO, Jumat (23/11).

William menilai, tahun depan ada potensi sektor industri barang konsumer membaik. Ia memprediksi, investor akan kembali mengoleksi saham-saham barang konsumer saat melakukan rebalancing portofolio tahun depan. "Kinerja bagus tapi harganya turun, sehingga sahamnya dipandang murah," jelas dia.

Dari sisi fundamental, Analis MNC Sekuritas Victoria Venny juga melihat kinerja sektor konsumer bakal kembali berkilau. Rata-rata pertumbuhan pendapatan emiten konsumer sembilan bulan tahun ini mencapai 11,95%. Ini sesuai dengan target analis, mencerminkan 73,5% dari target konsensus. "Artinya, daya beli mulai meningkat sepanjang tahun ini," tulis Victoria dalam riset 15 November.

Survei Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan daya beli masyarakat selalu meningkat di kuartal keempat. Sebab, ada momen Natal dan tahun baru. Tahun depan juga merupakan tahun politik. Ini bakal jadi sentimen positif bagi sektor konsumer.

Victoria menyematkan rekomendasi bullish bagi sektor konsumer. Salah satu saham jagoannya adalah PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Ia merekomendasikan buy dengan target harga Rp 85.000 per saham.

William menjagokan saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dengan target harga Rp 9.200 per saham. Sedang Yuliana menjagokan saham Buyung Poetra Sembada (HOKI) untuk trading jangka pendek.

Kemarin, GGRM naik 0,37% ke level Rp 80.500 per saham. Sedang ICBP turun 0,28% ke Rp 8.925 per saham. Lalu HOKI turun 1,92% menjadi Rp 765 per saham.

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan.

Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000
Business Insight

Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan

-
Bagikan

Berita Terbaru

Walau Pasar Volatil, Dana Kelolaan MI Milik Danantara Semakin Tambun
| Rabu, 05 November 2025 | 04:50 WIB

Walau Pasar Volatil, Dana Kelolaan MI Milik Danantara Semakin Tambun

PT Bahana TCW Investment Management menjadi MI pelat merah dengan asset under management (AUM) reksadana paling gemuk.

Prediksi IHSG dan Rekomendasi Saham Hari Ini (5/11) Setelah Kemarin Turun
| Rabu, 05 November 2025 | 04:45 WIB

Prediksi IHSG dan Rekomendasi Saham Hari Ini (5/11) Setelah Kemarin Turun

IHSG masih menguat 1,84% dalam sepekan terakhir hingga 4 November 2025. Sedangkan sejak awal tahun, IHSG menguat 16,41%.

Risiko Fiskal di Balik Proyek Whoosh
| Rabu, 05 November 2025 | 04:15 WIB

Risiko Fiskal di Balik Proyek Whoosh

Pembangunan sejati adalah yang memberi ruang bagi manusia untuk tumbuh, bukan sekadar membangun rel baja di atas tanah yang belum sejahtera.

Asuransi Syariah Intip Peluang Bisnis dari Umrah Mandiri
| Rabu, 05 November 2025 | 04:15 WIB

Asuransi Syariah Intip Peluang Bisnis dari Umrah Mandiri

Diperbolehkannya masyarakat melakukan umrah mandiri akan berdampak positif terhadap kinerja industri asuransi syariah. 

Pemerintah Indonesia Siap Mencicil Utang Kereta Cepat Whoosh
| Rabu, 05 November 2025 | 04:08 WIB

Pemerintah Indonesia Siap Mencicil Utang Kereta Cepat Whoosh

Presiden Prabowo Subianto menegaskan Indonesia sanggup mengangsur utang Whoosh senilai Rp 1,2 triliun per tahun.

Berusaha Tetap Bertahan Kini Karyawan Indofarma (INAF) Hanya Tersisa 21 Orang Saja
| Selasa, 04 November 2025 | 19:18 WIB

Berusaha Tetap Bertahan Kini Karyawan Indofarma (INAF) Hanya Tersisa 21 Orang Saja

Setelah anak usahanya, PT Indofarma Global Medika pailit, Indofarma (INAF) mencoba tetap bertahan dengan melaksanakan pengurangan karyawan.

Era Keemasan Ekspor Batubara Indonesia ke Tiongkok Kian Menjauh
| Selasa, 04 November 2025 | 19:09 WIB

Era Keemasan Ekspor Batubara Indonesia ke Tiongkok Kian Menjauh

Industri batubara Indonesia kini perlu bersiap-siap dengan risiko bisnis besar sejalan dengan turunnya ekspor ke Tiongkok.

Bitcoin Volatil Ekstrem, Berikut Alternatif Koin Crypto Lain
| Selasa, 04 November 2025 | 16:38 WIB

Bitcoin Volatil Ekstrem, Berikut Alternatif Koin Crypto Lain

Ethereum (ETH) berada dalam watchlist karena dijadwalkan meluncurkan upgrade besar bernama Fusaka ke mainnet pada 3 Desember 2025.

Prabowo Akan Siapkan Rp 1,2 Triliun Per Tahun Buat Bayar Utang Whoosh
| Selasa, 04 November 2025 | 14:57 WIB

Prabowo Akan Siapkan Rp 1,2 Triliun Per Tahun Buat Bayar Utang Whoosh

Prabowo tekankan tidak ada masalah pembayaran utang Whoosh, namun belum jelas sumber dana dari APBN atau dari BPI Danantara.

Faktor Biaya dan Kurs Rupiah Membebani Mayora, Begini Proyeksi Arah Saham MYOR
| Selasa, 04 November 2025 | 09:09 WIB

Faktor Biaya dan Kurs Rupiah Membebani Mayora, Begini Proyeksi Arah Saham MYOR

Hingga akhir 2025 MYOR menargetkan laba bersih sebesar Rp 3,1 triliun atau cuma naik sekitar 0,8% dibandingkan tahun lalu.​

INDEKS BERITA

Terpopuler