Phapros (PEHA) Saham Farmasi Pelat Merah Paling Murah, Sayang Likuiditasnya Rendah

Selasa, 31 Maret 2020 | 09:44 WIB
Phapros (PEHA) Saham Farmasi Pelat Merah Paling Murah, Sayang Likuiditasnya Rendah
[ILUSTRASI. Model menunjukkan foto obat Antimo, salah satu produk andalan PT Phapros Tbk (PEHA). Valuasi harga saham PEHA paling murah dibanding emiten farmasi pelat merah lainnya. KONTAN/Muradi]
Reporter: Tedy Gumilar | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tidak bisa dipungkiri, saham-saham di sektor farmasi belakangan ini menarik untuk dicermati.

Sektor farmasi bukan saja defensif. Mereka juga menjadi salah satu andalan dalam melawan pandemi virus corona.

Dus, sebagian harga sahamnya pun terapresiasi, termasuk trio emiten anggota holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) farmasi.

Ketiga anak usaha PT Bio Farma (Persero) yang dimaksud adalah PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT Phapros Tbk (PEHA).

Namun, bicara dari sisi valuasi, saham yang paling menarik adalah PEHA, yang kini berstatus anak usaha KAEF.

Berdasar harga penutupan kemarin (30/3), price to earning ratio (PER) PEHA hanya 9,47 kali.

Bandingkan dengan INAF yang punya PER lebih dari -65 kali. 

Baca Juga: Harga Saham Metro Healthcare (CARE) Terus Melejit, Sayang Valuasinya Kurang Menarik

Induk usaha PEHA, yakni KAEF malah lebih parah lantaran punya PER-nya lebih dari -500 kali.

PER PEHA juga lebih murah ketimbang PER sektoral farmasi yang ada di sekitar 16,55 kali.

Dus, tidak heran jika Masrizal A. Syarief menambah kepemilikannya di PEHA.

Merujuk keterbukaan informasi yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 30 Maret 2020 malam, Komisaris PT Phapros Tbk itu membeli 60.600 saham PEHA pada 19 Maret 2020.

Sebanyak 21.100 lembar dibeli di harga Rp 700 dan sisanya di harga Rp 740 per saham.

Pada penutupan perdagangan Senin, 30 Maret 2020 harga saham PEHA ada di Rp 900.

Oh ya, tambahan 60.600 saham tersebut membuat porsi kepemilikan Masrizal A. Syarief bertambah dari 9,07% menjadi 9,08%.

Baca Juga: Phapros (PEHA) gunakan fasilitas pembiayaan bersama Rp 1,35 triliun

Sayangnya, likuiditas PEHA sangat kering. Jumlah saham beredarnya hanya 840 juta lembar, 34,18% diantaranya berada di tangan investor ritel.

Sepanjang bulan ini hingga tanggal 30, jumlah saham yang ditransaksikan hanya 2.250.500 lembar senilai Rp 2 miliar.

Sebagai perbandingan, jumlah saham KAEF yang diperdagangkan pada 30 Maret 2020 saja lebih dari 34 juta lembar senilai sekitar Rp 42,2 miliar.

Bagikan

Berita Terbaru

Inflasi November Mencapai 2,72%, Emas Perhiasan Pemicu Utama
| Senin, 01 Desember 2025 | 13:31 WIB

Inflasi November Mencapai 2,72%, Emas Perhiasan Pemicu Utama

Inflasi November 2025 melambat ke 0,17% MoM (2,72% YoY). Emas perhiasan dominan, bawang merah & daging ayam ras alami deflasi.

Emiten Farmasi Bakal Kebagian Rejeki dari Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Tahun
| Senin, 01 Desember 2025 | 13:00 WIB

Emiten Farmasi Bakal Kebagian Rejeki dari Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Tahun

Emiten farmasi yang memproduksi obat generik berlogo, hingga alat kesehatan berpotensi merasakan dampak positif.

Surplus Neraca Dagang Susut Menjadi US$ 2,39 Miliar Per Oktober 2025
| Senin, 01 Desember 2025 | 12:56 WIB

Surplus Neraca Dagang Susut Menjadi US$ 2,39 Miliar Per Oktober 2025

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, surplus neraca perdagangan barang Indonesia pada Oktober 2025 mencapai US$ 2,39 miliar.

Tanggapi Nasabah yang Kehilangan Rp 71 Miliar, Mirae Asset Sekuritas Buka Suara
| Senin, 01 Desember 2025 | 12:29 WIB

Tanggapi Nasabah yang Kehilangan Rp 71 Miliar, Mirae Asset Sekuritas Buka Suara

Mirae menyabjut bahwa dari pemeriksaan awal, terdapat indikasi kuat bahwa nasabah membagikan kata sandi dan akses akunnya kepada orang lain.

PMI Manufaktur Indonesia Ekspansi ke Level 53,3, Tapi Ekspektasi Bisnis Melemah
| Senin, 01 Desember 2025 | 10:56 WIB

PMI Manufaktur Indonesia Ekspansi ke Level 53,3, Tapi Ekspektasi Bisnis Melemah

Program stimulus pemerintah membantu mendorong daya beli masyarakat dan menaikkan permintaan di dalam negeri

Harga Pangan yang Turun Berpotensi Membuat Inflasi November Melandai
| Senin, 01 Desember 2025 | 10:11 WIB

Harga Pangan yang Turun Berpotensi Membuat Inflasi November Melandai

Laju inflasi menjelang akhir tahun, justru diperkirakan melandai yang disebabkan harga pangan yang tercatat lebih rendah. 

Pekerja Bebas Dongkrak Setoran PPh Orang Pribadi
| Senin, 01 Desember 2025 | 09:59 WIB

Pekerja Bebas Dongkrak Setoran PPh Orang Pribadi

Penerimaan pajak penghasilan orang pribadi tercatat melesat 41% mencapai Rp 17,87 triliun           

Mimpi Ekonomi Tumbuh 8% Kian Menjauh
| Senin, 01 Desember 2025 | 09:50 WIB

Mimpi Ekonomi Tumbuh 8% Kian Menjauh

Menurut prediksi super optimistis Bank Indonesia, ekonomi cuma naik maksimal 7,7%                   

Ramai Saham ARA Setelah Keluar PPK, Hati-Hati Banyak yang Sekadar Pantulan
| Senin, 01 Desember 2025 | 08:20 WIB

Ramai Saham ARA Setelah Keluar PPK, Hati-Hati Banyak yang Sekadar Pantulan

Dari puluhan emiten yang keluar dari Papan Pemantauan Khusus pada 28 November 2025, hanya segelintir yang didukung narasi kuat.

Mencari Cuan dari Evaluasi Indeks Kehati
| Senin, 01 Desember 2025 | 08:16 WIB

Mencari Cuan dari Evaluasi Indeks Kehati

BEI mengumumkan evaluasi indeks Sri-Kehati. Investor bisa memanfaatkan momentum ini untuk menengok ulang portofolio masi

INDEKS BERITA

Terpopuler