Pil Covid-19 Buatan Merck Dapat Hasil Memuaskan dalam Ujicoba Klinis Tahap III
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Merck & Co kini berada di barisan terdepan dalam pembuatan obat Covid-19. Pil antivirus eksperimental yang dikembangkan perusahaan itu dapat menekan risiko menjalani perawatan di rumah sakit, bahkan kematian hingga separuh. Demikian pernyataan para ahli yang mengkaji data penelitian atas obat tersebut.
Molnupiravir, nama obat tersebut, dirancang untuk memasukkan kesalahan ke dalam kode genetik virus. Jika mendapat lisensi dari regulator, molnupiravir akan menjadi obat antivirus oral pertama untuk Covid-19.
Merck dan mitranya, Ridgeback Biotherapeutics, mengatakan, akan mengajukan permohonan penggunaan darurat obat tersebut di Amerika Serikat sesegera mungkin. Merck juga akan mengajukan aplikasi serupa ke negara-negara lain di seluruh dunia.
Baca Juga: Wall Street kembali ceria, data ekonomi AS yang positif jadi penopang utama
“Antivirus oral yang dapat memengaruhi risiko rawat inap hingga tingkat seperti itu akan mengubah permainan,” kata Amesh Adalja, sarjana senior di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins.
Pilihan untuk pengobatan Covid-19 saat ini termasuk remdesivir, yang merupakan antivirus buatan Gilead Sciences Inc dan deksametason steroid generic. Kedua obat ini umumnya hanya diberikan ke penderita Covid-19 yang harus menjalani perawatan di rumah sakit.
“Obat ini akan mengubah pembahasan seputar cara menangani Covid-19," kata Chief Executive Merck Robert Davis kepada Reuters. Perawatan Covid-19 yang ada saat ini "tidak praktis dan secara logistik, menghadapi banyak tantangan. Pil oral sederhana ini akan menjadi kebalikan dari itu," tambah Adalja.
Baca Juga: Wall Street bervariasi, investor mencari peluang setelah pasar jeblok pada September
Hasil dari uji coba tahap III sangat meyakinkan, hingga peneliti eksternal memberi rekomendasi penghentian penelitian lebih cepat dari jadwal semula. Ini mendorong saham Merck naik lebih dari 9%.
Saham Atea Pharmaceuticals Inc, yang juga mengembangkan terapi Covid-19 yang serupa, turut diuntungkan dengan berita tentang ujicoba obat Merck. Atea menguat lebih dari 21%.
Perkembangan dalam pembuatan obat Covid-19 membawa imbas bagi saham-saham pembuat vaksin Covid-19. Saham Moderna Inc turun lebih dari 10%, sementara Pfizer turun kurang dari 1%.
Analis Jefferies Michael Yee mengatakan investor percaya “orang akan kurang takut terhadap Covid-19, hingga cenderung tidak mendapatkan vaksin, jika ada pil sederhana yang dapat mengobati Covid-19.”
Pfizer dan pembuat obat Swiss Roche Holding AG juga berlomba mengembangkan pil antivirus yang mudah digunakan untuk perawatan Covid-19. Untuk saat ini, hanya campuran antibodi yang harus diberikan secara intravena yang disetujui untuk pasien yang tidak dirawat di rumah sakit.
Koordinator penanggap Covid-19 di Gedung Putih, Jeff Zients, Jumat (1/10), mengatakan bahwa molnupiravir adalah “alat tambahan yang potensial untuk melindungi orang dari risiko terburuk Covid-19. Namun ia menambahkan bahwa vaksinasi masih merupakan senjata terbaik untuk mengatasi Covid-19.
Baca Juga: Inilah gejala post covid syndrome setelah sembuh Covid-19, apakah berbahaya?
Analisis sementara yang direncanakan atas 775 pasien yang disertakan dalam studi Merck, mencermati seputar risiko rawat inap atau kematian di antara orang-orang yang berisiko terkena dampak parah. Penemuan dari analisis itu, sebanyak 7,3% dari mereka yang diberi molnupiravir dua kali sehari selama lima hari dirawat di rumah sakit. Dan tidak ada yang meninggal dalam 29 hari setelah pengobatan. Itu dibandingkan dengan tingkat rawat inap 14,1% untuk pasien plasebo. Ada juga delapan kematian pada kelompok plasebo.
“Perawatan antivirus yang dapat dilakukan di rumah penting agar orang dengan Covid-19 bisa dijauhkan dari rumah sakit,” kata Wendy Holman, CEO Ridgeback, seperti dikutip dalam pernyataan tertulis.
Para ilmuwan menyambut baik potensi pengobatan baru untuk membantu mencegah risiko terburuk dari dari virus, yang telah menewaskan hampir 5 juta orang di seluruh dunia. AS sendiri mencatat jumlah meninggal akibat Covid-19 sebanyak 700.000 jiwa.
Baca Juga: Harga vaksin booster berbayar jadi perhatian warga
“Antivirus oral yang aman, terjangkau, dan efektif akan menjadi kemajuan besar dalam memerangi COVID,” kata Peter Horby, profesor penyakit menular baru di Universitas Oxford.
Studi ini mendaftarkan pasien dengan Covid-19, yang dikonfirmasi laboratorium, mengalami gejala ringan hingga sedang tidak lebih dari lima hari. Semua pasien memiliki setidaknya satu faktor risiko yang terkait dengan hasil penyakit yang buruk, seperti obesitas atau usia yang lebih tua.
Obat-obatan di kelas yang sama seperti molnupiravir, lazim digunakan dalam penelitian pencegahan cacat lahir pada hewan. Merck mengatakan penelitian serupa tentang molnupiravir – lebih lama dan pada dosis yang lebih tinggi daripada yang digunakan pada manusia – menunjukkan bahwa obat tersebut tidak mempengaruhi DNA mamalia.
Merck mengatakan proses pengurutan virus yang dilakukan sejauh ini menunjukkan molnupiravir efektif terhadap semua varian dari coronavirus, termasuk Delta yang sangat menular. Penyebaran varian Delta, sejak awal semester kedua, telah mendorong lonjakan rawat inap dan kematian di seluruh dunia baru-baru ini.
Merck menyatakan, tingkat efek samping untuk pasien yang mendapat molnupiravir dan mereka yang menerima placebo tidak berbeda, tanpa memberi penjelasan yang lebih rinci.
Merck mengatakan data menunjukkan molnupiravir tidak mampu mendorong perubahan genetik pada sel manusia. Namun pria yang terdaftar dalam uji cobanya harus berpantang dari hubungan heteroseksual atau setuju untuk menggunakan kontrasepsi. Wanita usia subur dalam penelitian ini bisa hamil dan juga harus menggunakan alat kontrasepsi.
Baca Juga: Sempat rebound, S&P 500 dan Nasdaq cetak persentase pelemahan mingguan terburuk
Produsen obat AS itu menargetkan mampu memproduksi 10 juta treatment course pada akhir 2021.
Perusahaan terikat kontrak untuk memasok pemerintah AS sebanyak 1,7 juta courses dengan harga US$ 700 per course.
Davis mengatakan Merck memiliki perjanjian serupa dengan pemerintah negara lain. Dan, perusahaan itu sedang dalam pembicaraan dengan lebih banyak negara. Merck mengatakan pihaknya merencanakan pendekatan harga berjenjang berdasarkan kriteria pendapatan negara.
Pemerintah AS memiliki opsi untuk menambah pembelian hingga 3,5 juta courses, jika diperlukan, kata seorang pejabat kesehatan AS kepada Reuters. Pejabat itu meminta untuk tetap anonim karena mereka tidak berwenang untuk mengomentari kontrak secara terbuka.
Baca Juga: Global COVID-19 deaths hit 5 million as Delta variant sweeps the world
Merck juga telah setuju untuk melisensikan obat tersebut kepada beberapa pembuat obat generik yang berbasis di India, yang memungkinkan pasokan obat tersebut ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Molnupiravir juga sedang dipelajari dalam uji coba tahap ketiga untuk mencegah infeksi pada orang yang terpapar virus corona.
Pejabat Merck mengatakan tidak jelas berapa lama peninjauan FDA akan berlangsung. Namun Dean Li, kepala laboratorium penelitian Merck, mengatakan, “akan mencoba bekerja dengan sigap dalam hal ini.”
Selanjutnya: Pemerintah AS Pertimbangkan Mengatur Penerbit Stablecoin Layaknya Bank