Potensi Penjualan IRRA dari Jarum Vaksin Booster

Rabu, 20 Juli 2022 | 07:35 WIB
Potensi Penjualan IRRA dari Jarum Vaksin Booster
[ILUSTRASI. Warga melakukan vaksinasi di Puskesmas Pembantu Sukun, Kota Malang, Jumat (8/7/2022). TRIBUN JATIM/PURWANTO]
Reporter: Kenia Intan | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah memasukkan vaksin booster sebagai persyaratan bagi masyarakat yang ingin mengakses area publik. Kebijakan ini jadi katalis positif bagi emiten distributor alat kesehatan, PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA).

Direktur PT Itama Ranoraya Tbk Pratoto S. Raharjo mengungkapkan, persyaratan tersebut berpotensi mendongkrak permintaan produk-produk IRRA, dalam hal ini jarum suntik smart syringe berjenis Auto Disable Syringe (ADS), Safety Needle, maupun lainya.

Berkaca dari pengalaman sebelumnya, permintaan produk jarum suntik sudah meningkat sejak program vaksinasi Covid-19 tahun lalu.

Baca juga: Rekomendasi Saham Hari Ini (20/7): 8 Pilihan Saham Bank dan Lainnya 

Sebagai gambaran, peluang peningkatan permintaan dapat dihitung dari target vaksin dosis pertama, kedua dan booster. Diasumsikan, kurang lebih ada ada 600 juta dosis vaksin yang harusnya dibagi.

Adapun pada 2021, baru sebanyak 280 juta dosis vaksin tersalurkan, atau 50% dari proyeksi. "Jika pemerintah menargetkan vaksinasi booster terealisasi tahun ini, maka jumlah penyuntikan vaksin di tahun ini akan lebih besar," jelas Pratoto, Selasa (19/7).

Sekadar informasi, produk IRRA yang berhubungan langsung dengan program vaksinasi adalah produk jarum suntik ADS Oneject. Produk tersebut sudah terstandarisasi WHO dan memiliki tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) 60%.

IRRA juga optimistis potensi kenaikan permintaan dari pasar dapat dipenuhi dengan baik. Mengingat PT Oneject Indonesia sudah menyelesaikan pabrik baru yang membuat total kapasitas produksi naik menjadi 1,2 miliar.

Meski prospek positif, saham IRRA belum berlari kencang. Kemarin (19/7), IRRA naik 0,79% menjadi Rp 1.275. Sepanjang tahun ini, sahamnya masih terkoreksi 35,44%

Analis Phillip Sekuritas Joshua Marcius mencermati, saham IRRA bergerak dalam tren bearish dan berpotensi melanjutkan pelemahan ke support Rp 1.225. Resistance ada di Rp 1.380. "Rekomendasimya, wait and see," jelas dia. Selasa (19/7).

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga melihat, IRRA masih dalam fase downtrend. Tapi, jangka pendek, IRRA masih bisa menguat terlebih dulu. "Selama masih sanggup berada di atas support, maka IRRA berpeluang menguat," kata dia.

Herditya membuat analisa tersebut lantaran pergerakan MACD dan stochastic menunjukkan awal penguatan, meskipun masih cenderung sideways. Adapun level support IRRA di 1.220 dan resistance 1.380 per saham.

Analis Henan Putihrai Jono Syafei justru melihat, kebijakan baru ini tidak terlalu signifikan untuk harga saham IRRA, dengan asumsi kebutuhan vaksinasi tidak sebanyak tahun lalu. Katalis positif IRRA ke depan adalah pemanfaatan peluang ekspor jarum suntik dan produk lainnya.

 

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Saham-Saham Paling Banyak Dibeli Asing di Bulan Maret 2025, Ada Pergantian Pengendali
| Rabu, 02 April 2025 | 18:40 WIB

Saham-Saham Paling Banyak Dibeli Asing di Bulan Maret 2025, Ada Pergantian Pengendali

Vlume net sell asing mencapai 2,59 miliar saham. Saham-saham bank kelas kakap dan sejumlah saham tambang menjadi sasaran jual investor asing.

Volume Turun, Nilai Aset Saham Investor Asing Justru Naik pada Maret 2025
| Rabu, 02 April 2025 | 16:44 WIB

Volume Turun, Nilai Aset Saham Investor Asing Justru Naik pada Maret 2025

Investor asing mencatat net sell 2,59 miliar saham di BEI sepanjang bulan Maret 2025. Dari sisi nilai, aset saham asing justru naik.

Potensi Kinerja Indah Kiat (INKP) di Tengah Fluktuasi Harga Pulp Global
| Rabu, 02 April 2025 | 13:00 WIB

Potensi Kinerja Indah Kiat (INKP) di Tengah Fluktuasi Harga Pulp Global

Kontributor pendapatan masih didominasi dari ekspor pihak ketiga senilai US$1,76 miliar, denan ekspor berelasi menyumbang US$ 42,11 juta.

Menengok Prospek Pasar DME di Indonesia
| Rabu, 02 April 2025 | 11:00 WIB

Menengok Prospek Pasar DME di Indonesia

Penggunaan DME di Indonesia pada 2023 masih didominasi untuk kebutuhan aerosol propellant dengan pangsa pasar mencapai 24%.

Penjualan Mobil Meningkat Sebelum Harga Naik Akibat Tarif Trump
| Rabu, 02 April 2025 | 10:30 WIB

Penjualan Mobil Meningkat Sebelum Harga Naik Akibat Tarif Trump

Produsen mobil termasuk General Motors Co. dan Hyundai Motor Co. melaporkan kenaikan penjualan mobil di Amerika Serikat (AS) 

Kinerja Komoditas Emas Masih Merajai Sepanjang Maret, Aset Kripto Paling Keok
| Rabu, 02 April 2025 | 09:00 WIB

Kinerja Komoditas Emas Masih Merajai Sepanjang Maret, Aset Kripto Paling Keok

Permintaan safe haven yang semakin tinggi seiring ketidakpastian ekonomi di tengah tarif Trump membuat harga emas terus menanjak. 

Kasus Robot Trading Net89 dan Beda Pendapat Korban & Kejaksaan soal Cara Penyelesaian
| Rabu, 02 April 2025 | 09:00 WIB

Kasus Robot Trading Net89 dan Beda Pendapat Korban & Kejaksaan soal Cara Penyelesaian

Pihak korban yang diwakili oleh Onny menuntut agar penyelesaian kasus Net89 tetap diselesaikan menggunakan pendekatan restorative justice (RJ).

Profit 33,04% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Mengkerut (2 April 2025)
| Rabu, 02 April 2025 | 08:33 WIB

Profit 33,04% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Mengkerut (2 April 2025)

Harga emas Antam (2 April 2025) ukuran 1 gram masih Rp 1.819.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 33,04% jika menjual hari ini.

Ramadan dan Idulfitri Tak Kuat Angkat Pertumbuhan Ekonomi
| Rabu, 02 April 2025 | 08:14 WIB

Ramadan dan Idulfitri Tak Kuat Angkat Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2025, berpotensi berada di bawah angka 5% year on year (yoy)

Tiga Tahun Beruntun Bisnis Ketenagalistrikan MEDC Bukukan Rugi, Begini Ceritanya
| Rabu, 02 April 2025 | 08:00 WIB

Tiga Tahun Beruntun Bisnis Ketenagalistrikan MEDC Bukukan Rugi, Begini Ceritanya

Pada segmen IPP Hidro dan Energi Terbarukan, di saat pendapatannya melonjak justru rugi bersihnya malah membengkak.

INDEKS BERITA

Terpopuler