KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan listrik swasta atau private power utility (PPU) PT Cikarang Listrindo Tbk menyiapkan roadmap untuk mencapai emisi nol pada tahun 2060, sesuai target pemerintah. Dukungan terhadap transisi energi disiapkan untuk jangka panjang sebagai pedoman, agar bisa mencapai pertumbuhan berkelanjutan yang seiring dengan prinsip environmental, social, dan governance (ESG).
Beroperasi lebih dari 30 tahun, perusahaan yang berkode saham POWR ini mengelola daerah layanan khusus di lima kawasan industri, yaitu Kawasan Industri Jababeka, MM-2100, East Jakarta Industrial Park, Hyundai Inti Development, dan Lippo Cikarang.
Penerapan prinsip keberlanjutan bersama dengan prinsip ESG adalah cara perusahaan dalam menyeimbangkan bisnis dengan pengelolaan lingkungan, tanggung jawab sosial, dan tata kelola yang baik.
Untuk mendukung transisi energi, yang terbaru, Cikarang Listrindo mengoperasikan 9 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di lima area layanannya hingga pertengahan tahun lalu. Perusahaan juga memproses 7 SPKLU lainnya dalam waktu dekat.
Ke depannya, perusahaan menargetkan pemasangan 30 SPKLU di lima kawasan industri tersebut. "Inisiatif ini merupakan wujud perusahaan mendukung terciptanya ekosistem kendaraan listrik di kawasan industri," kata Sekretaris Perusahaan POWR Christanto Pranata lewat rilis.
SPKLU ini merupakan perluasan dari hasil uji coba Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik (SPKL) POWR yang ditempatkan di kantornya sejak tahun 2021. SPKL tersebut mendukung 27 unit mobil dan motor listrik operasional perusahaan.
Transisi kendaraan operasional ke kendaraan listrik ini merupakan bagian inovasi perusahaan yang menghasilkan efisiensi dan penurunan emisi dalam operasional. Untuk pengurangan emisi gas rumah kaca, POWR sudah menyiapkan kerangka kerja dalam Carbon Roadmap 2060 dengan tujuan mencapai emisi nol pada tahun 2060.
Strategi mengurangi emisi lainnya yaitu meningkatkan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap (PLTS Atap) sebesar 10 MWp per tahun. Bukan cuma mengurangi emisi, pengembangan ini juga sekaligus memperkuat komitmen untuk investasi di energi baru dan terbarukan.
Hingga Juni 2024, Cikarang Listrindo telah meningkatkan kapasitas PLTS Atap menjadi 23,9 MWp dengan target akhir tahun mencapai 38,7 MWp.
Strategi perusahaan lain, yaitu meningkatkan penggunaan biomassa, yang berasal dari cangkang sawit dan serpihan kayu untuk menggantikan batubara. Jika bahan bakar PLTGU dan PLTG adalah gas, bahan bakar untuk PLTU yaitu batubara dan biomassa. Co-firing PLTU dan PLTS Atap ini merupakan upaya pengurangan emisi gas rumah kaca POWR sejak tahun 2019.
Pada semester pertama tahun 2024, konsumsi biomassa POWR mencapai 24 kton, naik dari 21 kton pada periode yang sama tahun lalu.
Dalam rangka meningkatkan penyerapan emisi karbon dan pelestarian lingkungan, POWR juga melakukan konservasi mangrove dan sumber daya alam hayati lokal di luar kawasan hutan.
POWR masih berkomitmen melakukan pengurangan emisi gas rumah kaca. Yaitu sebesar 10% pada tahun 2025, sebesar 21,4% pada 2030, dan emisi nol pada 2060 yang sesuai dengan target Pemerintah Indonesia.
POWR menghitung, pengurangan 21,4% emisi GRK pada tahun 2030 itu setara dengan 700.000 ton dan penanaman 7 juta pohon.
Berjualan karbon
Dengan menerapkan ESG, Cikarang Listrindo berhasil melakukan efisiensi. Misalnya intensitas efisiensi air sebesar 0,17 m3/MWh pada tahun 2023, lebih baik dibanding tahun sebelumnya 0,12 m3/MWh.
POWR juga mengklaim, kantor pusat dan kantor layanan perusahaan telah berhasil mencapai karbon netralitas pada tahun 2023 melalui penyeimbangan karbon dari pembangkit listrik dari biomassa. Tercatat, intensitas emisinya sebesar 9,9% dari 0,71 GRK/MWh pada tahun 2019 sebagai baseline, turun menjadi 0,64 GRK/MWh pada tahun 2023.
Bukan hanya efisiensi sumber daya, upaya Cikarang Listrindo dalam mendukung transisi energi ini menuai pendapatan segar. Perusahaan mengantongi sumber pendapatan baru dari menjual emisi karbon.
Hingga Juni 2024, perusahaan telah berhasil menjual 4.791,5 MWh Sertifikat Energi Terbarukan Internasional (I-REC) yang bersumber dari pembangkit listrik berbasis biomassa.
Penjualan tersebut meningkat 123% dibandingkan periode yang sama di tahun 2023, yaitu sebesar 2.150,0 MWh. I-REC ini ditawarkan kepada pelanggan dan pihak ketiga yang tertarik untuk menetralkan karbon.
Meski dominan menjalankan aspek lingkungan dalam penerapan ESG, aspek sosial pun tak ketinggalan menjadi prioritas POWR. Ada tiga sektor yang menjadi sasaran tanggungjawab sosial lingkungan, yaitu pemberdayaan masyarakat, pendidikan, dan layanan kesehatan.
Salah satunya, mendukung pemerintah meningkatkan elektrifikasi melalui penyambungan listrik 18.000 rumah untuk daerah pedesaan di Indonesia bersama PLN dan Kementerian ESDM. Hingga akhir 2023, penyambungan listrik sudah diberikan kepada 10.266 rumah di Provinsi Jawa Barat dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sejalan dengan semangat perusahaan "Terang yang membawa kebaikan", POWR juga memberi bantuan sosial untuk penyandang disabilitas kepada masyarakat di sekitar area operasional perusahaan dan pemberian beasiswa. Sepanjang tahun 2023, realisasi dana kegiatan CSR Cikarang Listrindo sebesar US$ 587.511.
Sedangkan untuk tata kelola perusahaan atau governance, POWR berpegang pada prinsip transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi, serta kewajaran dan kesetaraan dalam menjalankan usaha secara sehat dan berkelanjutan.
Sebagai tambahan terhadap pemenuhan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan standar GRI, Cikarang Listrindo juga mengadopsi Task Force on ClimateRelated Financial Disclosure (TCFD) and Sustainability Accounting Standards Board (SASB) Electric Utilities and Power Generators dalam laporan keberlanjutan 2023.
TCFD yang diciptakan oleh Dewan Stabilitas Keuangan (FSB) berbasis di Basel, Swiss mengembangkan pelaporan terkait iklim ke dalam empat elemen, yaitu tata kelola, manajemen risiko, perencanaan strategis, dan target & ukuran. Pelaporan ini menjadi tambahan pertimbangan bagi investor, pemberi pinjaman, atau penjamin asuransi.
Sejatinya, Indonesia belum punya regulasi pelaporan ESG dengan kerangka kerja TCFD. POWR sudah mengadopsi TCFD sejak tahun 2021.
Dengan penerapan ini, POWR mengaku telah mengalami perbaikan peringkat risiko ESG dari pemeringkat internasional. Misalnya, berdasarkan Sustainalytics, risiko ESG perusahaan turun dari 30,8 (risiko tinggi) menjadi 26,7 (risiko sedang).
MSCI juga menyematkan peringkat BB dengan capaian skor keseluruhan, meningkat dari 4,0 menjadi 4,4. Sedangkan skor dari S&P Global sebesar 46, yang diklaim lebih tinggi dari rata-rata nilai pada industri yang sama.
Saham POWR juga ada di indeks ESG Quality 45 IDX KEHATI dan ESG Stock Leaders IDX KEHATI. Kedua indeks ini diluncurkan dan dikelola berkerjasama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Yayasan KEHATI) dan menjadi acuan dalam mencari saham-saham yang pro-ESG.
Indeks ESGQ-Kehati berisi 45 saham terbaik dari hasil penilaian kinerja ESG dan kualitas keuangan perusahaan serta memiliki likuiditas yang baik.
Sedangkan ESGS-Kehati berisi saham-saham dengan hasil penilaian kinerja ESG di atas rata-rata sektornya serta memiliki likuiditas yang baik.
Data center
Penerapan ESG yang dilakukan Cikarang Listrindo turut diimbangi dengan upaya mencapai aspek ekonomi dan operasional.
Total penjualan Cikarang Listrindo sebesar US$ 268,96 juta di akhir Juni 2024. Angka ini naik 0,1% dibanding periode yang sama tahun lalu US$ 268,58. Dibanding kuartal pertama, perolehan kuartal II mengalami penurunan 4,6%. Rinciannya, penjualan ke pelanggan industri sebesar US$ 228,96 juta, turun 1,4% year on year dari sebelumnya US$ 232,29.
POWR, saat ini, memiliki 2.686 pelanggan, antara lain dari sektor otomotif, elektronik, plastik, makanan, kimia, barang konsumer, tekstil, industri berat, dan data center.
Dari sektor ini, permintaan setrum dari sektor data center terlihat menjanjikan. Per Juni 2024, permintaan dari sektor ini mencapai 133 MVA dan diperkirakan bertambah lain 78 MVA hingga akhir 2024. Sedangkan penjualan kepada PT PLN mengalami kenaikan 10% menjadi US$ 39,97 juta.
Adapun laba POWR tercatat US$ 33,46 juta, turun 40,7% ke US$ 33,46 juta dari sebelumnya US$ 56,39 juta.
Analis Yuanta Sekuritas Chandra Pasaribu melihat, ada beberapa alasan saham POWR tetap menarik.
Pendapatan dari industrial estate turun karena lebih rendahnya harga jual setrum rata-rata (ASP) akibat harga batubara yang lebih murah. Namun, permintaan masih solid dengan kenaikan volume 0,7% year on year menjadi 1.638 GWh.
Sedangkan pendapatan kepada PLN naik karena ASP yang lebih tinggi, meskipun volume penjualan turun sampai 15% ke 404 GWh.
Kenaikan ASP pada PLN ini dipicu harga biaya pembelian bahan bakar gas dari PT PGN yang naik menjadi US$ 8,7/BBTU di semester I-2024 dari sebelumnya US$ 6/BBTU di semester I-2023. Sedangkan penjualan listrik turun kepada PLN karena suplai gas dari PGN terhambat.
Sejatinya, POWR berpotensi terkena penalti dari PT PLN karena tidak memenuhi minimum volume 72% dari yang dicantumkan di kontrak. Namun, perusahaan akan melakukan pembicaraan lantaran penyebab penurunan volume kepada PLN disebabkan dari kekurangan bahan bakar gas.
Dia mengakui, laba POWR akhir Juni 2024 di bawah ekspektasinya, lantaran ada kerugian kurs yang dialami. Jika tidak menghitung ini, laba POWR sebesar US$ 46,6 juta, dan sesuai dengan ekspektasi.
Chandra memberi rekomendasi saham buy POWR karena permintaan dari industri tetap solid. Kontrak dari PLN bisa saja menggantung, tetapi kontribusi tidak signifikan. Target harganya di Rp 825 per saham.