Berita

PPRE Memacu Kontrak Jasa Pertambangan

Selasa, 10 Agustus 2021 | 11:39 WIB
PPRE Memacu Kontrak Jasa Pertambangan

ILUSTRASI. Logo grup PT PP.

Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kinerja PT PP Presisi Tbk (PPRE) sedang moncer. Hingga Juli 2021, PPRE mengantongi kontrak baru senilai Rp 3,38 triliun atau telah mencapai 92% dari target kontrak baru 2021 yang mencapai Rp 3,67 triliun.

Kendati begitu, PPRE tak mengendurkan upaya untuk meraih kontrak baru. Pada bulan Agustus hingga Desember 2021, anak usaha PT PP Tbk (PTPP) ini masih menjajaki sejumlah proyek untuk bisa mencapai target sesuai Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).   
 
Direktur PPRE, Benny Pidakso membeberkan, beberapa kontrak baru yang terus dijajaki pada sisa waktu tahun ini antara lain proyek yang berasal dari jasa pertambangan dan maincontractor pada pekerjaan sipil (civilwork).
 
"Target penambahan kontrak baru dari RKAP awal kami harapkan mencapai lebih dari Rp 800 miliar," ungkap dia kepada KONTAN, Minggu (8/8).
 
Pada Juli 2021, PPRE berhasil menambah perolehan kontrak baru sebesar Rp 584 miliar. Total kontrak baru yang telah dikantongi PPRE senilai Rp 3,38 triliun, atau menanjak 156% dibandingkan Juli 2020 yang sebesar Rp 1,32 triliun. 
 
Kontrak itu didapatkan dari Proyek Rehabilitasi Pamanukan-Palimanan (PUPR-non group) sebesar Rp 66,56 miliar, Proyek Pekerjaan Jalan KIT Batang 1.4 (PP KSO-group) Rp 39,19 miliar, Proyek Pekerjaan Hauling Road Upgrading Biri-Biri (Weda Bay Nickel-non group) Rp 51,49 miliar, Proyek Pekerjaan Jasa Hauling Nickel (Weda Bay Nickel-non group) Rp 355,68 miliar, serta kontribusi dari entitas anak PT LMA pada Proyek Pembangunan Junction Cisumdawu 1 (PP - group) sebesar Rp 42,07 miliar.
 
Secara komposisi per lini bisnis, pencapaian tersebut didominasi lini bisnis Civilwork sebesar 60%, Mining Services 31%, Production plant 6% dan sisanya dari Structure Work maupun Rental Heavy Equipment.
 
Benny bilang, upaya diversifikasi yang dijalankan ke jasa pertambangan mampu mengoptimalkan aset alat berat yang dimiliki, sehingga turut mendorong pertumbuhan kinerja PPRE. "Pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan maupun laba perseroan melalui sustainable income," sambung dia.
 
Pendapatan PPRE hingga akhir 2021 diproyeksikan mencapai Rp 3,2 triliun. Sedangkan laba bersihnya ditaksir sebesar Rp 126,3 miliar.
 
Mengenai kontrak di segmen pertambangan, PPRE menggarap proyek di Weda Bay Nickel. Saat ini PPRE juga melaksanakan proyek jasa tambang nikel di Morowali dengan kontrak produksi selama tiga tahun.
 
Selanjutnya, PPRE menjajaki peluang menambah pekerjaan jasa pertambangan di Weda Bay Nickel, baik untuk mining development maupun mining contractor. "PPRE juga sedang melakukan negosiasi untuk beberapa proyek jasa tambang lainnya di Sumatra, Kalimantan maupun Sulawesi," ungkap Benny.
 
Untuk menopang kinerja tahun ini, PPRE menganggarkan belanja modal (capex) sebesar Rp 336 miliar. Capex itu untuk menambah kapasitas alat berat seiring pertumbuhan proyek baru maupun peremajaan alat berat.
 
Penggunaan capex 50% untuk mendukung perolehan proyek mining services, 20% untuk civilwork, dan sisanya untuk pengembangan sistem IT maupun workshop. "Realisasi capex hingga Juli 2021 sebesar Rp 151 miliar atau 45% dari total capex yang dianggarkan," kata Benny.   

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Sudah berlangganan? Masuk

Berlangganan

Berlangganan Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi, bisnis, dan investasi pilihan

Rp 20.000

Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000

Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Terbaru
IHSG
7.288,81
0.29%
-21,28
LQ45
985,97
0.44%
-4,40
USD/IDR
15.853
0,35
EMAS
1.249.000
2,21%