KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fundamental ekonomi dalam negeri yang kuat menjadi penopang keperkasaan rupiah di awal pekan ini.
Pada perdagangan kemarin, Senin (9/12), kurs rupiah di pasar spot menguat 0,20% menjadi Rp 14.010 per dollar Amerika Serikat (AS).
Serupa, rupiah pada kurs tengah Bank Indonesia naik 0,11% ke level Rp 14.021 per dollar AS.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil di level 5% serta rendahnya inflasi jadi penyokong rupiah di tengah kenaikan indeks dollar AS.
Baca Juga: Bank Indonesia lebih optimistis proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020
Posisi dollar AS sebenarnya di atas angin usai data tingkat pengangguran bulan November yang turun dari 3,6% menjadi 3,5%. Selain itu, data tenaga kerja di luar sektor pertanian juga naik 266.000.
Di sisi lain, pelemahan yuan akibat data perdagangan China yang negatif juga tak mampu mengadang penguatan rupiah.
Baca Juga: Harga SUN Terkoreksi Perang Dagang premium
Sementara untuk hari ini, pasar masih menanti kebijakan AS terkait rencana pengenaan tarif pada produk asal China senilai US$ 156 miliar pada 15 Desember mendatang.
Pelaku pasar juga memperhatikan FOMC Meeting yang dilaksanakan 11 Desember mendatang. "Pernyataan The Federal Reserve usai FOMC mengenai arah kebijakan di tahun depan juga masih dinanti pelaku pasar," kata Josua, kemarin.
Baca Juga: Ada Peluang Window Dressing di Saham Indeks KOMPAS100 premium
Karena itu, Direktur Garuda Berjangka Ibrahim juga memprediksi kurs rupiah hari ini kembali menguat dalam rentang Rp 13.990-Rp 14.040 per dollar AS.
Sedangkan Josua memperkirakan, kurs rupiah hari ini bergerak dalam kisaran Rp 14.000-Rp 14.075 per dollar AS.