Produsen Jepang Akan Publikasi Kinerja, Investor Cermati Dampak Terbatasnya Cip

Senin, 10 Mei 2021 | 17:12 WIB
Produsen Jepang Akan Publikasi Kinerja, Investor Cermati Dampak Terbatasnya Cip
[ILUSTRASI. Logo Toyota terpampang dalam pameran Geneva International Motor Show di Jenewa, Swiss, 5 Maret 2019. REUTERS/Pierre Albouy]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Perhatian investor global akan tertuju ke sektor otomotif pada pekan ini. Di periode itu, sejumlah pabrikan mobil besar asal Jepang akan mengumumkan kinerja tahunannya, yang menurut analis akan memperlihatkan penurunan pendapatan. 

Investor juga akan menyesuaikan kembali prospek saham sektor otomotif dengan kondisi pasokan chip di pasar global. Keterbatasan pasokan mikrocip mengakibatkan produsen otomotif harus memangkas volume produksi, atau menunda jadwal produksi selam beberapa bulan terakhir. 

Pasokan cip di pasar global merosot akibat lonjakan permintaan dari produsen perangkat elektronik. Pemberlakuan sanksi perdagangan terhadap China oleh Amerika Sreikat turut memperparah kelangkaan semikonduktor. 

Pemadaman listrik yang melanda Texas selama musim dingin akhir tahun lalu, turut membuat pasokan chip seret mengingat banyak fasilitas produksi cip yang berada di negara bagian AS tersebut. Pemicu lain penurunan pasokan chip adalah kebakaran yang melanda pabrik milik Renesas Electronics Corp di Jepang.

Baca Juga: Terdorong diskon PPnBM, penjualan ritel Daihatsu naik 10,6% pada bulan lalu

"Pertanyaan besarnya adalah seberapa banyak pembuat mobil menurunkan target pendapatan karena perlambatan produksi dan, akibatnya, penjualan yang lebih rendah," kata analis Julie Boote dari Pelham Smithers Associates.

Di saat pasokan seret, permintaan mobil tetap kuat, terutama di AS, hingga harga kendaraan terangkat. Kondisi semacam ini yang bisa menjadi penyangga bagi pendapatan pembuat mobil, kata analis.

Untuk periode tahunan yang berakhir 31 Maret 2021, Toyota Motor Corp, produsen mobil terbesar di dunia, akan melaporkan penurunan laba operasi hingga 12,5% per tahun menjadi 2,1 triliun yen (atau setara Rp 273 triliun), demikian perkiraan 24 analis yang dikompilasi Refinitiv SmartEstimate.

Keuntungan Toyota kemungkinan akan bangkit menjadi 2,6 triliun yen (Rp 338 triliun) pada tahun fiskal berikut yang dimulai 1 April kemarin, demikian perkiraan Refinitiv SmartEstimate.

Baca Juga: Masuki bisnis mobil listrik global, Huawei dan Baidu gelontorkan US$ 19 miliar

Sementara banyak pemain otomotif global terpaksa memangkas produksi karena kekurangan chip, Toyota sejauh ini tidak terlalu terdampak. Analis memperkirakan, Toyota telah menimbun stok cip.

Di periode yang sama, Honda Motor Co Ltd kemungkinan akan melaporkan penurunan laba tahunan 11% menjadi 560 miliar yen (Rp 72,8 triliun). Sementara Nissan Motor Co Ltd akan melaporkan kerugian 142 miliar yen (Rp 18,4 triliun), melebar dari kerugian 40,5 miliar yen (Rp 5,2 triliun) untuk tahun sebelumnya, Refinitiv SmartEstimate menunjukkan.

Keuntungan Honda kemungkinan akan mencapai 791 miliar yen (Rp 102,8 triliun) pada tahun bisnis yang sedang berjalan. Sedang Nissan berpeluang meraih keuntungan 141 miliar yen (Rp 18,3 triliun) di tahun berjalan, menurut Refinitiv SmartEstimate.

Nissan akan melaporkan kinerjanya pada Selasa (11/5), diikuti Toyota pada Rabu (12/5) dan Honda pada Jumat (14/5).

Selanjutnya: Perbankan Mengejar Layanan Digital, Ini Rekomendasi Saham BBNI, BBCA, BBRI, dan BMRI

 

Bagikan

Berita Terbaru

Inflasi Tahunan Tertinggi Dalam 17 Bulan, Inflasi Bulanan Tertinggi Dalam 5 Tahun
| Senin, 03 November 2025 | 15:49 WIB

Inflasi Tahunan Tertinggi Dalam 17 Bulan, Inflasi Bulanan Tertinggi Dalam 5 Tahun

BPS melaporkan inflasi Oktober 2025 capai 0,28% (MtM) dan 2,86% (YoY), tertinggi dalam 5 tahun. Emas perhiasan jadi pemicu utama. Simak detailnya!

Neraca Dagang Indonesia Surplus 65 Bulan, September 2025 Menciut
| Senin, 03 November 2025 | 15:15 WIB

Neraca Dagang Indonesia Surplus 65 Bulan, September 2025 Menciut

BPS merilis data neraca dagang Indonesia September 2025. Surplus neraca dagang mencapai US$ 4,34 miliar, turun dari bulan sebelumnya.

Inflasi Oktober 2025 Mencapai 2,86% dan Tertinggi Sejak 2021, Emas Jadi Pemicu Utama
| Senin, 03 November 2025 | 12:47 WIB

Inflasi Oktober 2025 Mencapai 2,86% dan Tertinggi Sejak 2021, Emas Jadi Pemicu Utama

Inflasi Indonesia Oktober 2025 mencapai 0,28% MtM (2,86% YoY). BPS sebut emas perhiasan pemicu. Pahami dampak dan data provinsinya.

Kontroversi Pajak Kekayaan, Itu Eksesif, Picik dan Kuno
| Senin, 03 November 2025 | 12:45 WIB

Kontroversi Pajak Kekayaan, Itu Eksesif, Picik dan Kuno

Tak masuk akal, wajib pajak menjual atau melikuidasi sebagian harta mereka, hanya karena tidak memiliki aset likuid untuk membayar pajak ini. 

Indonesia Surplus Neraca Dagang 65 Bulan Berturut-Turut, Tapi Surplus Makin Mini
| Senin, 03 November 2025 | 12:22 WIB

Indonesia Surplus Neraca Dagang 65 Bulan Berturut-Turut, Tapi Surplus Makin Mini

BPS mengumumkan neraca perdagangan September 2025 mengalami surplus US$ 4,34 miliar, ditopang non-migas. 

PMI Manufaktur Oktober Melesat, Sinyal Awal Pemulihan Ekonomi Indonesia
| Senin, 03 November 2025 | 12:05 WIB

PMI Manufaktur Oktober Melesat, Sinyal Awal Pemulihan Ekonomi Indonesia

PMI manufaktur Indonesia naik jadi 51,2 di Oktober 2025, didorong permintaan domestik dan belanja masyarakat.

Kredit Diprediksi Masih Flat Hingga Akhir Tahun, Saham BTPS Direkomendasikan Tahan
| Senin, 03 November 2025 | 08:07 WIB

Kredit Diprediksi Masih Flat Hingga Akhir Tahun, Saham BTPS Direkomendasikan Tahan

Meski belakangan tengah mengalami koreksi, sepanjang 2025 berjalan saham BTPS sudah mencetak kenaikan harga 46,52%.

Meneropong Prospek Saham DEWA di Tengah Transformasi Bisnis dan Otak-Atik Keuangan
| Senin, 03 November 2025 | 07:46 WIB

Meneropong Prospek Saham DEWA di Tengah Transformasi Bisnis dan Otak-Atik Keuangan

Setiap kenaikan kapasitas 50 juta bcm membutuhkan investasi Rp 3,4 hingga Rp 4 triliun untuk pembelian alat berat dan peralatan pendukung.

Banjir Impor Biang Kerok Kontraksi TPT
| Senin, 03 November 2025 | 07:25 WIB

Banjir Impor Biang Kerok Kontraksi TPT

IKI Oktober menujukkan 22 subsektor masih ekspansi, hanya industri tekstil yang mengalami kontraksi akibat tekanan pasar

Pendapatan Operasional Melejit, Laba Indomobil (IMAS) Melambung Tinggi
| Senin, 03 November 2025 | 07:22 WIB

Pendapatan Operasional Melejit, Laba Indomobil (IMAS) Melambung Tinggi

Sampai 30 September 2025, laba bersih PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) melejit 216,06% secara tahunan (yoy) jadi Rp 257,60 miliar.

INDEKS BERITA

Terpopuler