Profil Kredit Melemah, Peringkat Utang ABM Investama (ABMM) Dipangkas

Selasa, 14 Mei 2019 | 15:32 WIB
Profil Kredit Melemah, Peringkat Utang ABM Investama (ABMM) Dipangkas
[]
Reporter: Herry Prasetyo | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat Moody's Investors Service menurunkan peringkat PT ABM Investama Tbk (ABMM) dari Ba3 menjadi B1. Prospek peringkat direvisi dari negatif menjadi stabil.

Penurunan peringkat juga berlaku untuk surat utang senior tanpa jaminan senilai US$ 350 juta yang akan jatuh tempo pada 2022.

Analis Moody's Maisam Hasnain mengatakan, penurunan peringkat mencerminkan ekspektasi Moody's bahwa profil kredit ABM Investama akan melemah seiring hilangnya pelanggan utama di anak usaha yang bergerak di jasa pertambangan, PT Cipta Kridatama.

Maret 2019 lalu, Cipta Kridatama menghentikan operasi jasa penambangan di dua tambang milik produsen batubara termal, PT Toba Bara Sejahtera Tbk (TOBA). Penghentian ini menyusul pemutusan kontrak lebih awal di tambang batubara ketiga Toba Bara pada Desember 2018 lalu.

Moody's memperkirakan, kontrak tersebut menyumbang sekitar 22% terhadap pendapatan konsolidasi ABM Investama dan sekitar 17% terhadap EBITDA pada 2018.

Sebagai akibat hilangnya pendapatan dari kontrak tersebut dan berdasarkan asumsi harga batubara termal dalam jangka menengah, Moody's memperkirakan, rasio utang ABM yang disesuaikan, yang diukur dari perbandingan utang terhadap EBITDA, akan meningkat menjadi sekitar 3,6 kali pada 2019.

Pada 2018 lalu, rasio utang ABM Investama masih di kisaran 2 kali. Akibatnya, rasio utang ABM Investama tidak lagi sesuai dengan harapan Moody's untuk peringkat Ba3.

Profil bisnis ABM Investama, menurut Moody's, juga kurang terdiversifikasi dan semakin bergantung pada penjualan batubara. Alhasil, bisnis ABM Investama bergantung pada volatilitas harga batubara yang cukup besar.

Moody's memperkirakan, penjualan batubara dari dua tambang ABM Investama yang beroperasi akan mencapai sekitar 50% dari pendapatan konsolidasi pada 2019. Pada 2018 lalu, penjualan dari dua tambang tersebut menyumbang 36% terhadap total pendapatan.

Untuk mengimbangi pendapatan yang hilang, ABM berencana mendapatkan pelanggan baru. Perusahaan berencana untuk menyelesaikan investasi senilai US$ 60 juta melalui akuisisi saham minoritas produsen batubara termal Indonesia pada Juni 2019.

Menurut ABM Investama, investasi tersebut bergantung pada diperolehnya perjanjian yang mengatur tingkat pendapatan dan laba minimal dari perusahaan target.

Meski begitu, Hasnain mengatakan, rencana investasi tersebut akan melemahkan penyangga likuiditas ABM Investama. "Pengurangan likuiditas itu dapat melemahkan kemampuan perusahaan untuk mendanai akuisisi kepemilikan saham mayoritas di tambang batubara lainnya," ujar Hasnain.

Peringkat B1 untuk ABM Investama menggabungkan harapan Moody's bahwa ABM Investama akan terus mencari akuisisi saham mayoritas di tambang batubara selama enam bulan hingga 12 bulan ke depan.

Upaya itu penting untuk mengimbangi cadangan batubara yang menipis di tambang Tunas Inti Abadi yang hanay memiliki sektiar 14 juta ton cadangan batubara tersisa pada Desember 2018.

Profil bisnis ABM Investama, menurut Moody's, akan semakin melemah jika ketidakpastian terus berlanjut dalam upaya memperoleh aset batubara yang cocok dalam waktu dekat. Profil bisnis juga akan melemah jika ABM Investama meningkatkan utang yang cukup besar untuk mendanai akuisisi tersebut.

Prospek peringkat ABM Investama direvisi menjadi stabil. Hal ini mencerminkan ekspektasi bahwa ABM Investama akan meningkatkan volume produksi batubara dan memperpanjang umur tambang dalam 12 bulan ke depan sambi mempertahankan kebijakan keuangan yang hati-hati.

Tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak 2011, ABM Investama adalah perusahaan energi terintegrasi dengan investasi di pertambangan batubara, jasa tambang, teknik dan logistik, serta pembangkit listrik.

Keluarga Hamami mengendalikan 79% kepemilikan saham di ABM Investama melalui PT Tiara Marga Trakindo (23%) dan Valle Verde Pte Ltd (56%). Sisa saham dipegang oleh publik.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Maskapai Penerbangan Terganggu Recall Airbus A320
| Selasa, 02 Desember 2025 | 05:30 WIB

Maskapai Penerbangan Terganggu Recall Airbus A320

Dari total sebanyak 143 unit A320 ada 38 unit pesawat yang terkena recall yang berasal dari enam maskapai.

Awas, Indonesia Potensi Siklon Tropis
| Selasa, 02 Desember 2025 | 05:20 WIB

Awas, Indonesia Potensi Siklon Tropis

Ancaman bencana alam di Indonesia kini bertambah selain hidrometeorologi yakni adanya ancaman siklon tropis.

Pergerakan IHSG Selasa (2/12) Masih Ditopang Data Domestik
| Selasa, 02 Desember 2025 | 05:18 WIB

Pergerakan IHSG Selasa (2/12) Masih Ditopang Data Domestik

IHSG masih berpeluang bergerak di zona hijau pada Selasa (2/12), ditopang oleh sejumlah data ekonomi dalam negeri yang membaik.

Ini Saham Jagoan Pilihan Jika Sinterklas Datang
| Selasa, 02 Desember 2025 | 05:16 WIB

Ini Saham Jagoan Pilihan Jika Sinterklas Datang

Bulan Desember yang berpeluang bullish masih menjadi periode menarik untuk melakukan trading berbasis seasonality

Sinergi Inti Andalan (INET) Bersiap Jaring Dana Jumbo dari Obligasi dan Rights Issue
| Selasa, 02 Desember 2025 | 05:13 WIB

Sinergi Inti Andalan (INET) Bersiap Jaring Dana Jumbo dari Obligasi dan Rights Issue

INET berencana merilis obligasi senilai Rp 1 triliun dan menjaring rights issue senilai Rp 3,2 triliun

Banjir Sumatra Mengusik Perekonomian Nasional
| Selasa, 02 Desember 2025 | 05:10 WIB

Banjir Sumatra Mengusik Perekonomian Nasional

Jumlah korban bencana banjir dan longsor di wilayah Sumatra Utara, Aceh dan Sumatera Barat terus bertambah.

Investasi Danantara Harus Berdampak Ganda
| Selasa, 02 Desember 2025 | 05:00 WIB

Investasi Danantara Harus Berdampak Ganda

Danantara sudah membuat roadmap investasi untuk tahun 2026 yang bisa mendorong roda ekonomi dan lapangan pekerjaan. 

Menjaga Ketahanan Perbankan Nasional
| Selasa, 02 Desember 2025 | 04:54 WIB

Menjaga Ketahanan Perbankan Nasional

Risiko global 2026 mungkin tampak seperti badai di kejauhan, tetapi sejarah menunjukkan badai yang diabaikan rentan menjadi krisis.

Investasi Dapen Masih Tertekan Efek Bunga Acuan
| Selasa, 02 Desember 2025 | 04:50 WIB

Investasi Dapen Masih Tertekan Efek Bunga Acuan

industri dapen mencetak realisasi return on investment (ROI) sebesar 5,08% per kuartal III-2025, lebih rendah dari September 2024 sebesar 5,15%.

Rekomendasi Saham Pilihan dan Proyeksi IHSG Untuk Selasa (2/12)
| Selasa, 02 Desember 2025 | 04:50 WIB

Rekomendasi Saham Pilihan dan Proyeksi IHSG Untuk Selasa (2/12)

Simak analisis pergerakan IHSG pada 1 Desember 2025 yang menguat 0,47%. Investor mencermati data ekonomi dan ekspektasi The Fed. 

INDEKS BERITA