Prospek Menarik Saham Bank Big Cap

Sabtu, 11 Desember 2021 | 07:30 WIB
Prospek Menarik Saham Bank Big Cap
[]
Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kredit perbankan terus menunjukkan perbaikan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kredit perbankan pada Oktober 2021 tumbuh sebesar 3,24% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, atau naik 3,21% dibandingkan akhir tahun lalu. Kenaikan kredit ini terutama terjadi pada sektor manufaktur dan rumah tangga.

Analis Pilarmas Investindo Okie Setya Ardiastama menilai, saham sektor perbankan mempunyai prospek menarik, khususnya saham-saham berkapitalisasi besar. Hal tersebut sejalan dengan potensi pemulihan kinerja keuangan pada tahun depan.

Kinerja yang membaik akan memicu perbaikan pada kualitas dari kredit. “Secara garis besar, ada potensi, January effect masih didominasi oleh saham-saham perbankan," kata Okie, Jumat (10/12).

Tapi, pelaku pasar akan mencermati kinerja emiten jelang akhir tahun, khususnya rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL). Selain itu, sektor perbankan masih harus menghadapi tantangan yang cukup besar, mengingat adanya ketidakpastian dari penanganan pandemi dan kebijakan dari suku bunga acuan berbagai negara pada tahun depan.

Ada potensi suku bunga acuan naik tahun depan. “Di satu sisi, apabila konsumsi tidak dapat naik, hal ini akan membebani kinerja sektor perbankan,” tambah Okie.

Tim riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia yang terdiri dari Handiman Soetoyo, Harianto Wijaya dan Rizkia Darmawan, juga cukup optimistis dengan kinerja bank hingga akhir tahun ini. Pertumbuhan kredit perbankan di Oktober menjadi level tertinggi sejak April 2020.

Akselerasi pertumbuhan pendapatan perbankan terutama didorong oleh beban bunga yang lebih rendah secara signifikan, pendapatan non-bunga yang lebih tinggi, dan biaya provisi lebih rendah.

“Kami memperkirakan akan melihat akselerasi pendapatan lebih lanjut di bulan November dan Desember, karena pertumbuhan pinjaman akan terus meningkat, seiring dengan peningkatan aktivitas bisnis,” jelas tim riset Mirae dalam risetnya.

Mirae Asset menilai kinerja empat bank besar, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) di atas ekspektasi.

Dengan demikian, Mirae Asset Sekuritas mempertahankan pandangan overweight untuk sektor perbankan, dengan BBNI sebagai pilihan saham utamanya. Mirae Asset memberikan rekomendasi beli BBNI degan target harga  Rp 9.000.

Kemudian pilihan teratas kedua ada saham BMRI dengan pertumbuhan pendapatan yang kuat dan valuasi yang masih relatif rendah. Mirae Asset Sekuritas menyarankan beli saham BMRI dengan target harga Rp 9.075.

Selanjutnya, Mirae Asset Sekuritas memberikan rekomendasi trading buy untuk saham BBCA dengan target harga Rp 8.350.

Okie juga melihat, secara keseluruhan saham-saham perbankan big cap masih menarik untuk dikoleksi. Secara valuasi, saat ini BBNI diperdagangkan relatif lebih rendah ketimbang dibandingkan PBV industri dan bank lain.

Menilik data RTI, sekarang ini saham BBNI diperdagangkan dengan PBV 1,06 kali. Selanjutnya ada BMRI dengan PBV sebesar 1.7 kali.

Okie memasang target harga BBCA di Rp 9.150, kemudian BMRI di Rp 8.150, BBNI di Rp 7.275, dan BBRI dengan target Rp 4.690.

 

 

Bagikan

Berita Terbaru

ESG XLSmart (EXCL): Memadukan Strategi biar Jadi Paling Dicintai
| Senin, 09 Juni 2025 | 11:05 WIB

ESG XLSmart (EXCL): Memadukan Strategi biar Jadi Paling Dicintai

Usaha baru hasil merger XL Axiata dan Smartfren efektif berjalan pada tahun ini. Manajemen berjanji lebih ambisius untuk menerapkan ESG.

Gelombang PKPU Anak Usaha BUMN Karya Masih Berlanjut, Kali Ini Menerpa Anak WSKT
| Senin, 09 Juni 2025 | 10:54 WIB

Gelombang PKPU Anak Usaha BUMN Karya Masih Berlanjut, Kali Ini Menerpa Anak WSKT

Sebelumnya gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) juga diajukan terhadap anak usaha PTPP dan WIKA.

Proyeksi IHSG Usai Idul Adha, Minim Sentimen Domestik dan Waspadai Profit Taking
| Senin, 09 Juni 2025 | 09:56 WIB

Proyeksi IHSG Usai Idul Adha, Minim Sentimen Domestik dan Waspadai Profit Taking

Selama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak menembus ke bawah 7.000, outlook mingguan masih netral ke positif.

Emiten Kelapa Sawit Sinarmas (SMAR) Akan Jual Bio CNG dari Limbah Gas Metana
| Senin, 09 Juni 2025 | 09:23 WIB

Emiten Kelapa Sawit Sinarmas (SMAR) Akan Jual Bio CNG dari Limbah Gas Metana

DSNG menjadi salah satu pesaing PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) di bisnis bio CNG.

Di Tengah Kabar Spin Off, BRIS Jadi Laggard IHSG dengan Penurunan Harga Terdalam
| Senin, 09 Juni 2025 | 08:58 WIB

Di Tengah Kabar Spin Off, BRIS Jadi Laggard IHSG dengan Penurunan Harga Terdalam

Masuknya Danantara berpotensi membuat free float BRIS lebih tinggi, sehingga di atas kertas akan berefek positif pada perdagangan saham BRIS.​

Menolak Kenaikan Pajak Rumah Tapak
| Senin, 09 Juni 2025 | 08:56 WIB

Menolak Kenaikan Pajak Rumah Tapak

Kebijakan pajak dinilai perlu diisusun secara adil, transparan, dan bebas dari pengaruh kepentingan bisnis maupun jabatan ganda pejabat negara

Harga Minyak Membuka Ruang Fiskal Pemerintah
| Senin, 09 Juni 2025 | 08:47 WIB

Harga Minyak Membuka Ruang Fiskal Pemerintah

Pada bulan April 2025, Indonesia Crude Price (ICP) ditetapkan US$ 65,29 per barel di bawah asumsi US$ 82 per barel

Profit 31,63%% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Tak Beranjak (9 Juni 2025)
| Senin, 09 Juni 2025 | 08:45 WIB

Profit 31,63%% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Tak Beranjak (9 Juni 2025)

Harga emas Antam hari ini (9 Juni 2025) Rp 1.904.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 31,63% jika menjual hari ini.

Redam Pesimisme, Pengelola Bursa dan Emiten Berdialog dengan Pengelola Dana Asing
| Senin, 09 Juni 2025 | 08:11 WIB

Redam Pesimisme, Pengelola Bursa dan Emiten Berdialog dengan Pengelola Dana Asing

Menghadapi aksi jual para investor asing, baik pengelola bursa juga emiten tak berpangku tangan. Mereka bergerak aktif berdialog dengan hedgefund.

Sektor Otomotif Masih Belum Bisa Ngebut, Simak Rekomendasi Sahamnya
| Senin, 09 Juni 2025 | 08:03 WIB

Sektor Otomotif Masih Belum Bisa Ngebut, Simak Rekomendasi Sahamnya

Kondisi makroekonomi domestik dan global yang belum stabil menjadi pemberat utama pertumbuhan sektor otomotif.

INDEKS BERITA

Terpopuler