KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) masih giat melakukan diversifikasi bisnis. Saat ini, emiten berkode saham RUIS di Bursa Efek Indonesia tersebut merambah bisnis pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT).
Radiant Utama menggarap pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm) di Sintang Kalimantan Barat dan pembangkit listrik tenaga surya atau solar panel (PLTS). Direktur Utama Radiant Utama Sofwan Farisyi bilang, saat ini pihaknya tinggal menunggu hasil tender proyek pembangkit listrik tersebut. Dia meyakini RUIS akan menjadi pemenang dalam tender tersebut.
Apabila proyek itu sudah digenggam, manajemen RUIS menargetkan bisa memulai konstruksi pembangkit pada tahun 2020 dengan waktu pembangunan sekitar satu hingga dua tahun atau beroperasi secara komersial pada 2021 mendatang.
Nantinya, pembangkit ini memiliki kapasitas sebesar 10 megawatt (MW) dengan nilai investasi mencapai US$ 20 juta dan menggandeng investor asal China. "Kami bangun dari nol, peralatan dari kita sendiri, mereka lebih ke pendanaannya," ujar Sofwan, Kamis (21/2).
Sebagai persiapan, RUIS tengah mempelajari lebih dalam mengenai bahan produksinya, yang di antaranya akan menggunakan cangkang kelapa sawit. "Itu yang akan dipakai. Kami akan menyediakan alat yang multi fuel, jadi bisa untuk bahan yang bermacam-macam," papar dia.
Selain PLTBm, RUIS tengah mengikuti tender PLTS. Ia bilang, ada dua tender yang tengah diikuti, yakni proyek pembangkit berkapasitas 2 MW di salah satu universitas di Jakarta dan proyek di salah satu universitas di Semarang dengan kapasitas 0,5 MW.
RUIS juga mengincar proyek pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) di Kalimantan Selatan. Tahapannya, masih dalam proses uji kelayakan. Nantinya mereka akan mengolah batubara dengan kalori sebesar 4.000 kcal/kg untuk proses gasifikasi batubara menjadi gas yang akan digunakan menjadi bahan utama pembangkit listrik dengan rancangan 10 MW tersebut.
RUIS sudah menambah portofolio bisnis kelistrikan sejak dua tahun yang lalu. Mereka juga pernah mendapat proyek panel surya dengan kapasitas 2 MW. Secara keseluruhan, bisnis kelistrikan menyumbang sekitar 7% hingga 8% dari total pendapatan.
Berkenaan dengan bisnis inti, tahun ini RUIS membidik kontrak Rp 2,7 triliun. Target itu tumbuh 22,72% dari realisasi perolehan kontrak selama tahun lalu yaitu Rp 2,2 triliun. "Ini termasuk kontrak yang diperoleh dari Meliwis, gambaran sekitar Rp 1,1 triliun," ungkap Soeharto Nurcahyono, Division Head Planning RUIS, Kamis (21/2).
Dia meyakini, meski belum teken kontrak, RUIS sudah mendapatkan persetujuan dari SKK Migas.