Raih Komitmen Permintaan Lahan Industri, Ini Rekomendasi Saham Bekasi Fajar (BEST)

Kamis, 13 Juni 2019 | 08:22 WIB
Raih Komitmen Permintaan Lahan Industri, Ini Rekomendasi Saham Bekasi Fajar (BEST)
[]
Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan peringkat utang Indonesia akan membuat investor makin tertarik berinvestasi di dalam negeri, baik di pasar modal maupun investasi langsung. Melonjaknya investasi langsung bisa membuat jumlah permintaan lahan kawasan industri ikut terkerek.

Hal ini akan menguntungkan emiten pengelola lahan industri. Salah satunya adalah PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST).

Di empat bulan pertama tahun ini, Bekasi Fajar belum mencatatkan penjualan lahan. Namun, perusahaan ini optimistis di semester dua bisa menjual lahan dengan target 40 hektre (ha), naik 5 ha dari 2018.

Target tersebut akan mudah tercapai. Sebab, per April lalu, perusahaan ini sudah memperoleh komitmen permintaan lahan industri alias inquiry sebesar 81 ha dari perusahaan Jepang, China dan lokal.

Analis Sinarmas Sekuritas Richardson Raymond mengatakan, secara umum permintaan lahan industri di tahun ini tetap marak. Bahkan, permintaan berpotensi meningkat karena kondisi dalam negeri mendukung para investor global untuk investasi bisnis.

Lembaga pemeringkat global Standard & Poors (S&P) menaikkan peringkat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB. Rating utang jangka pendek juga membaik dari A-2 menjadi A-3. "Naiknya rating menunjukkan prospek pertumbuhan Indonesia akan membaik dan menambah kepercayaan diri investor global untuk berinvestasi secara langsung," kata Richardson.

Menurut Richardson, permintaan lahan berpotensi naik karena perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China membuat pengusaha menggeser tujuan investasi industri ke negara di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Analis Indo Premier Sekuritas Dea Fausta sepakat penjualan lahan Bekasi Fajar di semester II-2019 akan membaik. Kinerja Bekasi Fajar akan meningkat karena memiliki simpanan penjualan lahan alias 41 ha di April 2019, senilai Rp 1,2 triliun.

Rata-rata harga penjualan lahan alilas average selling price (ASP) Bekasi Fajar sekitar Rp 2,9 juta per m2. "Kami berharap BEST cepat mendapat pengakuan pembelian sehingga bisa meningkatkan pendapatan jadi Rp 600 miliar dengan asumsi ASP Rp 3 juta per meter persegi," tulis Dea dalam riset.

Selain itu, kinerja berpotensi naik karena BEST memiliki total landbank bersih seluas 707 ha per Maret 2019. Perusahaan ini juga menargetkan menambah landbank sebanyak 50 ha-60 ha di 2019.

Richardson menambahkan, bisnis lahan BEST terbilang tahan banting. Bahkan potensi penurunan suku bunga bank sentral AS dan Indonesia dinilai tidak berdampak langsung bagi kinerja BEST.

Bekasi Fajar lebih dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Sebab hal ini bisa meringankan beban utang Bekasi Fajar. Maklum, sepanjang 2018, laba bersih Bekasi Fajar turun 12,56% karena terbebani pelemahan rupiah hingga menekan margin.

Hingga akhir tahun ini, Richardson memprediksi pendapatan Bekasi Fajar naik satu digit, dengan laba bersih tumbuh 15%. Richardson dan Dea merekomendasikan buy dengan target harga Rp 320 per saham. Sementara Analis Ciptadana Sekuritas Yasmin Soulisa merekomendasikan buy dengan target harga Rp 330 per saham.

Bagikan

Berita Terbaru

Surono Subekti Masuk Daftar Pemegang Saham Brigit Biofarmaka di Tengah Koreksi Harga
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 16:30 WIB

Surono Subekti Masuk Daftar Pemegang Saham Brigit Biofarmaka di Tengah Koreksi Harga

Surono menjadi satu-satunya pemegang saham individu di luar afiliasi dan manajemen yang punya saham OBAT lebih dari 5%.

Menengok Portofolio Grup Djarum yang Baru Masuk ke Saham RS Hermina (HEAL)
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 15:00 WIB

Menengok Portofolio Grup Djarum yang Baru Masuk ke Saham RS Hermina (HEAL)

Grup Djarum pada 25 Juni 2025 mencaplok 3,63% PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), emiten yang mengelola jaringan Rumah Sakit Hermina.

Kinerjanya Paling Bontot di ASEAN Pada 23-26 Juni, Gimana Prospek IHSG Ke Depan?
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 15:00 WIB

Kinerjanya Paling Bontot di ASEAN Pada 23-26 Juni, Gimana Prospek IHSG Ke Depan?

Tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Iran, bisa berimbas pada meningkatkan risk appetite investor atas aset berisiko di emerging markets

Ada Normalisasi Permintaan, Serapan Semen Nasional Melemah per Mei 2025
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 14:13 WIB

Ada Normalisasi Permintaan, Serapan Semen Nasional Melemah per Mei 2025

Volume penjualan semen domestik pada lima bulan pertama tahun 2025 turun 2,1% year on year (YoY) menjadi 22,27 ton.

Pabrik Baterai EV Terintegrasi Pertama Berdiri Akhir Juni , Ini Mereka yang Terlibat
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 13:26 WIB

Pabrik Baterai EV Terintegrasi Pertama Berdiri Akhir Juni , Ini Mereka yang Terlibat

Indonesia akan memiliki pabrik baterai EV pertama pada akhir Juni 2026 ini. Selain China, sejumlah perusahaan lokal terlibat. Ini detailnya.

Dugaan Korupsi Pengadaan EDC BRI, Oknum Rekanannya Juga Tersandung di Kasus Pertamina
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 08:22 WIB

Dugaan Korupsi Pengadaan EDC BRI, Oknum Rekanannya Juga Tersandung di Kasus Pertamina

PT Pasifik Cipta Solusi (PCS) dalam situs webnya mengaku sebagai partner BRI sejak tahun 2020 dalam pengadaan mesin EDC agen BRILink.

Waspada Risiko Kontraksi Setoran Pajak
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 07:21 WIB

Waspada Risiko Kontraksi Setoran Pajak

Penerimaan pajak semester I-2025 berisiko terkontraksi 35%-40% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Wajib Pajak UMKM Masih Bisa Bebas PPh Final
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 07:01 WIB

Wajib Pajak UMKM Masih Bisa Bebas PPh Final

Ditjen Pajak menegaskan bahwa kebijakan PPh final usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) tidak menambah beban pajak baru

Ada Hermanto Tanoko, Begini Prospek Emiten Merry Riana (MERI) Pasca IPO
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 06:51 WIB

Ada Hermanto Tanoko, Begini Prospek Emiten Merry Riana (MERI) Pasca IPO

Secara valuasi, harga saham IPO MERI masih tergolong wajar. Tapi, investor tetap harus mencermati fundamental perusahaan. 

Siap-siap Anggaran 2025 Jebol
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 06:50 WIB

Siap-siap Anggaran 2025 Jebol

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membuka peluang memperbesar penerbitan surat berharga negara (SBN) pada tahun ini

INDEKS BERITA

Terpopuler