Rata-Rata Reksadana Saham Syariah Loyo, Ini Dua Produk Kinerjanya Moncer

Rabu, 03 Juli 2019 | 05:25 WIB
Rata-Rata Reksadana Saham Syariah Loyo, Ini Dua Produk Kinerjanya Moncer
[]
Reporter: Agustinus Respati, Danielisa Putriadita | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana saham syariah sepanjang semester I-2019 loyo.

Buktinya, pada periode Januari-Juni 2019, kinerja rata-rata reksadana saham syariah, yang tercermin dari performa Infovesta Sharia Equity Fund Index, anjlok 12,83%.

Padahal, Infovesta Equity Fund Index hanya turun 1,41%.

Menurut Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama Edbert Suryajaya, penurunan kinerja reksadana saham syariah terjadi lantaran kinerja saham sektor komoditas merosot.

Ini sejalan dengan harga komoditas global yang sedang dalam tren penurunan akibat perang dagang. Per Juni, indeks saham komoditas masih menunjukkan kinerja negatif, dengan penurunan 10,57%.

Sebenarnya, kinerja indeks saham syariah Indonesia (ISSI) sepanjang paruh pertama 2019 tercatat tumbuh 1,09%. Tetapi, Jakarta Islamic Index dan JII70 yang berisikan saham-saham syariah paling likuid justru terkoreksi, masing-masing 0,38% dan 0,64%.

Tetapi tak semua reksadana saham syariah mencetak kinerja negatif. Ada dua produk reksadana syariah yang mencetak kinerja fantastis.

Pertama, BNI-AM Dana Saham Syariah Musahamah yang mencetak imbal hasil sebesar 21,36% di semester I lalu. Menurut Equity Fund Manager BNI AM Yekti Dewanti, strategi yang digunakan adalah memperhatikan fundamental saham yang dipilih, terutama dengan mengukur faktor growth proxy. Selain itu, BNI-AM juga hanya memilih saham yang valuasinya masih masuk akal, dengan cashflow sehat.

Dari sisi fundamental, BNI AM melihat ada ekspektasi penurunan suku bunga. Ini membuat BNI AM optimistis pada saham konsumsi dan sektor riil. Prospek dua sektor ini bakal positif, apalagi pemerintah fokus dalam mendorong investasi.

Kedua, Minna Padi Amanah Saham Syariah yang kinerjanya 17,99%. Manajer investasi Minna Padi Aset Manajemen Fadli mengatakan, sepanjang semester I, pihaknya lebih banyak ambil posisi defensif. "Kami lebih banyak wait and see, tidak investasi jangka panjang," kata dia.

Dalam memilih isi portofolio, Minna Padi menitikberatkan pada lembaga keuangan syariah, baik bank syariah atau asuransi syariah. Alasannya, ada peluang Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan. Minna Padi berusaha mengambil porsi terlebih dahulu dibanding manajer investasi (MI) lain.

Bagikan

Berita Terbaru

Berusaha Tetap Bertahan Kini Karyawan Indofarma (INAF) Hanya Tersisa 21 Orang Saja
| Selasa, 04 November 2025 | 19:18 WIB

Berusaha Tetap Bertahan Kini Karyawan Indofarma (INAF) Hanya Tersisa 21 Orang Saja

Setelah anak usahanya, PT Indofarma Global Medika pailit, Indofarma (INAF) mencoba tetap bertahan dengan melaksanakan pengurangan karyawan.

Era Keemasan Ekspor Batubara Indonesia ke Tiongkok Kian Menjauh
| Selasa, 04 November 2025 | 19:09 WIB

Era Keemasan Ekspor Batubara Indonesia ke Tiongkok Kian Menjauh

Industri batubara Indonesia kini perlu bersiap-siap dengan risiko bisnis besar sejalan dengan turunnya ekspor ke Tiongkok.

Bitcoin Volatil Ekstrem, Berikut Alternatif Koin Crypto Lain
| Selasa, 04 November 2025 | 16:38 WIB

Bitcoin Volatil Ekstrem, Berikut Alternatif Koin Crypto Lain

Ethereum (ETH) berada dalam watchlist karena dijadwalkan meluncurkan upgrade besar bernama Fusaka ke mainnet pada 3 Desember 2025.

Prabowo Akan Siapkan Rp 1,2 Triliun Per Tahun Buat Bayar Utang Whoosh
| Selasa, 04 November 2025 | 14:57 WIB

Prabowo Akan Siapkan Rp 1,2 Triliun Per Tahun Buat Bayar Utang Whoosh

Prabowo tekankan tidak ada masalah pembayaran utang Whoosh, namun belum jelas sumber dana dari APBN atau dari BPI Danantara.

Faktor Biaya dan Kurs Rupiah Membebani Mayora, Begini Proyeksi Arah Saham MYOR
| Selasa, 04 November 2025 | 09:09 WIB

Faktor Biaya dan Kurs Rupiah Membebani Mayora, Begini Proyeksi Arah Saham MYOR

Hingga akhir 2025 MYOR menargetkan laba bersih sebesar Rp 3,1 triliun atau cuma naik sekitar 0,8% dibandingkan tahun lalu.​

Bursa Efek Indonesia (BEI) Meluncurkan Tiga Indeks Baru
| Selasa, 04 November 2025 | 08:49 WIB

Bursa Efek Indonesia (BEI) Meluncurkan Tiga Indeks Baru

Investor diharapkan bisa berinvestasi pada saham profit tinggi, valuasi harga dan volatilitas rendah.

Investasi Saham dan Efek Buntung, Saratoga Investama Sedaya (SRTG) Cetak Kerugian
| Selasa, 04 November 2025 | 08:45 WIB

Investasi Saham dan Efek Buntung, Saratoga Investama Sedaya (SRTG) Cetak Kerugian

Saratoga juga mencatat kerugian bersih atas instrumen keuangan derivatif lainnya Rp 236 juta per 30 September 2025.

Invesco dan Allianz Konsisten Borong Saham UNTR Hingga Oktober, Blackrock Beda Arah
| Selasa, 04 November 2025 | 08:16 WIB

Invesco dan Allianz Konsisten Borong Saham UNTR Hingga Oktober, Blackrock Beda Arah

Sepanjang Oktober 2025 investor asing institusi lebih banyak melakukan pembelian saham UNTR ketimbang mengambil posisi jual.

Penjualan Nikel Melejit, Laba PAM Mineral (NICL) Tumbuh Tiga Digit
| Selasa, 04 November 2025 | 08:02 WIB

Penjualan Nikel Melejit, Laba PAM Mineral (NICL) Tumbuh Tiga Digit

PT PAM Mineral Tbk (NICL) meraih pertumbuhan penjualan dan laba bersih per kuartal III-2025 di tengah tren melandainya harga nikel global.

Laba Emiten Farmasi Masih Sehat Sampai Kuartal III-2025
| Selasa, 04 November 2025 | 07:52 WIB

Laba Emiten Farmasi Masih Sehat Sampai Kuartal III-2025

Mayoritas emiten farmasi mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba di periode Januari hingga September 2025.

INDEKS BERITA

Terpopuler