Reksadana Terproteksi Masih Menarik Bagi Investor Ritel

Kamis, 14 Oktober 2021 | 05:25 WIB
Reksadana Terproteksi Masih Menarik Bagi Investor Ritel
[]
Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bunga obligasi yang rendah, ditambah penurunan pajak bunga obligasi, membuat reksadana terproteksi jadi kurang menarik. Meski begitu masih ada manajer investasi yang menawarkan reksadana terproteksi. 

Panin Asset Management (Panin AM) misalnya, meluncurkan reksadana terproteksi bernama Reksa Dana Terproteksi Panin 22. Reksadana ini ditawarkan mulai 8 Oktober hingga 25 Oktober 2021. Reksadana ini menjanjikan imbal hasil 5% per tahun dengan masa jatuh tempo 12 September 2024. 

Untuk mendapatkan imbal hasil sebesar itu, Panin AM menempatkan dana di obligasi berkelanjutan I Angkasa Pura I tahun 2021 seri A dan sukuk ijarah berkelanjutan I Angkasa Pura I tahun 2021 seri A. Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, melalui reksadana terproteksi ini, investor ritel bisa memiliki akses untuk melakukan investasi ke obligasi korporasi.

Baca Juga: Tertarik beli ORI020? Catat daftar mitra distribusi berikut

Pasalnya membutuhkan modal cukup besar saat akan berinvestasi di obligasi korporasi. Rudiyanto menjelaskan, modal awal reksadana ini hanya Rp 10 juta. Sementara saat membeli obligasi korporasi minimal Rp 100 juta. Panin AM menggunakan aset dasar obligasi dari perusahaan yang berkualitas baik, dikenal masyarakat dan ada opsi early redemption.

Rudiyanto juga berpendapat jika masih ada investor yang tertarik untuk membeli reksadana terproteksi, terutama mereka yang memiliki profil risiko konservatif. Selain itu, menurut dia, reksadana ini cocok untuk investor yang ingin memanfaatkan reksadana sebagai reinvestasi dividen. Ini sesuai UU Cipta Kerja dan PMK dalam pelaksanaannya, syarat dividen bebas pajak dalam tiga tahun. 

Karena itu, Rudiyanto masih akan menerbitkan reksadana terproteksi secara berkala. "Panin AM berencana menerbitkan reksadana proteksi setiap dua-tiga bulan sekali jika ada obligasi yang cocok, karena permintaan dari segmen perorangan masih relatif ada dan bisa memperluas basis investor juga," jelas dia.

Menurut Rudiyanto, peminat dari segmen nasabah institusi seperti asuransi, perusahaan dan yayasan, akan berkurang. Namun, segmen perorangan masih ada, walaupun nilainya kecil dibandingkan kategori institusi.

Head of Investment Avrist Asset Management Ika Pratiwi Rahayu yakin, reksadana terproteksi masih menarik. Menurut dia, perlu dipertimbangkan menurunkan biaya manajer investasi. Apalagi, reksadana ini pengelolaannya pasif dan biasanya hold to maturity.

Ika pun menyebut, permintaan dari investor institusi dan ritel masih ada asalkan yield menarik. Di September 2021, Avrist Asset Management meluncurkan produk reksadana terproteksi barunya, yakni Reksadana Terproteksi Avrist Spirit 14.

Baca Juga: Simak alasan pemerintah hanya patok penjualan ORI020 sebesar Rp 15 triliun

Bagikan

Berita Terbaru

Membedah Saham TRIN, dari Agenda Ekspansi Hingga Masuknya Anak Hashim Djojohadikusumo
| Rabu, 03 Desember 2025 | 09:59 WIB

Membedah Saham TRIN, dari Agenda Ekspansi Hingga Masuknya Anak Hashim Djojohadikusumo

Hingga pengujung 2025 PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) membidik pertumbuhan marketing revenue Rp 1,8 triliun.

BSDE Siap Menerbitkan Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 1,75 Triliun
| Rabu, 03 Desember 2025 | 08:47 WIB

BSDE Siap Menerbitkan Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 1,75 Triliun

Berdasarkan prospektus obligasi BSDE, seperti dikutip Selasa (2/12), emiten properti ini akan menerbitkan obligasi dalam empat seri.

Proyek Sanur Bakal Jadi Sumber Pendapatan Utama PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA)
| Rabu, 03 Desember 2025 | 08:03 WIB

Proyek Sanur Bakal Jadi Sumber Pendapatan Utama PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA)

Perdagangan saham PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA) kembali dibuka mulai sesi 1 hari ini, Rabu, 3 Desember 2025. 

Buyback Berakhir Hari Ini, tapi Harga Saham KLBF Kian Terpuruk Didera Sentimen MSCI
| Rabu, 03 Desember 2025 | 07:46 WIB

Buyback Berakhir Hari Ini, tapi Harga Saham KLBF Kian Terpuruk Didera Sentimen MSCI

Tekanan jual investor asing dan rerating sektor konsumer menghantam saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).

Calon Emiten Sarang Burung Wallet Ini Tetapkan Harga IPO di Rp 168 Per Saham
| Rabu, 03 Desember 2025 | 07:41 WIB

Calon Emiten Sarang Burung Wallet Ini Tetapkan Harga IPO di Rp 168 Per Saham

Saham RLCO lebih cocok dibeli oleh investor yang memang berniat untuk trading. Memanfaatkan tingginya spekulasi pada saham-saham IPO.

Reksadana Saham Bangkit di Akhir Tahun
| Rabu, 03 Desember 2025 | 07:00 WIB

Reksadana Saham Bangkit di Akhir Tahun

Berdasarkan data Infovesta, per November 2025 reksadana saham mencatat return 17,32% YtD, disusul return reksadana campuran tumbuh 13,26% YtD

Bayang-Bayang Bunga Utang Menggerogoti Fiskal
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:46 WIB

Bayang-Bayang Bunga Utang Menggerogoti Fiskal

Utang publik global capai US$110,9 T, memicu suku bunga tinggi. Ini potensi risiko kenaikan biaya utang pemerintah Indonesia hingga Rp4.000 T. 

IHSG Lagi-Lagi Mencetak Rekor Sepanjang Hayat, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:45 WIB

IHSG Lagi-Lagi Mencetak Rekor Sepanjang Hayat, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Pendorong penguatan IHSG berasal dari kenaikan harga saham emiten-emiten konglomerasi dan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Perlindungan Proteksi Barang Milik Negara
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:39 WIB

Perlindungan Proteksi Barang Milik Negara

Pemerintah perkuat ketahanan fiskal melalui Asuransi BMN berbasis PFB. Cakupan aset melonjak jadi Rp 91 triliun di tahun 2025.

Ekspor Lemas Karena Bergantung ke Komoditas
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:37 WIB

Ekspor Lemas Karena Bergantung ke Komoditas

Ekspor Oktober 2025 turun 2,31% secara tahunan, tertekan anjloknya CPO dan batubara.                   

INDEKS BERITA

Terpopuler