Rencana Pemindahan Ibukota Akan Menguntungkan Emiten Konstruksi

Jumat, 03 Mei 2019 | 07:01 WIB
Rencana Pemindahan Ibukota Akan Menguntungkan Emiten Konstruksi
[]
Reporter: Sinar Putri S.Utami, Yoliawan H | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pemerintah memboyong Ibu Kota negara dari Pulau Jawa akan berpengaruh kepada beberapa lini bisnis. Apalagi, rencana pemindahan Ibu Kota ini membutuhkan pembangunan yang masif. Terlebih, bila daerah tujuan belum memiliki infrastruktur memadai.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Chris Apriliony mengatakan, jika melihat rencana pemindahan secara masif, sektor konstruksi akan mendapatkan berkah sentimen positif. Pasalnya, infrastruktur penunjang Ibu Kota harus dipenuhi apabila pemindahan jadi dilakukan.

"Untuk dampak negatif mungkin akan tidak langsung dan dapat berdampak pada perusahaan-perusahaan yang biasa menyuplai ke kantor pusat pemerintahan," ujar Chris, Kamis (2/5). Perusahaan ini mau tidak mau akan menyesuaikan dengan pindah dari Ibu Kota. Sektor yang terdampak bisa ke perdagangan dan jasa.

Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria menambahkan, pemindahan Ibu Kota hanya berlaku untuk pusat pemerintahan saja bukan pusat keuangan. "Jadi tak akan berubah banyak. Seperti layaknya AS, pusat pemerintahan di Washington DC, tapi pusat bursa, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan tetap di sini," ungkap dia, Kamis (2/5).

Emiten infrastruktur

Menurut Satria, pemindahan Ibu Kota ini akan menguntungkan beberapa sektor saham. Sektor yang akan berpengaruh besar adalah sektor yang erat kaitannya dengan infrastruktur. "Sektor infrastruktur yang pasti akan diuntungkan, karena pemindahan ini harus bangun infrastruktur yang baru, Kementerian bakal pindah dan butuh bangunan baru," jelas Satria.

Untuk jangka panjang, sektor konstruksi dan semen bisa meraih keuntungan. Merujuk riset sebelumnya, Bahana Sekuritas memberi rekomendasi beli untuk saham PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk (INTP) dengan target harga Rp 22.200.

INTP ini akan mendapat keuntungan dari redanya kompetisi, khususnya Jawa Barat. Perusahaan ini, tahun lalu membukukan laba yang sangat rendah. Hal ini akan berdampak pada peningkatan profit cukup tinggi di tahun ini. Aksi merger dan akuisisi juga menyumbang kinerja positif bagi laba perusahaan ini.

Bahana Sekuritas merekomendasikan tahan untuk saham emiten semen lainnya karena risiko permintaan properti masih melemah.

Adapun, Chris merekomendasikan saham konstruksi milik negara seperti PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) untuk dapat dikoleksi menimbang sentimen positif dari adanya pemindahan Ibu Kota ini. Dia memperkirakan, WIKA hingga akhir tahun dapat menembus ke Rp 2.600.

Emiten lain berpotensi meraup berkah adalah PT PP Tbk (PTPP). Direktur Utama PTPP, Lukman Hidayat mengatakan, rencana pemindahan Ibu Kota merupakan peluang bagi perusahaan konstruksi.

Hanya, menurut Lukman, PTPP memiliki landbank di Kalimantan yang sangat terbatas. "Tunggu saja, keputusan pemerintah. Kami tunggu arahan dan mekanisme. Apakah ini nanti dasar hukumnya Perpres atau UU. Kami juga belum tahu dan belum pahami," ujar Lukman.

Bagikan

Berita Terbaru

Menanti Aturan Baru DHE Memperkuat Otot Rupiah
| Kamis, 23 Januari 2025 | 06:00 WIB

Menanti Aturan Baru DHE Memperkuat Otot Rupiah

Jika eksportir patuh, kebijakan devisa hasil ekspor (DHE) SDA bisa menstabilkan rupiah dan mendorong ekonomi.

Bumi Serpong Damai (BSDE) Optimistis Menatap Bisnis Tahun 2025
| Kamis, 23 Januari 2025 | 04:30 WIB

Bumi Serpong Damai (BSDE) Optimistis Menatap Bisnis Tahun 2025

BSDE mengumumkan meraih marketing sales  atau prapenjualan sebesar Rp 6,84 miliar di tahun 2024 lalu.

NPL Kredit UMKM Perlu Diwaspadai
| Kamis, 23 Januari 2025 | 04:18 WIB

NPL Kredit UMKM Perlu Diwaspadai

Data BI menunjukkan NPL sektor UMKM terlihat membaik dari bulan ke bulan. Per Desember 2024, NPL sektor UMKM di 3,76%, naik dari 4% di November. 

Wijaya Karya (WIKA) Kantongi Nilai Kontrak Rp 20,66 Triliun
| Kamis, 23 Januari 2025 | 04:17 WIB

Wijaya Karya (WIKA) Kantongi Nilai Kontrak Rp 20,66 Triliun

Pada tahun 2024, mayoritas kontrak baru tersebut berasal dari segmen infrastruktur dan gedung yang mencapai 42%.

Ada Momentum Libur Panjang, Emiten Konsumer Masih Belum Tokcer
| Kamis, 23 Januari 2025 | 04:16 WIB

Ada Momentum Libur Panjang, Emiten Konsumer Masih Belum Tokcer

Libur panjang perayaan Isra Miraj Nabi Muhammad dan Tahun Baru Imlek pada akhir Januari ini diproyeksi jadi sentimen positif emiten konsumer.  ​

Kredit Produktif Bergeliat Walau Ekonomi Masih Berat
| Kamis, 23 Januari 2025 | 04:16 WIB

Kredit Produktif Bergeliat Walau Ekonomi Masih Berat

Sejumlah multifinance masih memasang mode optimistis terhadap prospek pembiayaan ke sektor produktif.

Bullion Bank: Saat Emas Naik Kelas
| Kamis, 23 Januari 2025 | 04:16 WIB

Bullion Bank: Saat Emas Naik Kelas

Pengembangan bullion melalui produk-produk keuangan dapat memberikan nilai tambah yang signifikan bagi industri emas di Indonesia.

Emiten Adu Seksi Saham Agar Masuk Radar MSCI
| Kamis, 23 Januari 2025 | 04:16 WIB

Emiten Adu Seksi Saham Agar Masuk Radar MSCI

Meneropong saham-saham emiten yang berpotensi masuk dan keluar dari indeks MSCI pada rebalancing bulan Februari 2025​.

Bunga Acuan Turun, Distribusi Kredit Bakal Kian Bersinar
| Kamis, 23 Januari 2025 | 04:14 WIB

Bunga Acuan Turun, Distribusi Kredit Bakal Kian Bersinar

Bank menilai segmen kredit konsumer dan kredit korporasi akan menjadi penopang kinerja pertumbuhan kredit di tahun ini. 

Sejumlah Bank Berniat Melepas Saham Perdana, Tapi Belum Tentu Tahun Ini
| Kamis, 23 Januari 2025 | 04:05 WIB

Sejumlah Bank Berniat Melepas Saham Perdana, Tapi Belum Tentu Tahun Ini

Bank yang berencana IPO diantaranya Super Bank Indonesia, Bank Mega Syariah, Bank Jabar Banten Syariah (BJB Syariah) dan Bank Nano Syariah ​

INDEKS BERITA

Terpopuler