Resesi, Reksadana Dollar AS Berbasis Obligasi Lebih Menarik

Jumat, 24 Juni 2022 | 04:05 WIB
 Resesi, Reksadana Dollar AS Berbasis Obligasi Lebih Menarik
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan suku bunga global guna meredam tingginya inflasi membawa warna baru bagi pasar keuangan di Indonesia. Keputusan The Fed yang secara agresif menaikkan suku bunga acuan 75 bps dan akan kembali menaikkan 50-75 bps pada empat pertemuan ke depan akan menguntungkan dollar AS. 

Terlebih kebijakan tersebut ditanggapi Bank Indonesia (BI) dengan lebih hati-hati dengan menunda kenaikan bunga acuan. Kondisi ini tentu akan membuat dollar AS terus menguat. Kamis (23/6), dollar indeks telah naik 0,15% menjadi 104,14.  

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana pun mengungkapkan, jika rupiah diyakini bisa melemah saat bunga The Fed terus naik. Wawan menyebut ini adalah teori purchasing parity dimana negara dengan inflasinya lebih tinggi cenderung melemah nilai tukarnya terhadap negara yang inflasi rendah.

Baca Juga: Pilihlah Investasi Reksadana Sesuai Kebutuhan dan Selera Anda

Dalam hal ini, AS punya inflasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Tapi Wawan meyakini, selama pemerintah mampu menjaga nilai inflasi domestik, maka pelemahan rupiah seharusnya tak terlalu dalam. 

Tapi jika diambil sisi positif untuk reksadana, menurut Wawan, potensi tersebut akan menguntungkan aset investasi reksadana berbasis dollar AS. "Tapi kenaikan suku bunga kali ini ikut dibayangi ancaman resesi. Ini patut diwaspadai karena membuat investor memiliki pertimbangan lain soal prospek dollar," ujar dia, Kamis (23/6).

Wawan menambahkan, pilihan investasi pada reksadana berdenominasi dollar AS dengan aset dasar obligasi punya prospek jauh lebih menarik. Pasalnya, yield US Treasury terus naik. Wawan mengingatkan investasi pada reksadana obligasi dollar AS cocok untuk investor dengan time horizon jangka menengah (tiga tahun). 

Baca Juga: Reksadana Dolar AS Berbasis Obligasi Punya Prospek yang Menarik

Sementara reksadana dollar AS berbasis saham kinerjanya akan merefleksikan laba emiten di masa mendatang. Wawan menjelaskan, adanya ancaman resesi bisa menurunkan proyeksi sehingga wajar bila kinerjanya terkoreksi.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto juga sepakat menyebut, reksadana dollar AS yang berbasis obligasi jauh lebih menarik dibandingkan yang berbasis saham. Menurut dia, reksadana saham secara valuasi saat ini memang murah karena harganya yang terdiskon. 

Hanya saja, potensi ekonomi AS yang terkena resesi akan membuat masa depan saham cenderung negatif. "Sementara reksadana berbasis obligasi Indonesia dalam uang dollar AS secara valuasi juga sudah murah. Sehingga bisa menjadi peluang menarik untuk masuk," kata Rudiyanto. 

Namun, dia mengingatkan jika tetap perlu diwaspadai karena dalam jangka pendek akan ada gejolak  lantaran tren suku bunga acuan yang terus naik.

Baca Juga: Reksadana Fixed Income Dolar Jadi Pilihan Menarik Saat Suku Bunga Global Naik

Bagikan

Berita Terbaru

Menggosok Laba dari Jasa Cuci Sepatu
| Minggu, 17 November 2024 | 05:21 WIB

Menggosok Laba dari Jasa Cuci Sepatu

Peluang usaha cuci dan perawatan sepatu kian menjanjikan. Dengan tarif terjangkau dan adanya layanan antar jemput, omzet bisa berkilauan.

Berharap pada Pariwisata
| Minggu, 17 November 2024 | 05:21 WIB

Berharap pada Pariwisata

Rilis kinerja ekonomi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) awal November lalu masih menyisakan kekhawatiran. Apa saja?

 
Tidak Ada Lagi Impor Sampah Plastik
| Minggu, 17 November 2024 | 05:21 WIB

Tidak Ada Lagi Impor Sampah Plastik

Pemerintah bakal melarang impor sampah plastik mulai 2025.​ Berlaku untuk semua jenis sampah, termasuk yang terpilah.

Perencanaan Anggaran untuk Deteksi Dini Kanker
| Minggu, 17 November 2024 | 05:21 WIB

Perencanaan Anggaran untuk Deteksi Dini Kanker

Merencanakan anggaran preventif kanker sejak dini penting untuk mengurangi risiko finansial. Simak saran perencanaan di sini!

Bisa Untung di Single Stock Futures (SSF), Meski Pasar Saham Loyo
| Minggu, 17 November 2024 | 05:21 WIB

Bisa Untung di Single Stock Futures (SSF), Meski Pasar Saham Loyo

Melalui Single Stock Futures (SSF), investor dapat menjaring cuan di semua siklus pasar. Simak cara memanfaatkannya! 

Sengkarut Tata Kelola di Balik Anomali Pasar Susu Sapi
| Minggu, 17 November 2024 | 05:15 WIB

Sengkarut Tata Kelola di Balik Anomali Pasar Susu Sapi

Impor bahan baku susu menjadi biang kerok produksi susu nasional tak pernah manis. Produksi susu peternak kalah saing dengan susu impor. Kenapa?

Bank Masih Sulit Pangkas Bunga KPR
| Sabtu, 16 November 2024 | 11:31 WIB

Bank Masih Sulit Pangkas Bunga KPR

Rata-rata bunga floating KPR bank besar masih tinggi kendati Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan

Beban Utang Luar Negeri Pemerintah Meningkat
| Sabtu, 16 November 2024 | 08:58 WIB

Beban Utang Luar Negeri Pemerintah Meningkat

Kenaikan imbal hasil US Treasury berisiko membuat biaya utang pemerintah saat ini maupun ke depan menjadi lebih mahal

Surplus Neraca Dagang Tidak Berefek ke Rupiah
| Sabtu, 16 November 2024 | 08:52 WIB

Surplus Neraca Dagang Tidak Berefek ke Rupiah

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus 54 bulan berturut-turut

Gagal Berkarier di Militer, Karier Kerry di Industri Otomotif Moncer
| Sabtu, 16 November 2024 | 07:35 WIB

Gagal Berkarier di Militer, Karier Kerry di Industri Otomotif Moncer

Perjalanan karier Kariyanto Hardjosoemarto hingga menjadi Direktur di PT Inchcape Indomobil Distribution Indonesia

INDEKS BERITA

Terpopuler