KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan suku bunga global guna meredam tingginya inflasi membawa warna baru bagi pasar keuangan di Indonesia. Keputusan The Fed yang secara agresif menaikkan suku bunga acuan 75 bps dan akan kembali menaikkan 50-75 bps pada empat pertemuan ke depan akan menguntungkan dollar AS.
Terlebih kebijakan tersebut ditanggapi Bank Indonesia (BI) dengan lebih hati-hati dengan menunda kenaikan bunga acuan. Kondisi ini tentu akan membuat dollar AS terus menguat. Kamis (23/6), dollar indeks telah naik 0,15% menjadi 104,14.
Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana pun mengungkapkan, jika rupiah diyakini bisa melemah saat bunga The Fed terus naik. Wawan menyebut ini adalah teori purchasing parity dimana negara dengan inflasinya lebih tinggi cenderung melemah nilai tukarnya terhadap negara yang inflasi rendah.
Baca Juga: Pilihlah Investasi Reksadana Sesuai Kebutuhan dan Selera Anda
Dalam hal ini, AS punya inflasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Tapi Wawan meyakini, selama pemerintah mampu menjaga nilai inflasi domestik, maka pelemahan rupiah seharusnya tak terlalu dalam.
Tapi jika diambil sisi positif untuk reksadana, menurut Wawan, potensi tersebut akan menguntungkan aset investasi reksadana berbasis dollar AS. "Tapi kenaikan suku bunga kali ini ikut dibayangi ancaman resesi. Ini patut diwaspadai karena membuat investor memiliki pertimbangan lain soal prospek dollar," ujar dia, Kamis (23/6).
Wawan menambahkan, pilihan investasi pada reksadana berdenominasi dollar AS dengan aset dasar obligasi punya prospek jauh lebih menarik. Pasalnya, yield US Treasury terus naik. Wawan mengingatkan investasi pada reksadana obligasi dollar AS cocok untuk investor dengan time horizon jangka menengah (tiga tahun).
Baca Juga: Reksadana Dolar AS Berbasis Obligasi Punya Prospek yang Menarik
Sementara reksadana dollar AS berbasis saham kinerjanya akan merefleksikan laba emiten di masa mendatang. Wawan menjelaskan, adanya ancaman resesi bisa menurunkan proyeksi sehingga wajar bila kinerjanya terkoreksi.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto juga sepakat menyebut, reksadana dollar AS yang berbasis obligasi jauh lebih menarik dibandingkan yang berbasis saham. Menurut dia, reksadana saham secara valuasi saat ini memang murah karena harganya yang terdiskon.
Hanya saja, potensi ekonomi AS yang terkena resesi akan membuat masa depan saham cenderung negatif. "Sementara reksadana berbasis obligasi Indonesia dalam uang dollar AS secara valuasi juga sudah murah. Sehingga bisa menjadi peluang menarik untuk masuk," kata Rudiyanto.
Namun, dia mengingatkan jika tetap perlu diwaspadai karena dalam jangka pendek akan ada gejolak lantaran tren suku bunga acuan yang terus naik.
Baca Juga: Reksadana Fixed Income Dolar Jadi Pilihan Menarik Saat Suku Bunga Global Naik