KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen eksternal dan keputusan Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan berhasil menjadi penguat kurs rupiah pekan ini.
Kemarin, di pasar spot, kurs tukar rupiah menguat 0,17% menjadi Rp 14.215 per dollar Amerika Serikat (AS).
Bila dihitung dalam sepekan, kurs rupiah juga berhasil menanjak 0,17%.
Namun, kurs rupiah versi BI pada akhir pekan ini melemah 0,10% menjadi Rp 14.249 per dollar AS jika dibandingkan hari sebelumnya.
Dalam seminggu terakhir, kurs JISDOR cuma menguat tipis 0,07%.
Menurut Direktur Garuda Berjangka Ibrahim, kurs rupiah menguat karena pelaku pasar cenderung wait and see sambil menanti pidato Gubernur Federal Reserve Jerome Powell dalam Jackson Hole Symposium.
Baca Juga: Trump bertanya siapa musuh terbesar AS, Ketua The Fed Powell atau Presiden China Xi?
Pelaku pasar masih berharap The Fed melakukan pelonggaran kebijakan dengan cara lebih agresif memangkas suku bunga.
Namun, menilik notulensi rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 30–31 Juli lalu, petinggi The Fed menganggap penurunan suku bunga yang sudah dilakukan bukan merupakan awal dari era bunga rendah.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira menambahkan, kurs rupiah juga mendapatkan angin segar setelah BI kembali memangkas suku bunga acuan atawa BI 7-day repo rate (BI 7-DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 5,5% pada Kamis lalu (22/8).
Ini menjadi penurunan kedua secara berturut-turut. "Hal tersebut menjadi sentimen positif bagi pelaku usaha untuk mendorong ekonomi," kata dia.
Baca Juga: BI kembali pangkas suku bunga 25 basis poin menjadi 5,5%
Tapi Bhima memprediksi, kurs rupiah bakal berbalik arah pekan depan.
Pidato Powell diprediksi hawksih dan membuat dollar AS perkasa. Dia memperkirakan, kurs rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.270–Rp 14.320 per dollar AS.
Sedang Ibrahim menghitung, rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 14.200–Rp 14.300 per dollar AS.