Ricky Irawan: Persiapan Modal Nikah Sejak Usia Muda

Sabtu, 13 Juli 2019 | 08:12 WIB
Ricky Irawan: Persiapan Modal Nikah Sejak Usia Muda
[]
Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perencanaan yang matang menjadi kunci awal bagi Direktur Utama PT Valbury Asia Futures Ricky Irawan untuk berinvestasi. Malah, sejak masih berusia 17 tahun, Ricky sudah mulai mempersiapkan keuangan masa depannya. Ia pun mulai menghitung kebutuhan untuk membeli rumah, modal menikah hingga tabungan hari tua.

Karena keinginannya itulah, Ricky mulai tertarik untuk mengenal instrumen investasi. "Saya ingin belajar mengenal produk-produk investasi yang ada dan belajar bagaimana mekanisme berinvestasi," kata bapak tiga orang anak ini.

Berbekal ilmu dan pengetahuan yang ia dapat dari media massa dan lingkungan sekitar, Ricky mulai memutuskan untuk berinvestasi di pasar valuta asing. Produk awal yang jadi pilihan Ricky adalah dollar Amerika Serikat (AS).

Alasannya, karena the greenback lebih sulit untuk dibelanjakan secara langsung. Artinya, jika dia sedang menginginkan sesuatu, harus lebih menukarkannya dengan rupiah. Dengan begitu, Ricky merasa lebih bisa menahan diri dalam berbelanja.

Hebatnya, Modal awal untuk berinvestasi di valas ini tak hanya datang dari orang tuanya. Ricky juga mencari modal sendiri dengan berjualan kerupuk hingga menjadi guru pelajaran tambahan.

Berbuah manis

Pilihan untuk masuk ke dollar AS ternyata membawa keuntungan tersendiri. Yakni saat krisis moneter terjadi, nilai tukar rupiah melemah tajam terhadap dollar AS. Dari sinilah Ricky menambang cuan maksimal.

Ketika awal mengoleksi dollar AS, harganya ada dikisaran Rp 2.000–Rp 2.500 per dollar AS. Lantas, the greenback melejit hingga ke kisaran Rp 15.000–Rp 16.000 per dollar AS. Alhasil, keuntungan yang didapat Ricky pun membangkak.

Nah, setelah meraup untung besar dari pasar valuta asing, Ricky mulai melirik produk investasi lainnya. Pilihan investasinya jatuh pada saham.

Saham pertama yang dikoleksi adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Kala itu, harga saham pelat merah ini hanya Rp 780 per saham. Setelah memiliki saham TLKM, ia mulai membeli saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR) yang hanya Rp 900 per saham.

Keuntungan yang didapat dari dua instrumen investasi ini berhasil membuat Ricky membeli rumah. "Saat itu saya beli properti senilai Rp 120 juta saja. Saya bayar uang muka setengah, sisanya saya angsur," kenangnya.

Jatuh cinta

Sering dengan bertambahnya jam terbang berinvestasi, Ricky beralih ke investasi yang lebih mendunia. Yakni dengan bertransaksi pada index Hangseng dan index Nikkei. Dia juga mencoba peruntungan di emas London atau emas loco London (XAU).

Dari semua instrumen yang dimilikinya, pria kelahiran tahun 1978 ini mengaku paling menyukai investasi pada pasar futures emas. Ia menilai kebutuhan atas emas dalam jangka panjang akan terus meningkat.

Di sisi lain, sifat emas yang merupakan aset lindung nilai atawa safe haven membuatnya jauh dari volatilitas harga. Ia pun optimistis, dalam jangka panjang, harga si kuning akan terus naik. "Sampai hari ini saya masih jatuh cinta dengan emas loco London," ungkap Ricky.

Karena kesukaannya terhadap investasi emas, Ricky mengkategorikan dirinya sebagai investor konservatif.

Dalam berinvestasi, ia menerapkan tiga prinsip. Pertama, harus berani menyisihkan pendapatan pribadi untuk berinvestasi. Kedua, diversifikasi dalam investasi diperlukan dengan tujuan untuk meminimalisir kerugian. Ketiga, harus mengenal fundamental pilihan investasi agar tidak terjebak pada tawaran investasi bodong.

Ricky juga gemar mengoleksi barang. Hingga saat ini ada dua barang yang masih rajin dikumpulkan oleh ayah tiga orang anak ini. Pertama, jam tangan, yang menurutnya, bisa menjadi investasi karena harganya juga bisa naik. Lalu koleksi uang Indonesia pecahan lama. Koleksi ini juga bisa mendapatkan untung. Misalnya uang kertas Rp 500 yang beredar tahun 1982, harganya kini bisa mencapai Rp 50.000. Lalu uang Rp 50.000 tahun 1993, untuk satu lembarnya bisa dijual sampai Rp 1 juta.

Tukang makan

Ricky kerap menghabiskan waktu senggang dengan jalan-jalan bersama keluarga. Alasannya, dia tak mau kehilangan waktu berharga bersama orang yang dikasihi. Biasanya, dia memilih destinasi yang cukup ramah keluarga dan tidak jauh dari ibukota, seperti Bandung.

Menurutnya, waktu libur wajib dihabiskan bersama keluarga karena pekerjaan sehari-hari sudah cukup melelahkan. "Bisa error nantinya dan bisa bikin cepet tua," ungkapnya.

Nah, saat berlibur inilah, Ricky bisa menyalurkan hobinya dengan wisata kuliner. Jika sedang ke daerah baru, biasanya pria kelahiran 15 April 1978 ini akan mencari tempat makan enak dan khas dari wilayah tersebut. "Misalnya kalau ke Jogjakarta, saya akan pergi ke tempat makan dengan menu gudeg yang paling enak," cerita dia.

Bagikan

Berita Terbaru

Tren Bullish Diproyeksi Masih Akan Ikuti Samudera Indonesia (SMDR) Tahun 2026
| Jumat, 05 Desember 2025 | 15:00 WIB

Tren Bullish Diproyeksi Masih Akan Ikuti Samudera Indonesia (SMDR) Tahun 2026

SMDR tahun ini mengalokasikan belanja modal senilai Rp 4 triliun ayang dialokasikan untuk menambah kapal baru.

Menguatnya Saham Tommy Soeharto (GTSI) Didominasi Volume Pembelian
| Jumat, 05 Desember 2025 | 14:00 WIB

Menguatnya Saham Tommy Soeharto (GTSI) Didominasi Volume Pembelian

Target GTSI adalah juga mencari sumber pendapatan baru agar tidak tergantung dari LNG shipping dan FSRU.

Didorong Sentimen Rights Issue, Begini Proyeksi Saham IMAS dan IMJS Menurut Analis
| Jumat, 05 Desember 2025 | 12:50 WIB

Didorong Sentimen Rights Issue, Begini Proyeksi Saham IMAS dan IMJS Menurut Analis

Pendapatan IMAS sampai dengan September 2025 ditopang dari PT IMG Sejahtera Langgeng senilai Rp 14,79 triliun atau tumbuh 15,46% YoY.

Butuh Duit Jumbo Menyerap Kenaikan Free Float, Mampukah Pasar?
| Jumat, 05 Desember 2025 | 10:03 WIB

Butuh Duit Jumbo Menyerap Kenaikan Free Float, Mampukah Pasar?

Dengan target transaksi harian hanya Rp 14,5 triliun, besaran dana untuk menyerap saham free float 15% sekitar Rp 203 triliun termasuk besar.

Melambung Tinggi, Saham Teknologi Masih Terus Unjuk Gigi
| Jumat, 05 Desember 2025 | 09:53 WIB

Melambung Tinggi, Saham Teknologi Masih Terus Unjuk Gigi

Pergerakan saham teknologi ke depan akan jauh lebih selektif dan berbasis kinerja, bukan lagi sekadar euforia sentimen.

WALHI Beberkan Akumulasi Alih Fungsi Hutan 10.795 Ha Pemicu Banjir di Sumut
| Jumat, 05 Desember 2025 | 09:00 WIB

WALHI Beberkan Akumulasi Alih Fungsi Hutan 10.795 Ha Pemicu Banjir di Sumut

Banjir ini mencerminkan akumulasi krisis ekologis yang dipicu ekspansi tambang, proyek energi, hingga perkebunan sawit skala besar.

Prospek Elok Emiten Milik Happy Hapsoro (RATU) Ditopang Ekspansi Bisnis yang Agresif
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:32 WIB

Prospek Elok Emiten Milik Happy Hapsoro (RATU) Ditopang Ekspansi Bisnis yang Agresif

RATU memiliki tujuh rencana akuisisi global hingga tiga tahun ke depan, dua diantaranya ditargetkan selesai kuartal IV-2025 dan semester I-2026.

WSKT Diskon Tarif Tol di Jawa dan Sumatra
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:12 WIB

WSKT Diskon Tarif Tol di Jawa dan Sumatra

WSKT juga menargetkan peningkatan pendapatan selama periode tersebut, meski Buyung enggan menyebut angkanya secara spesifik.  

Pertamina Pasok BBM dengan Pesawat Perintis
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:08 WIB

Pertamina Pasok BBM dengan Pesawat Perintis

Pengiriman menggunakan pesawat perintis merupakan langkah strategis untuk menjaga keberlanjutan energi di wilayah terdampak

Layanan Internet Darurat FiberStar di Lokasi Bencana
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:03 WIB

Layanan Internet Darurat FiberStar di Lokasi Bencana

FiberStar juga menghadirkan layanan internet darurat menggunakan teknologi Starlink untuk mendukung komunikasi bagi penyintas, relawan dan aparat

INDEKS BERITA

Terpopuler