Ringankan Beban Pemasok, Toyota Pangkas Produksi Domestik hingga 20%

Jumat, 11 Maret 2022 | 10:47 WIB
Ringankan Beban Pemasok, Toyota Pangkas Produksi Domestik hingga 20%
[ILUSTRASI. Proses inspeksi Toyota Mirai di Toyota Motor Corp. di Prefektur Aichi, Jepang, 11 April 2019. REUTERS/Joe White]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Toyota Motor Corp pada Jumat (11/3) mengumumkan rencana pengurangan produksi di dalam negeri hingga 20% dari rencana sebelumnya untuk tiga bulan mulai April. Pengumuman itu disampaikan jurubicara perusahaan ke para pemasok raksasa otomotif itu.

Pengurangan tersebut merupakan bagian dari upaya Toyota untuk meringankan beban pemasok, yang kerap dipaksa untuk beradaptasi dengan perubahan rencana produksi yang berulang-ulang karena kekurangan semikonduktor dan pasokan lain, kata juru bicara tersebut.

Pembuat mobil terbesar di dunia itu berencana untuk mengurangi produksi dalam negeri sekitar 20% pada bulan April, sekitar 10% pada bulan Mei dan sekitar 5% pada bulan Juni dari rencana sebelumnya, kata juru bicara.

Baca Juga: Toyota Mendukung Kewajiban Penerapan Teknologi Bahan Bakar Standar Euro 4

Presiden Toyota Akio Toyoda mengatakan pada pertemuan Rabu dengan anggota serikat pekerja bahwa pemasok akan "kehabisan" kecuali ada rencana produksi "yang sehat".

Toyoda mengatakan April hingga Juni akan menjadi "periode pendinginan yang disengaja" untuk menjadikan keselamatan dan kualitas sebagai prioritas tertinggi.

Juru bicara tersebut mengatakan upaya tersebut merupakan cerminan dari niat Toyoda untuk berbagi informasi lebih awal dengan pemasok sehingga mereka dapat merencanakan produksi mereka.

Bagikan

Berita Terbaru

Rupiah Sepekan Terakhir Tertekan Risk Off dan Penguatan USD
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:15 WIB

Rupiah Sepekan Terakhir Tertekan Risk Off dan Penguatan USD

Nilai tukar rupiah cenderung tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan ini, meski menguat tipis di akhir minggu.

Bidik Popok hingga Tisu Sebagai Barang Kena Cukai
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:07 WIB

Bidik Popok hingga Tisu Sebagai Barang Kena Cukai

Ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 70 Tahun 2025 yang baru diterbitkan Kementerian Keuangan

Mengingat Iklim
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:05 WIB

Mengingat Iklim

Pemerintah harusmulai ambil ancang-ancang meneruskan upaya mengejar target emisi nol bersih dan memitigasi perubahan iklim.

Phising, Ancaman Transaksi Digital
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:05 WIB

Phising, Ancaman Transaksi Digital

Teknologi yang canggih sekalipun tidak bisa melindungi masyarakat banyak jika kewaspadaan masih lemah.​

BI Rilis Instrumen Pasar Uang Anyar
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:01 WIB

BI Rilis Instrumen Pasar Uang Anyar

Jika tak ada aral melintang, instrumen baru BI bernama BI floating rate note (BI-FRN).bakal terbit pada 17 November 2025 mendatang.

Pertamina Geothermal Tbk (PGEO) Gali Potensi Panas Bumi Industri
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:00 WIB

Pertamina Geothermal Tbk (PGEO) Gali Potensi Panas Bumi Industri

Kupas strategi dan upaya bisnis PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menjadi perusahaan energi bersih 

Kelas Menengah Juga Butuh Stimulus
| Sabtu, 08 November 2025 | 06:52 WIB

Kelas Menengah Juga Butuh Stimulus

Stimulus ekonomi yang telah digelontorkan pemerintah, dinilai belum cukup mendongrak perekonomian dalam negeri

Superbank Dikabarkan Bidik Dana IPO Rp 5,3 Triliun
| Sabtu, 08 November 2025 | 06:50 WIB

Superbank Dikabarkan Bidik Dana IPO Rp 5,3 Triliun

Rumor terkait rencana penawaran umum perdana alias initial public offering (IPO) Super Bank Indonesia (Superbank) semakin menguat. ​

Masih Bisa Tekor Setelah Melesat di Oktober
| Sabtu, 08 November 2025 | 06:39 WIB

Masih Bisa Tekor Setelah Melesat di Oktober

Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa akhir Oktober sebesar US$ 149,9 miliar               

Risiko di Balik Naiknya Bunga Deposito Dollar
| Sabtu, 08 November 2025 | 06:30 WIB

Risiko di Balik Naiknya Bunga Deposito Dollar

Beragam kritikan yang muncul tetap tak menghentikan keputusan bank Danantara mengerek bunga deposito  dolar Amerika Serikat (AS) menjadi 4%.​

INDEKS BERITA

Terpopuler