Risiko Investasi Turun Berkat Faktor Eksternal

Senin, 28 Januari 2019 | 07:49 WIB
Risiko Investasi Turun Berkat Faktor Eksternal
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persepsi investor terhadap risiko investasi di Indonesia terus menunjukkan perbaikan. Ini terlihat dari penurunan credit default swap Indonesia.

Jumat (25/1), CDS tenor lima tahun berada di level 117,94. Dengan demikian, sejak awal tahun, CDS tenor lima tahun sudah turun 14,19%. Ini juga kali pertama CDS Indonesia tersebut berada di bawah level 120.

Di saat yang sama, penurunan juga terjadi pada CDS tenor 10 tahun. Penurunan mencapai 11,95% (ytd) ke level 188,42. Ini juga merupakan level terendah CDS tenor 10 tahun sejak Juli 2018 lalu.

Namun, sejatinya kondisi fundamental ekonomi dalam negeri belum terlalu oke. Analis Obligasi Bank Negara Indonesia (BNI) Ariawan mengatakan, penurunan CDS ini lebih didominasi oleh faktor eksternal.

CDS turun antara lain karena investor merespons sikap dovish The Fed, yang tidak lagi agresif menaikkan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) tahun ini. Selain itu, masalah perang dagang antara AS dan China mulai menemukan penyelesaian. Kedua negara tersebut terus melakukan perundingan secara intens di masa gencatan senjata.

Karena itu, tren penurunan CDS tak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga negara emerging market lainnya. Ambil contoh Filipina, Thailand, India, hingga Turki. Membaiknya sentimen seperti ini membuat investor global mulai melirik lagi aset-aset dari negara emerging market, imbuh Ariawan, Jumat (27/1).

Sekadar mengingatkan, di awal 2018 silam CDS Indonesia tenor 5 tahun juga mengalami tren penurunan. Hanya saja, tingkat penurunannya lebih rendah, yakni sebesar 6,69% (ytd) ke level 79,541 hingga 25 Januari 2018.

Analis Fixed Income MNC Sekuritas Indonesia I Made Adi Saputra menambahkan, walau persentase penurunan CDS Indonesia lebih besar di tahun ini, namun hal ini belum mampu mendorong masuknya dana investor asing ke pasar surat berharga negara (SBN) secara signifikan.

Buktinya, sejak awal Januari hingga Rabu (23/1), net buy investor asing di pasar SBN baru Rp 8,43 triliun. Padahal, di periode yang sama pada 2018 silam, aksi beli investor asing di pasar SBN menembus Rp 43,17 triliun.

Made menuturkan, sikap hati-hati dari investor asing merupakan cerminan bahwa perbaikan persepsi risiko investasi Indonesia lebih disetir oleh sentimen eksternal. Investor asing menganggap belum ada perbaikan fundamental ekonomi yang benar-benar signifikan di Indonesia.

Sejauh ini, baru kebijakan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) saja yang bisa memberi dampak masif terhadap pergerakan kurs rupiah di pasar. Terlebih, neraca perdagangan Indonesia justru terus defisit.

Bahkan, sepanjang tahun lalu, defisit neraca perdagangan mencapai US$ 8,57 miliar. Angka ini merupakan yang terburuk sepanjang sejarah. Hal tersebut membuat potensi current account deficit (CAD) Indonesia melebar.

Jika hal tersebut tak dibenahi, CDS Indonesia rentan berbalik arah, terutama jika sentimen eksternal tersebut berakhir. Pelaksanaan pemilu serentak tahun ini juga belum tentu mendatangkan efek yang signifikan terhadap persepsi investasi Indonesia.

Pasalnya, capres dan cawapres yang bertarung belum memberikan paparan program atau solusi perbaikan ekonomi yang konkret. terutama program soal menjaga volatilitas rupiah.

Bagikan

Berita Terbaru

Perisai Analisis Kredit Berbasis AI
| Minggu, 20 Juli 2025 | 16:21 WIB

Perisai Analisis Kredit Berbasis AI

Kasus penipuan di sektor keuangan masih terus terjadi, malah cenderung meningkat.                             

KPR Melambat saat Daya Beli Masih Kurang Sehat
| Minggu, 20 Juli 2025 | 16:05 WIB

KPR Melambat saat Daya Beli Masih Kurang Sehat

Sejak awal tahun, penyaluran KPR dalam tren melambat. Apa strategi bank mendongkrak kredit hunian?              

Menengok Cuan Reksadana ESG, Sinarmas AM Berencana Rilis Produk Baru
| Minggu, 20 Juli 2025 | 11:53 WIB

Menengok Cuan Reksadana ESG, Sinarmas AM Berencana Rilis Produk Baru

Sinarmas Asset Management berencana meluncurkan produk baru yang bisa jadi pilihan bagi investor yang peduli dengan ling

Profit 24,95% Setahun, Cek Harga Emas Antam Hari Ini (20 Juli 2025)
| Minggu, 20 Juli 2025 | 10:12 WIB

Profit 24,95% Setahun, Cek Harga Emas Antam Hari Ini (20 Juli 2025)

Harga emas batangan Antam 24 karat 20 Juli 2025 di Logammulia.com Rp 1.927.000 per gram, harga buyback Rp 1.773.000 per gram.

Pelemahan Daya Beli Menghantui Sektor Properti
| Minggu, 20 Juli 2025 | 05:44 WIB

Pelemahan Daya Beli Menghantui Sektor Properti

Pertumbuhan ekonomi yang melambat terindikasi dari melemahnya daya beli khususnya di sektor properti. 

 
 
Jalan Pematang Modernisasi di Sawah
| Minggu, 20 Juli 2025 | 05:44 WIB

Jalan Pematang Modernisasi di Sawah

​Luas kepemilikan lahan pada petani yang masih mini menjadi kendala petani menggunakan alat dan mesin pertanian (alsintan).

 
 
IHSG Naik 3,75% Sepekan, Intip Saham-Saham Paling Cuan Hingga 18 Juli 2025
| Minggu, 20 Juli 2025 | 05:44 WIB

IHSG Naik 3,75% Sepekan, Intip Saham-Saham Paling Cuan Hingga 18 Juli 2025

Pada sepekan hingga 18 Juli 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakumulasi kenaikan 3,75% dan ditutup pada 7.311,91 .

Dalam Sepekan Kurs Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS, Ini Penyebabnya
| Minggu, 20 Juli 2025 | 05:32 WIB

Dalam Sepekan Kurs Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS, Ini Penyebabnya

Dolar AS berbalik melemah, merespons pidato dovish pejabat  The Fed yang menyerukan pemangkasan suku bunga segera dilakukan FOMC akhir bulan in

Tunduk pada Trump?
| Minggu, 20 Juli 2025 | 05:05 WIB

Tunduk pada Trump?

Kesepakatan dagang ini tidak seimbang bagi Indonesia. Jika dicermati, justru ada kenaikan tarif impor oleh AS dari sebelum pengumuman April 2025.

Lari Dahulu Jadi Pelatih Kemudian
| Minggu, 20 Juli 2025 | 04:05 WIB

Lari Dahulu Jadi Pelatih Kemudian

Demam lari tak lagi sekadar tren, tapi telah membuka peluang baru bagi profesi pelatih lari profesional. 

 
INDEKS BERITA

Terpopuler