KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Agenda pergantian kepemimpinan di negeri ini tuntas sudah, kemarin. Presiden Prabowo Subianto telah mengumumkan formasi kabinetnya, yang diberi nama Merah Putih, pada Minggu (20/10) malam.
Pengumuman itu melengkapi puzzle dari arah kebijakan ekonomi yang Indonesia ke depan. Sebelumnya, publik telah mendapatkan informasi tentang program ekonomi yang akan diandalkan Pemerintahan Prabowo-Gibran.
Setelah peralihan pemerintahan di dalam negeri tuntas, masih ada satu lagi agenda politik yang harus disimak para pencari cuan di bursa saham dalam negeri. Agenda yang dimaksud tak lain dan tak bukan adalah pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS).
Saat ini, AS masih tercatat sebagai ekonomi terbesar di dunia. Produk domestik bruto Negeri Paman Sam menyumbang 22% dari total output dunia. Kendati dicetak secara besar-besaran, hingga nilai perputarannya mencapai US$ 21,17 triliun, valuta AS juga belum tergantikan sebagai instrumen perdagangan dunia.
Pilpres AS menjadi penting untuk dicermati karena adanya kemungkinan peralihan arah kebijakan pemerintah negeri itu. Risiko ini, terutama, muncul apabila kandidat dari Partai Republik, Donald Trump, yang memenangi pilpres.
Sedemikian pentingnya hasil pilpres di AS diakui juga oleh para pimpinan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF). Kedua lembaga keuangan global itu mulai Senin kemarin (21/10) menggelar pertemuan tahunan di Washington.
Berbagai pembahasan yang melibatkan di pertemuan itu bisa jadi akan serba tanggung. Penyebabnya, ya itu tadi, bayang-bayang kemungkinan Trump terpilih sebagai presiden, hingga AS akan mengubah haluan kebijakannya.
Agenda kerjasama dunia untuk menanggulangi risiko perubahan iklim menjadi yang sangat mungkin mati angin lagi saat Trump terpilih sebagai Presiden AS. Jangan lupa, perubahan iklim di masa kini tak cuma agenda yang populer di antara para aktivis lingkungan saja.
Perubahan iklim juga sudah menjadi urusan para financier. Skema pembiayaan untuk beralih ke energi terbarukan tak cuma jadi urusan negara, tetapi juga antar lembaga komersial. Ada banyak portofolio investasi yang bertema lingkungan.
Risiko lain yang kemungkinan muncul dengan keterpilihan Trump adalah kembali panasnya hubungan dagang AS dengan China. Ini bisa berujung ke semakin lambatnya pertumbuhan dunia.