KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seperti proyeksi banyak pihak, ekonomi negara kita di kuartal ketiga tahun ini melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2025 sebesar 5,04% year on year (yoy), lebih lambat dibanding kuartal II 2025 tumbuh mencapai 5,12% yoy.
Hanya, dibanding kuartal III 2024 yang tumbuh 4,95%, angka pertumbuhan ekonomi negara kita di triwulan ketiga 2025 lebih tinggi.
Lokomotif utama pertumbuhan ekonomi selama Juli hingga September tahun ini masih konsumsi masyarakat, yang tumbuh 4,89%. Tapi, lebih lambat dari kuartal sebelumnya sebesar 4,97%. Kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 53,14%.
Meski begitu, di kuartal terakhir tahun ini, pemerintah optimistis, pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal tancap gas lagi, bahkan bisa melewati angka kuartal III. Keyakinan ini datang karena pemerintah menggelontor stimulus untuk menjaga daya beli masyarakat.
Mulai perluasan insentif pajak penghasilan (PPh) 21, bantuan pangan Oktober–November, subsidi iuran Program Jaminan Kecelakaan Kerja BPJS Ketenagakerjaan, hingga program padat karya tunai. Ada juga diskon tiket pesawat selama periode liburan Natal dan Tahun Baru untuk mendorong konsumsi masyarakat di akhir tahun nanti.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa pun yakin, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV bisa mencapai 5,5%, bahkan berpotensi menyentuh angka 5,67%.
Yang jadi kabar baik juga, tren belanja kelas menengah mulai menunjukkan penguatan. Data Indeks Transaksi Belanja Bank Central Asia (BCA), hingga 21 Oktober 2025, pertumbuhan belanja tercatat menguat menjadi 5,9% yoy, lebih tinggi dibanding September 2025 yang hanya meningkat 4,9% yoy.
Konsumsi mayarakat yang meningkat di awal kuartal IV juga tergambar dari data Mandiri Spending Index per 19 Oktober lalu yang tumbuh 2,3% secara mingguan, melanjutkan tren peningkatan dua pekan sebelumnya berturut-turut.
Harapannya, konsumsi masyarakat yang meningkat bisa memudarkan fenomena Rojali (rombongan jarang beli) dan Rohana (rombongan hanya nanya), yang menunjukkan daya beli masyarakat betul-betul kembali menguat. Sehingga, roda perekonomian berputar lebih cepat lagi. Buntutnya, mesin-mesin pabrik bisa kembali bekerja keras. Dan, tak ada lagi PHK besar-besaran yang terjadi dua tahun belakangan.
