Rugi Membengkak di 2021, Garuda Yakin Kinerja Bakal Positif Pada Semester II-2022

Rabu, 13 Juli 2022 | 21:35 WIB
Rugi Membengkak di 2021, Garuda Yakin Kinerja Bakal Positif Pada Semester II-2022
[ILUSTRASI. Pekerja Garuda Maintenance Facility (GMF) melakukan pengecekan mesin di Pesawat Garuda Indonesia yang akan digunakan untuk armada haji 1443 H/2022 di Hanggar GMF Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (2/6/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/hp.]
Reporter: Tedy Gumilar | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Maskapai penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) membukukan kinerja keuangan yang mengecewakan pada 2021. Pendapatan Garuda turun sementara rugi bersihnya melambung.

Meski demikian, manajemen Garuda Indonesia optimistis, kinerja perseroan bakal positif secara bertahap pada semester II-2022.

Merujuk laporan keuangan tahunan 2021 yang dirilis hari ini (13/7) pendapatan usaha Garuda turun menjadi US$ 1,34 miliar per Desember 2021. Penurunannya mencapai 10,07% dibanding realisasi tahun 2020 yang sebesar US$ 1,49 miliar (year on year/yoy).

Penyebab utamanya datang dari segmen penerbangan berjadwal yang pendapatannya turun dari US$ 1,20 miliar pada 2020 menjadi US$ 1,04 miliar pada 2021. 

Di saat yang sama, pendapatan GIAA dari penerbangan tak terjadwal naik dari US$ 77,24 juta menjadi US$ 88,05 juta.

Dalam keterangan resminya (13/7) manajemen Garuda Indonesia menyebut angkutan kargo group Garyuda mengalami kenaikan 20,38 persen dibanding periode yang sama di tahun 2020. 

Hal itu membuat proporsi pendapatan kargo pada total pendapatan usaha Garuda mengalami kenaikan, dari 17,74% di 2020 menjadi 24,85% pada 2021.

Baca Juga: Jerry Ng Jadi Pengendali BFIN, Lo Kheng Rajin Borong CFIN, Saham Apa Paling Menarik?

Selain itu, sepanjang 2021 Garuda telah melayani sedikitnya 2.221 penerbangan charter, atau mengalami peningkatan sebesar 27,21 persen dibandingkan dengan tahun 2020 yang berjumlah 1.746 penerbangan charter

"Hal ini tentunya menjadi outlook positif bagi pendapatan usaha pada lini penerbangan tidak berjadwal yang menunjukan pertumbuhan menjanjikan kedepannya," kata manajemen Garuda Indonesia. 

Tahun lalu Garuda Indonesia berhasil memangkas beban usaha hingga 21,03%, dari US$3,30 miliar per 31 Desember 2020 menjadi US$2,61 miliar per 31 Desember 2021. 

Namun, total beban usaha lainnya terbang 586,94% (yoy), dari US$ 391,56 juta menjadi US$2,689 miliar. Ada dua penyebab utamanya. Pertama, penurunan nilai aset nonkeuangan dari -US$ 264,52 juta menjadi -US$ 1,46 miliar. 

Kedua, beban penghentian dini kontrak sewa yang sebelumnya tidak ada di 2020 muncul di laporan keuangan 2021, yakni sebesar -US$ 887,92 juta.

Ujung-ujungnya, rugi bersih Garuda Indonesia pun membengkak hingga 70,25%, dari US$ 2,44 miliar menjadi US$ 4,16 miliar.

Baca Juga: FREN: Semisal Alibaba Masuk, Maka Akan Memberi Investasi Tambahan Bagi Ekspansi FREN

Mulai positif di semester II-2022 >>>

Meski demikian, manajemen Garuda Indonesia percaya diri, kinerja maskapai pelat merah itu akan berangsur membaik. Pihak manajemen memproyeksikan dapat mulai mencatatkan kinerja positif secara bertahap pada semester II-2022. 

Ini sejalan dengan akselerasi pemulihan kinerja yang tengah dioptimalkan Garuda pasca meraih kesepakatan homologasi melalui proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) pada akhir Juni 2022 lalu.

Proyeksi tersebut terefleksikan melalui kinerja pendapatan usaha yang pada bulan Mei 2022 lalu berhasil membukukan profitabilitas melalui pendapatan rute angkutan penumpang, kargo, charter maupun pendapatan penunjang lainnya. Capaian tersebut menjadi kinerja positif yang berhasil dicatatkan Garuda sejak akhir tahun 2021 lalu. 

Meskipun pendapatan usaha Garuda belum sepenuhnya pulih jika dibanding periode pra-pandemi, perfoma profitabilitas yang mulai diperoleh Garuda tercapai setelah melakukan berbagai langkah penerapan cost leadership yang turut diselaraskan melalui restrukturisasi kewajiban usaha pada proses PKPU yang menjadi basis penting langkah akseleratif pemulihan kinerja Garuda kedepannya.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyebut, proyeksi kinerja positif di tahun 2022 akan terus dioptimalkan Garuda secara bertahap hingga 2-3 tahun mendatang agar dapat kembali ke level periode masa sebelum pandemi. 

"Oleh karenanya kami optimistis melalui momentum tercapainya homologasi PKPU, Garuda dapat secara konsisten mempertahankan capaian kinerja positif serta kedepannya dapat segera membukukan profit," ujar Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra.

Baca Juga: Incar IPO Rp 1,3 Triliun, Moratelindo Bidik Pendapatan Naik Dobel Digit

Dari aspek pengelolaan kinerja korporasi, Garuda juga melakukan sejumlah langkah strategis dalam memastikan langkah pemulihan kinerja imbas penurunan trafik penerbangan berjalan dengan berkesinambungan. 

Langkah tersebut yang dilakukan melalui langkah restrukturisasi finansial baik untuk kewajiban usaha jangka panjang dan jangka pendek, restrukturisasi beban biaya operasional yang dilakukan melalui langkah negosiasi beban sewa pesawat, hingga biaya penunjang operasi lainnya. 

Selain itu, Garuda juga terus memaksimalkan upaya service improvement pada seluruh lini operasi yang turut ditunjang dengan streamlining business process melalui simplifikasi proses kerja baik untuk menurunkan beban biaya atau memaksimalkan seamless experience layanan penerbangan bagi pengguna jasa.

Bagikan

Berita Terbaru

Anak Usaha TLKM Buka Suara Soal Kepailitan TELE dan Investasi Rp 1,39 Triliun
| Kamis, 06 November 2025 | 13:53 WIB

Anak Usaha TLKM Buka Suara Soal Kepailitan TELE dan Investasi Rp 1,39 Triliun

PT PINS Indonesia, anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), akhirnya buka suara menanggapi kabar kepailitan PT Omni Inovasi Indonesia Tbk (TELE)

Ruang Pendanaan Masih Terbatas, PELNI Buka Opsi Tambah Kapal dari Penjualan Tiket
| Kamis, 06 November 2025 | 13:46 WIB

Ruang Pendanaan Masih Terbatas, PELNI Buka Opsi Tambah Kapal dari Penjualan Tiket

Penyertaan Modal Negara sudah tak lagi digunakan sehingga beberapa upaya diluncurkan PT Pelni guna memastikan kelanjutan investasi armada.

Konsumsi Daging Ayam Melejit, Laba Bersih Japfa Comfeed (JPFA) Naik Dua Digit
| Kamis, 06 November 2025 | 10:29 WIB

Konsumsi Daging Ayam Melejit, Laba Bersih Japfa Comfeed (JPFA) Naik Dua Digit

PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) membukukan kinerja positif di sepanjang sembilan bulan tahun 2025.

Multi Makmur Lemindo (PIPA) Membalikkan Rugi Menjadi Laba Per Kuartal III-2025
| Kamis, 06 November 2025 | 10:21 WIB

Multi Makmur Lemindo (PIPA) Membalikkan Rugi Menjadi Laba Per Kuartal III-2025

Pertumbuhan laba itu disokong lonjakan pendapatan usaha PIPA yang mencapai 30,49% secara tahunan jadi Rp 25,89 miliar per September 2025

Daya Beli Belum Maksi, Laba Emiten Properti Masih Bertaji
| Kamis, 06 November 2025 | 10:17 WIB

Daya Beli Belum Maksi, Laba Emiten Properti Masih Bertaji

Sejumlah emiten properti mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba di sepanjang periode Januari-September 2025

Harga Emas Masih Tinggi, Bumi Resources Minerals (BRMS) Genjot Produksi
| Kamis, 06 November 2025 | 10:08 WIB

Harga Emas Masih Tinggi, Bumi Resources Minerals (BRMS) Genjot Produksi

PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) membidik pertumbuhan produksi emas 68.000 ons sampai 72.000 ons hingga akhir 2025.​

Penjualan Belum Laris Manis, Kepulan Laba Emiten Rokok Semakin Tipis
| Kamis, 06 November 2025 | 09:52 WIB

Penjualan Belum Laris Manis, Kepulan Laba Emiten Rokok Semakin Tipis

Tekanan daya beli masyarakat masih jadi tantangan emiten rokok. Penurunan daya beli memicu pergeseran konsumsi ke segmen value for money (VFM).

TELE Pailit, Tak Cuma Telkom (TLKM) dan Haiyanto, Ribuan Investor Saham Ikut Merugi
| Kamis, 06 November 2025 | 09:00 WIB

TELE Pailit, Tak Cuma Telkom (TLKM) dan Haiyanto, Ribuan Investor Saham Ikut Merugi

Kasus pailit PT Omni Inovasi Indonesia Tbk (TELE) mencerminkan buruknya perlindungan investor publik.

Menakar Efek Kinerja Sembilan Bulan 2025 dan Rights Issue ke Kinerja PANI
| Kamis, 06 November 2025 | 08:15 WIB

Menakar Efek Kinerja Sembilan Bulan 2025 dan Rights Issue ke Kinerja PANI

Analisis aksi korporasi PANI: Rights issue Rp 16,6 triliun, akuisisi CBDK, dan prospek saham di tengah pemulihan pasar properti.

TELE & GOTO, Simbol Buruknya Pilihan Portofolio Investasi Manajemen TLKM di Masa Lalu
| Kamis, 06 November 2025 | 07:29 WIB

TELE & GOTO, Simbol Buruknya Pilihan Portofolio Investasi Manajemen TLKM di Masa Lalu

Satu benang merah dari kasus TELE dan GOTO, sejatinya TLKM bisa menerima manfaat dari bisnis dengan keduanya tanpa harus memiliki saham mereka.

INDEKS BERITA

Terpopuler