Rupiah Masih Menanti Sejumlah Isu Eksternal

Jumat, 15 Maret 2019 | 17:53 WIB
Rupiah Masih Menanti Sejumlah Isu Eksternal
[]
Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Wuwun Nafsiah

KONTAN.CO.ID - Kondisi ekonomi dalam negeri menunjukkan sinyal positif. Namun, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS kerap dipengaruhi oleh faktor eksternal.
Kali ini, proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa alias Brexit membawa angin segar bagi rupiah. Meski tidak signifikan, penolakan anggota parlemen Inggris atas kesepakatan Brexit menguatkan rupiah sepekan terakhir.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot, Jumat (15/3), bertengger di level Rp 14.260 per dollar AS, menguat dibanding penutupan akhir pekan sebelumnya, di angka Rp 14.314.

“Isunya memang masih soal eksternal. Rupiah sempat ke Rp 14.300 juga karena pelemahan ekonomi global,” ungkap David Sumual, Ekonom Bank Central Asia. Selain Brexit, perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang sebentar lagi mencapai titik temu, menurut David, membawa dampak positif pada rupiah.

Myrdal Gunarto, ekonom Maybank Indonesia mengatakan, pergerakan rupiah terjaga pada kisaran Rp 14.200–Rp 14.400 per dollar AS. “Hasil rilis data tenaga kerja AS yang  berada di bawah ekspektasi turut mendorong risk appetite,” tuturnya.

Pekan depan, Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) akan mengadakan pertemuan. Pelaku pasar tentu akan menantikan pengumuman suku bunga dari The Fed. “Sebelum pengumuman ini, pelaku pasar biasanya akan wait and see untuk masuk ke emerging market,” lanjut Myrdal.

Pergerakan rupiah memang masih tergantung dari hot money yang masuk ke pasar. Untuk itu, David menilai, perlu adanya upaya untuk mencari dana jangka panjang agar mata uang Garuda lebih stabil.

Sebab, pelaku pasar juga masih menanti hasil perundingan dagang AS dan China serta pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden dalam negeri. Hal ini sudah terlihat sejak tahun lalu, di mana angka Foreign Direct Investment (FDI) turun.

Masih berat

Dalam waktu dekat, David melihat angka FDI juga masih akan sulit ditingkatkan. Selain wait and see investor, ada kendala teknis yang menghambat FDI. Misalnya, kendala di lapangan ketika akan membangun kilang minyak. “Makanya, pemerintah seharusnya bisa terus masuk ke obligasi jangka panjang,” imbuhnya.

Sebenarnya, kebijakan pemerintah untuk menjaga rupiah sejak tahun lalu melalui berbagai skema, seperti transaksi domestic non delivery forward, trade swap hingga kebijakan B20 sudah membuahkan hasil. Ini terlihat dari nilai tukar rupiah yang lebih stabil. Cadangan devisa Februari 2019 juga naik ke angka US$ 123,27 miliar. “Tetapi kondisi global memang belum pasti, apalagi The Fed juga belum jelas,” lanjut Myrdal.

Di dalam negeri, Bank Indonesia masih sulit melonggarkan kebijakan. Hal ini lantaran perbankan masih membutuhkan dana pihak ketiga.

Dalam jangka pendek, laju rupiah memang dipengaruhi data neraca perdagangan Indonesia bulan Februari yang mencatat surplus US$ 330 juta. Namun prediksi Myrdal, rupiah dalam sepekan ke depan masih berpotensi melemah dan bergerak pada kisaran Rp 14.200–14.400 per dollar AS. Sedangkan David memprediksi rupiah stabil di level Rp 14.200–Rp 14.300.

Bagikan

Berita Terbaru

Pelemahan Daya Beli Menghantui Sektor Properti
| Minggu, 20 Juli 2025 | 05:44 WIB

Pelemahan Daya Beli Menghantui Sektor Properti

Pertumbuhan ekonomi yang melambat terindikasi dari melemahnya daya beli khususnya di sektor properti. 

 
 
Jalan Pematang Modernisasi di Sawah
| Minggu, 20 Juli 2025 | 05:44 WIB

Jalan Pematang Modernisasi di Sawah

​Luas kepemilikan lahan pada petani yang masih mini menjadi kendala petani menggunakan alat dan mesin pertanian (alsintan).

 
 
IHSG Naik 3,75% Sepekan, Intip Saham-Saham Paling Cuan Hingga 18 Juli 2025
| Minggu, 20 Juli 2025 | 05:44 WIB

IHSG Naik 3,75% Sepekan, Intip Saham-Saham Paling Cuan Hingga 18 Juli 2025

Pada sepekan hingga 18 Juli 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakumulasi kenaikan 3,75% dan ditutup pada 7.311,91 .

Dalam Sepekan Kurs Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS, Ini Penyebabnya
| Minggu, 20 Juli 2025 | 05:32 WIB

Dalam Sepekan Kurs Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS, Ini Penyebabnya

Dolar AS berbalik melemah, merespons pidato dovish pejabat  The Fed yang menyerukan pemangkasan suku bunga segera dilakukan FOMC akhir bulan in

Tunduk pada Trump?
| Minggu, 20 Juli 2025 | 05:05 WIB

Tunduk pada Trump?

Kesepakatan dagang ini tidak seimbang bagi Indonesia. Jika dicermati, justru ada kenaikan tarif impor oleh AS dari sebelum pengumuman April 2025.

Lari Dahulu Jadi Pelatih Kemudian
| Minggu, 20 Juli 2025 | 04:05 WIB

Lari Dahulu Jadi Pelatih Kemudian

Demam lari tak lagi sekadar tren, tapi telah membuka peluang baru bagi profesi pelatih lari profesional. 

 
Menengok Pemegang Saham DCII Yang Kekayaannya Bertambah Puluhan Triliun dalam Sepekan
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 15:00 WIB

Menengok Pemegang Saham DCII Yang Kekayaannya Bertambah Puluhan Triliun dalam Sepekan

Hanya dalam sepekan harga saham DCII, emiten bidang penyedia layanan penyimpanan data server ini, meroket 62,19%.​

Prajogo Pangestu Rajai Bursa Efek, Kapitalisasi Pasar Grup Tembus Rp 2.395 Triliun
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 12:23 WIB

Prajogo Pangestu Rajai Bursa Efek, Kapitalisasi Pasar Grup Tembus Rp 2.395 Triliun

Per Jumat (18/7), nilai kapitalisasi pasar saham Prajogo Pangestu mencapai Rp 2.444,74 triliun, setara 18,69% total kapitalisasi pasar IDX.

Adrian Maulana, Terus Belajar dalam Dunia Investasi
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 10:22 WIB

Adrian Maulana, Terus Belajar dalam Dunia Investasi

Adrian juga rajin membaca buku tentang investasi. Ia termasuk orang yang tidak pelit untuk membeli hingga puluhan buku terkait dunia investasi.

Sepekan, Kurs Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS, Ini Penyebabnya
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 10:06 WIB

Sepekan, Kurs Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS, Ini Penyebabnya

Dolar AS berbalik melemah  merespons pidato dovish pejabat  The Fed yang menyerukan pemangkasan suku bunga segera dilakukan FOMC akhir bulan ini.

INDEKS BERITA

Terpopuler