Rupiah Tertekan Bunga The Fed dan Kasus Covid Dalam Negeri

Senin, 20 Juni 2022 | 04:25 WIB
Rupiah Tertekan Bunga The Fed dan Kasus Covid Dalam Negeri
[]
Reporter: Aris Nurjani | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang Garuda terkulai di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Di akhir pekan lalu, kurs rupiah jatuh ke level terlemah sejak Oktober 2020. 

Jumat (17/6), kurs spot rupiah ditutup pada level Rp 14.825 per dollar AS. Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan, rupiah mengalami tekanan seiring kecemasan pasar soal lonjakan Covid-19 yang kembali merebak. Ini memicu kecemasan PPKM diterapkan lagi. 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan, penguatan dollar AS juga membuat rupiah kian tertekan. Indeks dollar AS akhir pekan lalu ditutup di level 104,65. 

Baca Juga: Tekanan Rupiah Makin Kuat, Rupiah Bisa ke Level Rp 15.000?

Nanang mengatakan, pelemahan rupiah sejatinya sudah terjadi sejak inflasi Amerika Serikat lebih tinggi dari proyeksi dan The Fed memutuskan menaikkan bunga 75 bps. Kini pelaku pasar kembali mencermati kasus Covid-19 di Indonesia yang meningkat.

"Munculnya subvarian BA.4 dan BA.5 dari varian omicron, jadi perhatian pasar. Pasar juga melihat langkah pemerintah menyusun kebijakan anggaran. Apalagi inflasi cenderung naik," ujar Nanang. 

Josua mengatakan langkah bank sentral global seperti bank sentral AS, Swiss, Australia dan Inggris, yang ikut menaikkan suku bunga acuan juga menimbulkan sentimen risk-off di pasar global.  "Pelemahan rupiah minggu lalu juga dipengaruhi harga CPO yang turun," ucap Josua. 

Kini pelaku pasar menanti langkah Bank Indonesia (BI) menjaga inflasi dalam negeri, seiring tren kenaikan bahan pokok dan energi. Kenaikan suku bunga The Fed akan menjadi salah satu pertimbangan BI.

Baca Juga: Modal Asing Hengkang Rp 7,34 Triliun di Pekan Ketiga Juni 2022

Ada kemungkinan, BI mengambil kebijakan serupa. Maklum, saat ini tren inflasi menunjukkan kenaikan. Penantian dari keputusan BI atas suku bunga acuan akan mempengaruhi pergerakan rupiah. 

Josua menjelaskan, pernyataan BI dalam RDG BI beberapa bulan terakhir menegaskan kebijakan moneter akan mempertimbangkan inflasi fundamental sebagai indikator utama. "Meskipun inflasi umum di atas level 4% hingga akhir tahun ini, BI akan mempertimbangkan untuk normalisasi suku bunga acuan pada semester II-2022," ujar Josua. 

Josua memperkirakan, hingga akhir tahun ini BI akan menaikkan bunga 50-75 bps untuk menekan inflasi dan menjaga stabilitas rupiah. Sementara dalam jangka pendek, BI masih mengoptimalkan kebijakan stabilisasi kurs rupiah melalui triple intervention di pasar spot USD/IDR, DNDF dan pasar SBN. 

Jika tidak ada intervensi  saat rupiah melemah, maka ada kemungkinan mengganggu bisnis perusahaan. "Pelemahan rupiah membuat perusahaan kesulitan membayar utang dollar atau impor bahan baku, ini akan membuat kinerja turun," ucap Nanang. 

Nanang mengatakan dari sisi teknikal rupiah berpotensi melemah ke Rp 14.974 per dollar AS. Rupiah sangat berpotensi melemah ke Rp 15.000 di akhir tahun ini. 

Baca Juga: Rupiah di Level Terburuk Sejak Oktober 2020, Begini Prediksi Pekan Depan

Bagikan

Berita Terbaru

Harga Saham Aneka Tambang (ANTM) Melemah, Asing Asyik Akumulasi Termasuk JPMorgan
| Kamis, 04 Desember 2025 | 12:57 WIB

Harga Saham Aneka Tambang (ANTM) Melemah, Asing Asyik Akumulasi Termasuk JPMorgan

Jika harga ANTM ditarik hingga tiga bulan terakhir maka sudah ada penurunan sebesar 16,38%. Selain itu, ada juga ekspektasi penurunan suku bunga.

Archi Indonesia (ARCI) Siap Menyebar Dividen Interim Hampir Setengah Triliun
| Kamis, 04 Desember 2025 | 10:27 WIB

Archi Indonesia (ARCI) Siap Menyebar Dividen Interim Hampir Setengah Triliun

Di periode ini, ARCI membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk US$ 70,47 juta.

Ada Ruang Bagi BI Pangkas Bunga 0,5%
| Kamis, 04 Desember 2025 | 08:46 WIB

Ada Ruang Bagi BI Pangkas Bunga 0,5%

Inflasi yang masih rendah membuka peluang pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia ke depan      

BEI Pastikan Pesanan IPO RLCO Sesuai dengan Jadwal
| Kamis, 04 Desember 2025 | 08:43 WIB

BEI Pastikan Pesanan IPO RLCO Sesuai dengan Jadwal

BEI memastikan, pesanan IPO RLCO masih sesuai jadwal prospektus, yaitu 4 Desember 2025 pukul 12:00 WIB.

Kinerja Emiten Grup Sinar Mas Masih Belum Bernas
| Kamis, 04 Desember 2025 | 08:39 WIB

Kinerja Emiten Grup Sinar Mas Masih Belum Bernas

Kinerja sejumlah emiten Grup Sinar Mas jeblok di sembilan bulan 2025. Tapi, pergerakan saham emiten lebih kinclong ketimbang kinerja keuangannya.​

Strategi APEX Menghadapi Tantangan Industri di Migas Lewat Efisiensi dan Teknologi
| Kamis, 04 Desember 2025 | 08:38 WIB

Strategi APEX Menghadapi Tantangan Industri di Migas Lewat Efisiensi dan Teknologi

PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) memproyeksikan pendapatan pada 2026 bakal lebih baik dari tahun ini.

Harga Pelaksanaan Turun, Penyerapan Saham Rights Issue PANI Bisa Tinggi
| Kamis, 04 Desember 2025 | 08:27 WIB

Harga Pelaksanaan Turun, Penyerapan Saham Rights Issue PANI Bisa Tinggi

Langkah PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) merevisi jadwal dan harga pelaksanaan rights issue menuai respons positif dari pelaku pasar saham.

IHSG Bisa Mendaki Tinggi di Tahun Kuda Api
| Kamis, 04 Desember 2025 | 08:19 WIB

IHSG Bisa Mendaki Tinggi di Tahun Kuda Api

JP Morgan Sekuritas memproyeksi level Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa tembus 10.000 pada 2026

Investasi Belum Bisa Jadi Tumpuan Ekonomi
| Kamis, 04 Desember 2025 | 08:06 WIB

Investasi Belum Bisa Jadi Tumpuan Ekonomi

Realisasi investasi melambat, bahkan realisasi FDI terkontraksi dan terendah sejak pandemi          

Daya Intiguna Yasa (MDIY) Genjot Penjualan di Akhir Tahun
| Kamis, 04 Desember 2025 | 07:30 WIB

Daya Intiguna Yasa (MDIY) Genjot Penjualan di Akhir Tahun

Perluasan jumlah toko juga dilakukan untuk memperkuat posisi pihaknya sebagai pemimpin di pasar ritel perlengkapan rumah tangga di Tanah Air

INDEKS BERITA