Salomo Sihombing: Meniti Karier Tak Pakai Aji Mumpung

Sabtu, 13 Juli 2019 | 09:50 WIB
Salomo Sihombing: Meniti Karier Tak Pakai Aji Mumpung
[]
Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Butuh waktu sekitar 18 tahun bagi Salomo Sihombing untuk menempati level direksi dalam sebuah perusahaan. Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Totalindo Eka Persada Tbk, Senin (24/6) lalu, menyetujui pengangkatan dia sebagai direktur.

Padahal Salomo bukan orang sembarangan. Lelaki kelahiran Jakarta pada 25 April 1978 silam, itu adalah adik dari Donald Sihombing, Pendiri sekaligus Direktur Utama PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS).

Forbes Worlds Billionaires 2019 memasukkan Donald sebagai nama baru dalam urutan ke-14 orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan mencapai US$1,4 miliar. Posisi Donald berada di atas Ciputra dan keluarga serta Hary Tanoesoedibjo. Kedua taipan tersebut mencatatkan kekayaan kurang lebih sama, yakni mencapai US$ 1,1 miliar.

Salomo adalah lulusan Sarjana Teknik Sipil Universitas Trisakti Jakarta pada tahun 2004. Sambil kuliah, ia menapaki karier di bagian practical training di PT Multikon. Hampir pada saat yang bersamaan, Salomo menjabat sebagai Junior Surveyor Totalindo Eka Persada. Dia mengemban tugas tersebut dari tahun 2001–2003.

Sebagai asisten tim survei, cakupan pekerjaan Salomo seputar mengangkat barang hingga memayungi alat survei. Memang, kala itu, dia bekerja menyelesaikan tugas skripsi. "Ya, tugas saya di atasnya office boy (OB)-lah," cerita Salomo saat ditemui KONTAN, beberapa waktu yang lalu.

Pada awal mula bekerja di Totalindo Eka Persada tadi, dia sempat harus tinggal di proyek selama setahun. Saat itu menjadi bagian dari tim yang sedang mengerjakan Roxy Square.

Padahal ketika pertama kali memutuskan mengambil Jurusan Teknik Sipil, terbayang sebuah pekerjaan yang bergengsi dalam benak Salomo. Biasanya, lulusan dari jurusan tersebut bekerja di bagian quality control, site engineer atau site manager. Alhasil, kenyataan yang dia dapatkan berbeda dengan impian awal.

Berkat didikan ayah

Namun, Salomo tidak berkecil hati. Dia tetap bekerja sepenuh hati dengan mengedepankan etos kerja yang optimal. Sikap-sikap tersebut merupakan didikan sang ayah sejak kecil. Salomo mengaku ayahnya mendidik dengan keras.

Salomo teringat pada suatu masa ketika dia dan saudara-saudaranya masih kecil. Kala itu, atap rumah mereka bocor. Alih-alih memanggil tukang, sang ayah justru menyuruh anak-anaknya belajar membetulkan sendiri kerusakan tersebut.

Salomo mengagumi sang ayah yang merupakan tipe pekerja keras. Ayahnya adalah seorang perantau dari daerah yang mencari peruntungan di Jakarta pada tahun 1966. Sang ayah kemudian mengikuti tes dan bekerja Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah Kementerian Keuangan. Pengalaman hidup ayahnya itu menjadikan Salomo dan saudara mendapatkan didikan yang tegas dan pantang menyerah.

Jangan tanya soal kerja lembur. Karena kerap bekerja hingga pukul 04:00 pagi, Salomo sempat terkena penyakit liver. "Karena waktu itu pukul 06:00 pagi saya sudah harus bangun lagi," kenang Salomo, sembari terkekeh.

Senang tantangan

Pada dasarnya, Salomo senang dengan tantangan baru. Baginya tantangan baru bisa selalu memunculkan semangat dan ide segar. Suatu kali, dia pernah berada dalam titik jenuh. Salomo pun sempat meminta proyek yang menantang kepada manajemen Totalindo Eka Persada.

Namun manajemen perusahaan tidak mengabulkannya. Alhasil, dalam perjalanan 18 tahun di Totalindo Eka Persada itu, sejatinya Salomo sempat keluar dari perusahaan meskipun cuma tiga bulan.

Sekembalinya ke Totalindo Eka Persada, Salomo mendapatkan sebuah proyek di luar Jakarta. Pada saat itu, dia ditarik kembali oleh manajemen perusahaan untuk memegang proyek tersebut.

Salomo mendapatkan lebih dari yang diminta. Proyek yang dia dapatkan tersebut benar-benar menantang, yakni Perumahan Aceh Besar bagi korban tsunami di Banda Aceh pada 2007 silam. Proyek tersebut pesanan Palang Merah Kanada.

Diculik

Tak cuma medan yang sulit, Salomo juga harus berurusan dengan keamanan. Dengan jabatan Deputy Project Manager Totalindo Eka Persada kala itu, dia mengaku sempat diculik dan diancam dibunuh. Anak buahnya juga diancam dipukuli.

Ancaman tersebut bermula dari kesalahpahaman. Jadi, para pengancam tersebut sebenarnya adalah pemasok kerikil dan pasir. Menurut Salomo, mereka tidak mengerti administrasi. Mereka menuntut pembayaran tanpa mengindahkan proses administrasi penagihan. Tak ada kuitansi bukti pembayaran lain.

Penolakan dari tim Totalindo Eka Persada kala itu membuat para pemasok berang. Pukul 12:00 malam, mereka menjemput Salomo dan tim lalu membawanya ke sebuah lokasi. Salomo menggambarkan, lokasi tersebut berada di dalam hutan dan terdapat sungai. Tak jauh dari lokasinya, ada lubang berukuran 1x1 meter yang baru saja digali. Para pengancam menyebutkan lubang tersebut untuk mengubur dirinya.

Berada dalam tekanan dan situasi yang sulit, Salomo berusaha keras tetap berpikir jernih. Dia memberanikan diri untuk mengajak berkomunikasi kepada pengancam dan penculik tersebut. Dia menjelaskan alasan utama ke Aceh adalah untuk membangun perumahan bagi korban tsunami di Aceh Jaya.

Salomo juga menanyakan permasalahan mereka dan menawarkan diri untuk memberikan bantuan. "Karena kalau saya sudah mati tentu saya tidak bisa bantu, saya bilang begitu ke mereka," kata pecinta masakan Thailand itu.

Dari hasil komunikasi, Salomo mengetahui jika pengancam dan penculik tersebut meminta bayaran lantaran memiliki tanggungan cicilan alat berat di Jakarta. Besar cicilannya sekitar Rp 200 juta. Salomo kemudian membuatkan cek saat itu juga.

Sekitar pukul 04:00 pagi, pengancam dan penculik tersebut mencari ikan pari di laut yang tak jauh dari lokasi. Mereka kemudian memasakkan ikan bakar untuk Salomo. Tensi permusuhan pun lenyap. Para pengancam dan penculik tersebut justru kemudian menjadi saudara jauh bagi Salomo sampai sekarang.

Penculikan dan ancaman pembunuhan tersebut adalah salah satu tantangan proyek di Aceh. Selain itu, Salomo mengaku hampir saja menanggung kerugian besar atas proyek yang sedang dikerjakan karena dicurangi oleh pemasok pasir yang lain.

Menurut kesepakatan dengan pemasok, Totalindo Eka Persada semestinya mendapatkan kiriman satu truk berisi 4 kubik pasir. Namun, para sopir hanya mengirimkan pasir sebanyak 2 kubik. Kepala gudang Totalindo Eka Persada kemudian mencoret data penerimaan barang menjadi 2 kubik.

Marahlah para sopir truk tersebut. Mereka memprotes Salomo dan timnya. Para sopir truk tersebut juga mengancam akan membunuh kepala gudang. "Anak buah saya dipukuli pakai balok dan para tukang dilempari batu karena masalah non teknis," cerita Salomo.

Kejadian tersebut menyebabkan Salomo hampir mengalami kerugian hingga puluhan miliar rupiah. Namun, beruntung karena Palang Merah Kanada menyetujui klaim yang dia diajukan. Alhasil, Totalindo Eka Persada tak jadi merugi secara material.

Hampir jadi pendeta

Kalau tidak berkarier sebagai eksekutif seperti saat ini, bisa jadi kini Salomo Sihombing mengabdi sebagai seorang pendeta di sebuah gereja di Jakarta. Pasalnya, pecinta skin diving itu dulu berkeinginan menjadi pendeta.

Keinginan Salomo terasah dari sejak menjadi Ketua Kontingen Kristen di usia sekolah menengah atas (SMA) 81 Jakarta Timur. Dalam organisasi tersebut, dia melakukan banyak kegiatan pelayanan yang bersifat sosial. Misalnya saja, pergi mengunjungi rumah sakit untuk menghibur dan mendoakan orang yang sedang sakit. Aktivitas lain seperti berkunjung ke sekolah-sekolah memerlukan bantuan kerohanian Kristen.

Saat masih duduk di bangku SMA itu pula, Salomo mengaku sampai mengangkat dua anak asuh. Satu berusia sekolah menengah pertama (SMP) dan satu lagi seusianya yakni SMA. Salomo membantu biaya sekolah mereka. Dananya berasal dari uang jajan Salomo.

Pelayanan berlanjut hingga jenjang kuliah. Pada awal perkuliahan, Salomo sampai meninggalkan kuliah hingga satu semester untuk melakukan pelayanan. Akibatnya, nilai-nilai yang dia raih pada awal kuliah buruk. Melihat gelagat itu, sang ayah memintanya untuk memilih antara menjadi pendeta atau bekerja di perusahaan swasta.

Pilihan Salomo jatuh pada profesi bekerja di perusahaan swasta. Pertimbangannya, butuh biaya untuk membantu orang lain. "Logikanya kalau menjadi pendeta tidak bisa jadi pengusaha, kalau pengusaha bisa menjadi pendeta dan melakukan pelayanan," tutur Salomo.

Saat ini keinginan menjadi pendeta seperti memudar. Namun Salomo tetap menjaga cita-cita yang lain. Suatu saat nanti, dia ingin mendirikan panti asuhan bagi anak-anak yang kurang beruntung.

Bagikan

Berita Terbaru

Anomali Buyback Saham DEWA, Tak Sesuai Parameter Pasar Berfluktuasi Secara Signifikan
| Kamis, 20 November 2025 | 22:22 WIB

Anomali Buyback Saham DEWA, Tak Sesuai Parameter Pasar Berfluktuasi Secara Signifikan

Buyback saham PT Darma Henwa (DEWA) digelar saat IHSG tengah rally dan harga sahamnya sedang mendaki.  

UNTR Berisiko Menghadapi Low Cycle, Diversifikasi ke Emas dan Nikel Masih Menantang
| Kamis, 20 November 2025 | 14:00 WIB

UNTR Berisiko Menghadapi Low Cycle, Diversifikasi ke Emas dan Nikel Masih Menantang

Prospek bisnis United Tractors (UNTR) diprediksi menantang hingga 2026, terlihat dari revisi proyeksi kinerja operasional.

Neraca Pembayaran Q3-2025 Defisit US$ 6,4 Miliar, Tertekan Arus Keluar Dana Asing
| Kamis, 20 November 2025 | 11:07 WIB

Neraca Pembayaran Q3-2025 Defisit US$ 6,4 Miliar, Tertekan Arus Keluar Dana Asing

Defisit NPI Indonesia berlanjut tiga kuartal berturut-turut. Transaksi berjalan surplus didorong ekspor nonmigas, namun modal finansial defisit.

Belanja Beberapa Lembaga & Kementerian Masih Seret
| Kamis, 20 November 2025 | 09:53 WIB

Belanja Beberapa Lembaga & Kementerian Masih Seret

Realisasi anggaran tiga K/L tercat baru mencapai sekitar 60% dari pagu                              

Wamenkeu Ikut Koordinasi Fiskal Moneter
| Kamis, 20 November 2025 | 09:45 WIB

Wamenkeu Ikut Koordinasi Fiskal Moneter

Kementerian Keuangan akan turut hadir dalam setiap Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan yang digelar Bank Indonesia

Setoran Pajak Masih Loyo, Target Berisiko Jebol
| Kamis, 20 November 2025 | 09:27 WIB

Setoran Pajak Masih Loyo, Target Berisiko Jebol

Hingga akhir Oktober 2025, realisasi penerimaan pajak tercatat masih terkontraksi 3,92%                         

Agresif Menambah Armada, Seberapa Menarik Saham MBSS Untuk Dilirik?
| Kamis, 20 November 2025 | 08:15 WIB

Agresif Menambah Armada, Seberapa Menarik Saham MBSS Untuk Dilirik?

Kinerja MBSS diprediksi membaik dengan penambahan kapal. Diversifikasi ke nikel dan utilisasi armada jadi sorotan.

Ekspansi RAJA Kian Agresif di Bisnis Energi, Lewat Jalur Organik dan Non-Organik
| Kamis, 20 November 2025 | 07:50 WIB

Ekspansi RAJA Kian Agresif di Bisnis Energi, Lewat Jalur Organik dan Non-Organik

Seiring rencana akuisisi dan pendirian anak usaha, ekspektasi terhadap saham PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) tetap terjaga. 

BEI Mengkaji Penyesuaian Efek Redenominasi Rupiah Ke Pasar Saham
| Kamis, 20 November 2025 | 07:34 WIB

BEI Mengkaji Penyesuaian Efek Redenominasi Rupiah Ke Pasar Saham

Saat ini Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mengkaji dampak penerapan redenominasi rupiah terhadap perdagangan saham.

Menakar Prospek Saham BNGA Seiring Kinerja Keuangan yang Diprediksi Makin Sehat
| Kamis, 20 November 2025 | 07:33 WIB

Menakar Prospek Saham BNGA Seiring Kinerja Keuangan yang Diprediksi Makin Sehat

Mulai tahun buku 2024, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA( telah menaikkan dividend payout ratio (DPR) menjadi 60%.

INDEKS BERITA

Terpopuler