Sangat Menjanjikan, SCCO Fokus di Pasar Domestik

Jumat, 03 Mei 2019 | 07:30 WIB
Sangat Menjanjikan, SCCO Fokus di Pasar Domestik
[]
Reporter: Kenia Intan | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID JAKARTA. Pasar kabel listrik di dalam negeri masih menyita perhatian utama PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk (SCCO) pada tahun ini. Selain pelanggan swasta, proyek listrik pemerintah menjadi opsi pasar yang menjanjikan di dalam negeri.

Salah satu acuan Supreme Cable adalah anggaran Rp 4,98 triliun yang disediakan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Duit itu untuk pembangunan jaringan transmisi, kapasitas gardu induk, kapasitas gardu distribusi dan peningkatan rasio elektrifikasi.

Potensi tersebut belum termasuk mega proyek listrik 35.000 megawatt (mw). Selain PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) alias PLN, proyek setrum itu juga melibatkan pengembang listrik swasta atau independent power producer (IPP).

Total kebutuhan pendanaan program ketenagalistrikan kurang lebih Rp 1.200 triliun. Perinciannya, Rp 585 triliun kebutuhan dana PLN dan Rp 615 triliun kebutuhan dana perusahaan swasta.

Supreme Cable pun berpotensi merasakan efek domino dari rencana proyek listrik tersebut. "Kami sadar di dalam negeri betul-betul melimpah-ruah proyek dan buktinya omzet kami bisa terus meningkat," ungkap Nicodemus M. Trisnadi, Direktur Keuangan PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk, usai paparan publik di Jakarta, Kamis (2/5).

Selain potensi domestik yang menjanjikan, kebetulan pula kondisi pasar kabel ekspor menantang. Supreme Cable melihat, persaingan kabel ekspor sangat sengit.

Tak heran jika selama kuartal I 2019, penjualan ekspor Supreme Cable nihil. Perusahaan itu mengantongi seluruh penjualan bersih senilai Rp 1,38 triliun dari pasar dalam negeri.

Ada tiga pelanggan besar dengan nilai transaksi lebih dari 10% terhadap total penjualan bersih triwulan pertama tahun ini. Ketiganya meliputi PT Kabelindo Murni Tbk, PT Sibalec dan PLN.

Sementara sepanjang tahun lalu Supreme Cable mengantongi penjualan ekspor senilai Rp 649,24 juta. Kalau disandingkan dengan total penjualan bersih sebesar Rp 5,16 triliun, porsi penjualan luar negeri bahkan tak sampai 1%.

Segmen pemasaran

Dengan cara tetap fokus pada pasar domestik, Supreme Cable berharap mampu membukukan penjualan Rp 5,2 triliun pada tahun 2019. Dari target top line sebesar itu, mereka ingin menikmati laba bersih senilai Rp 317,6 miliar.

Agar target tak meleset, Supreme Cable memacu penjualan aneka kabel. "Proyek 35.000 mw berjalan tentu kebutuhan kabel meningkat, baik kabel yang tegangan rendah hingga kabel dengan tegangan 150 kV (kilovolt)," terang Bayu Adiwijaya Soepono, Presiden Direktur PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk, dalam kesempatan yang sama.

Mereka masih mengandalkan fasilitas pabrik yang sudah ada. Saat ini, rata-rata utilitas mesin produksi Supreme Cable 70%-80%. Mereka belum berencana menambah kapasitas produksi.

Sambil jalan, Supreme Cable memperkuat tiga segmen pemasaran yang meliputi swasta, PLN dan proyek. Strategi pemasaran segmen swasta misalnya dengan memperluas jaringan ritel, menjaga stok, menetapkan harga kompetitif dan meningkatkan ketepatan waktu pengiriman.

Sementara pemasaran segmen PLN seperti mengikuti tender PLN Lisdes, PLN Distribusi, PLN Unit Transmisi dan PLN Unit Pembangkit. Adapun salah satu strategi segmen proyek yakni menjalin kerjasama dengan perusahaan konstruksi.

Bagikan

Berita Terbaru

Perketat Peredaran Minuman Beralkohol
| Rabu, 31 Desember 2025 | 09:01 WIB

Perketat Peredaran Minuman Beralkohol

Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 89 Tahun 2025                   

Target Gerai 2025 Tercapai, Aspirasi Hidup (ACES) Siap Geber Ekspansi di 2026
| Rabu, 31 Desember 2025 | 08:56 WIB

Target Gerai 2025 Tercapai, Aspirasi Hidup (ACES) Siap Geber Ekspansi di 2026

PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) telah merealisasikan pembukaan 27 toko baru di sepanjang tahun 2025.

Akses Mineral Kritis untuk AS Belum Imbang
| Rabu, 31 Desember 2025 | 08:45 WIB

Akses Mineral Kritis untuk AS Belum Imbang

AS bakal mendapatkan keuntungan strategis sementara RI hanya mendapat pembebasan tarif              

Bangun Kosambi (CBDK) Suntik Modal Dua Anak Usaha Rp 2,79 Triliun
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:48 WIB

Bangun Kosambi (CBDK) Suntik Modal Dua Anak Usaha Rp 2,79 Triliun

PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) mengumumkan dua transaksi afiliasi dengan nilai total Rp 2,79 triliun.

Hari Terakhir Tahun 2025, Mayoritas Bursa Asia Diprediksi Bergerak Mendatar
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:45 WIB

Hari Terakhir Tahun 2025, Mayoritas Bursa Asia Diprediksi Bergerak Mendatar

Pergerakan pasar dipengaruhi kombinasi profit taking akhir tahun.Kewaspadaan jelang rilis PMI China, serta risiko geopolitik.

Darma Henwa (DEWA) Raih Kredit Jumbo Rp 5 Triliun Dari BBCA dan BMRI
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:44 WIB

Darma Henwa (DEWA) Raih Kredit Jumbo Rp 5 Triliun Dari BBCA dan BMRI

PT Darma Henwa Tbk (DEWA) mengantongi fasilitas kredit jumbo dari PT Bank Central Asia Tbk dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 5 triliun. 

Genjot Laba 2026, Aracord Nusantara (RONY) Siap Transformasi Bisnis
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:39 WIB

Genjot Laba 2026, Aracord Nusantara (RONY) Siap Transformasi Bisnis

Transformasi mencakup penguatan bisnis energi dan logistik, khususnya yang berkaitan dengan elektrifikasi alat angkut di sektor pertambangan. ​

BLT Cuma Pendongkrak Daya Beli, Efeknya Ke Emiten Konsumer dan Ritel Masih Mini
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:32 WIB

BLT Cuma Pendongkrak Daya Beli, Efeknya Ke Emiten Konsumer dan Ritel Masih Mini

Emiten konsumer dan ritel tak bisa berharap banyak pada dampak bantuan langsung tunai (BLT) sebesar Rp 900.000 yang dikucurkan pemerintah. 

Prospek Perbankan 2026: Masih Sulit Lepas dari Bayang-Bayang Perlambatan Ekonomi
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:15 WIB

Prospek Perbankan 2026: Masih Sulit Lepas dari Bayang-Bayang Perlambatan Ekonomi

Ekonom memprediksi penyaluran kredit di tahun 2026 berpotensi tumbuh 9%, di atas proyeksi target tahun ini

Mengebut Pembangunan Huntara di Sumatra
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:05 WIB

Mengebut Pembangunan Huntara di Sumatra

Hingga akhir Desember 2025, tercatat sebanyak 47.149 unit rumah mengalami rusak berat akibat banjir dan tanah longsor di Aceh, dan Sumatra

INDEKS BERITA

Terpopuler