Saranacentral Bajatama (BAJA) Berniat Genjot Produksi

Jumat, 22 Februari 2019 | 07:31 WIB
Saranacentral Bajatama (BAJA) Berniat Genjot Produksi
[]
Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Saranacentral Bajatama Tbk (BAJA) bertekad memperkokoh produksi baja. Pada tahun ini, Bajatama memproyeksikan volume produksi mencapai 140.000 ton. Jumlah itu tumbuh 37,25% dibandingkan realisasi produksi 2018 sebesar 102.000 ton.

Dengan estimasi volume produksi tadi, emiten berkode saham BAJA di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu menargetkan kinerja bisnis tumbuh sebesar 20% pada tahun ini.

Direktur Utama Saranacentral Bajatama Handjaja Susanto menyebutkan, untuk meningkatkan produksi itu, manajemen bakal memaksimalkan utilitas pabrik. Apalagi sepanjang tahun lalu mereka hanya memanfaatkan utilitas pabrik sekitar 45%.

Menurut Handjaja, peningkatan utilitas pabrik terdorong penerbitan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 110 Tahun 2018, yang merupakan revisi Permendag Nomor 22 Tahun 2018 tentang Ketentuan Impor Besi atau Baja, Baja Paduan dan Produk Turunannya.

Melalui regulasi tersebut, produk baja impor akan dikendalikan dengan pengawasan post border. "Dengan Permendag itu, maka kami berharap utilitas bisa mencapai 70%–80%," jelas dia kepada KONTAN, belum lama ini.

Jika utilitas pabrik disesuaikan pada kisaran 70%–80%, Handjaja memproyeksikan produksi BAJA bisa tumbuh hingga 140.000 ton. Perinciannya, sebanyak 80.000 ton untuk produk baja jenis saranalum dan 60.000 ton untuk jenis galvanis.

Sepanjang tahun lalu, dengan utilitas pabrik sebesar 45%, BAJA hanya membukukan total volume produksi mencapai 102.000 ton. Perinciannya, sebanyak 60.000 ton untuk produk saranalum dan 42.000 ton jenis galvanis.

Meski produksi bakal meningkat, Handjaja menyebutkan, BAJA belum akan menambah pabrik baru. Alhasil, belanja modal atau capital expenditure (capex) pada tahun ini tidak banyak.

Namun dia enggan menyebutkan angka capex secara mendetail. "Tahun ini capex sedikit sekali karena yang paling penting memaksimalkan fasilitas yang sudah ada untuk memproduksi lebih banyak," ujar Handjaja.

Kelak, jika utilitas pabrik berjalan maksimal dan mampu mengerek pertumbuhan produksi, maka tahun ini BAJA membidik pertumbuhan kinerja hingga 20%.

Manajemen BAJA menilai Permendag 110/2018 mampu meningkatkan kinerja produsen baja di dalam negeri. Namun memang hingga awal tahun ini, dampak beleid tersebut belum dirasakan kepada produsen baja. "Intinya bisa meningkatkan produksi, namun sebetulnya sampai sekarang efeknya belum kami rasakan," ujar Handjaja.

Efek Permendag 110/2018 belum terasa lantaran pemerintah saat ini berupaya menghabiskan sisa kuota impor. Jika tak ada aral melintang, Handjaja memproyeksikan efek aturan itu mulai dirasakan para produsen lokal mulai April atau Mei 2019.

Dengan demikian, manajemen BAJA juga melihat ada peluang pertumbuhan kinerja keuangan dari sisi pendapatan maupun laba.

"Untuk proyeksi penjualan, tahun ini ada kenaikan 10%–20%," ujar Handjaja. Dari sisi bottom line, BAJA optimistis akan positif. Hingga kuartal ketiga tahun lalu, BAJA masih menderita rugi bersih Rp 60,41 miliar. Kerugian itu meningkat dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 17,3 miliar.

Tahun lalu, BAJA menghadapi sejumlah tekanan, mulai dari kenaikan harga bahan baku hingga serbuan impor baja lapis. Derasnya aliran produk impor baja lembaran lapis dari China dan Vietnam mendistorsi pasar karena industri baja China diduga melakukan dumping.

Bagikan

Berita Terbaru

Surono Subekti Masuk Daftar Pemegang Saham Brigit Biofarmaka di Tengah Koreksi Harga
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 16:30 WIB

Surono Subekti Masuk Daftar Pemegang Saham Brigit Biofarmaka di Tengah Koreksi Harga

Surono menjadi satu-satunya pemegang saham individu di luar afiliasi dan manajemen yang punya saham OBAT lebih dari 5%.

Menengok Portofolio Grup Djarum yang Baru Masuk ke Saham RS Hermina (HEAL)
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 15:00 WIB

Menengok Portofolio Grup Djarum yang Baru Masuk ke Saham RS Hermina (HEAL)

Grup Djarum pada 25 Juni 2025 mencaplok 3,63% PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), emiten yang mengelola jaringan Rumah Sakit Hermina.

Kinerjanya Paling Bontot di ASEAN Pada 23-26 Juni, Gimana Prospek IHSG Ke Depan?
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 15:00 WIB

Kinerjanya Paling Bontot di ASEAN Pada 23-26 Juni, Gimana Prospek IHSG Ke Depan?

Tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Iran, bisa berimbas pada meningkatkan risk appetite investor atas aset berisiko di emerging markets

Ada Normalisasi Permintaan, Serapan Semen Nasional Melemah per Mei 2025
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 14:13 WIB

Ada Normalisasi Permintaan, Serapan Semen Nasional Melemah per Mei 2025

Volume penjualan semen domestik pada lima bulan pertama tahun 2025 turun 2,1% year on year (YoY) menjadi 22,27 ton.

Pabrik Baterai EV Terintegrasi Pertama Berdiri Akhir Juni , Ini Mereka yang Terlibat
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 13:26 WIB

Pabrik Baterai EV Terintegrasi Pertama Berdiri Akhir Juni , Ini Mereka yang Terlibat

Indonesia akan memiliki pabrik baterai EV pertama pada akhir Juni 2026 ini. Selain China, sejumlah perusahaan lokal terlibat. Ini detailnya.

Dugaan Korupsi Pengadaan EDC BRI, Oknum Rekanannya Juga Tersandung di Kasus Pertamina
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 08:22 WIB

Dugaan Korupsi Pengadaan EDC BRI, Oknum Rekanannya Juga Tersandung di Kasus Pertamina

PT Pasifik Cipta Solusi (PCS) dalam situs webnya mengaku sebagai partner BRI sejak tahun 2020 dalam pengadaan mesin EDC agen BRILink.

Waspada Risiko Kontraksi Setoran Pajak
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 07:21 WIB

Waspada Risiko Kontraksi Setoran Pajak

Penerimaan pajak semester I-2025 berisiko terkontraksi 35%-40% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Wajib Pajak UMKM Masih Bisa Bebas PPh Final
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 07:01 WIB

Wajib Pajak UMKM Masih Bisa Bebas PPh Final

Ditjen Pajak menegaskan bahwa kebijakan PPh final usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) tidak menambah beban pajak baru

Ada Hermanto Tanoko, Begini Prospek Emiten Merry Riana (MERI) Pasca IPO
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 06:51 WIB

Ada Hermanto Tanoko, Begini Prospek Emiten Merry Riana (MERI) Pasca IPO

Secara valuasi, harga saham IPO MERI masih tergolong wajar. Tapi, investor tetap harus mencermati fundamental perusahaan. 

Siap-siap Anggaran 2025 Jebol
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 06:50 WIB

Siap-siap Anggaran 2025 Jebol

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membuka peluang memperbesar penerbitan surat berharga negara (SBN) pada tahun ini

INDEKS BERITA

Terpopuler