Sejumlah Emiten Memilih Refinancing Obligasi

Selasa, 15 Januari 2019 | 07:05 WIB
Sejumlah Emiten Memilih Refinancing Obligasi
[]
Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Yuwono triatmojo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten harus bersiap memikirkan pembayaran utang obligasi yang jatuh tempo tahun ini. Menurut catatan PT Kurtodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), ada sekitar Rp 8 triliun lebih obligasi yang akan segera jatuh tempo

PT Mayora Indah Tbk (MYOR),  misalnya. Obligasi yang diterbitkan pada 2012 lalu bakal jatuh tempo tahun ini. MYOR sudah menyiapkan dana untuk melunasi obligasi tadi. "Akan kami lunasi pakai dana sendiri," ujar Sekretaris Perusahaan MYOR Yuni Gunawan kepada KONTAN, Senin (14/1).

Sekadar informasi, posisi kas MYOR hingga akhir tahun lalu masih sekitar Rp 2,5 triliun.

Langkah serupa sepertinya bakal diambil oleh PT Waskita Karya Tbk (WSKT). Perusahaan ini bakal melunasi obligasinya yang bakal jatuh tempo tahun ini senilai Rp 2 triliun. Terlebih, kas WSKT sedang surplus. Haris Gunawan, Direktur Keuangan WSKT, menyebutkan, kas perusahaan mencapai Rp 8 triliun per akhir tahun lalu.

Keputusan WSKT melunasi pokok obligasi belum mutlak. Manajemen masih membuka kemungkinan untuk membiayai kembali atawa refinancing obligasi tersebut.

Asal tahu saja, obligasi WSKT yang bakal jatuh tempo merupakan bagian dari Obligasi Berkelanjutan II WSKT Rp 5 triliun yang diterbitkan pada 2016.

Tahap pertama senilai Rp 2 triliun, diterbitkan dengan kupon 9,25% per tahun. Sedang tahap kedua senilai Rp 900 miliar dengan kupon 8,5% per tahun akan jatuh tempo pada tahun 2021.

Artinya, WSKT masih punya kesempatan melakukan refinancing dengan menerbitkan sisa plafon Rp 2,1 triliun. "Kalau pun refinancing, kami pantau kondisi pasar hingga April 2019. Tentu harapannya pricing sudah kembali normal," jelas Haris.

Archied Noto Pradono, Direktur PT Intiland Development Tbk (DILD), memastikan, pihaknya lebih memilih refinancing atas obligasinya yang bakal jatuh tempo. Pendanaannya berasal dari pinjaman yang sudah didapat (standby loan) dari dua bank, BNI dan BCA.

Archied belum merinci nilai pinjaman tersebut. Yang terang, bunga pinjamannya 10,5%, lebih kecil dibanding kupon obligasi yang bakal jatuh tempo nanti, sebesar 10,75%. "Uangnya sudah ada, tunggu jatuh tempo kami bayar," kata Archied.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai, refinancing memang masih jadi strategi paling populer. Langkah ini lebih ringan dibanding menggunakan kas internal yang justru bisa menghambat ekspansi.

Refinancing juga bakal jauh lebih efektif jika bunga pinjaman barunya lebih ringan dibanding bunga pinjaman lama.

Bagikan

Berita Terbaru

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga
| Senin, 23 Desember 2024 | 09:00 WIB

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga

PALM mencetak laba bersih Rp 464,63 miliar di Januari-September 2024, dibandingkan periode sebelumnya rugi bersih sebesar Rp 1,94 triliun.

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:52 WIB

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik

Sejumlah sektor usaha dinilai masih prospektif dan berpotensi sebagai motor penggerak ekonomi Indonesia ke depan, setidaknya dalam jangka menengah

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:47 WIB

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025

Tantangan pemerintah Indonesia untuk memacu perekonomian semakin berat pada tahun depan, termasuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:36 WIB

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan

Bila mendapatkan insentif pajak, maka PPnBM untuk kendaraan hybrid akan dibanderol sebesar 3% hingga 4%.

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:35 WIB

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli

Miten yang bergerak di bisnis barang konsumsi dibayangi sentimen kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%.

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:25 WIB

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun

Sudah tidak banyak lagi ruang bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk menguat di sisa tahun ini. 

Pemerintah Tebar Insentif Kepabeanan Rp 33 Triliun
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:15 WIB

Pemerintah Tebar Insentif Kepabeanan Rp 33 Triliun

Insentif yang dimaksud, antara lain berupa insentif kawasan berikat, penanaman modal, serta kebutuhan pertahanan dan keamanan.

Belanja Masyarakat Bisa Tertahan Tarif PPN 12%
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:04 WIB

Belanja Masyarakat Bisa Tertahan Tarif PPN 12%

Data terbaru Mandiri Spending Index mengindikasikan belanja masyarakat hingga 8 Desember 2024 terkerek momentum Nataru

Sumber Alfaria Trijaya (AMRT) Mau Buka 1.000 Gerai Baru di Tahun 2025
| Senin, 23 Desember 2024 | 07:30 WIB

Sumber Alfaria Trijaya (AMRT) Mau Buka 1.000 Gerai Baru di Tahun 2025

AMRT menyebut adanya penutupan gerai di tahun ini merupakan bagian dari srategi eksansi di tahun depan.

Okupansi Hotel Metropolitan Land (MTLA) Naik Jelang Libur Nataru
| Senin, 23 Desember 2024 | 07:15 WIB

Okupansi Hotel Metropolitan Land (MTLA) Naik Jelang Libur Nataru

Periode Nataru di unit hotel yang dimiliki MTLA sudah terlihat mengalami kenaikan, seperti Hotel Horison Ultima Bekasi

INDEKS BERITA

Terpopuler