KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah hari ini (25/10) ditutup menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Mengutip Bloomberg, rupiah berakhir pada posisi Rp 14.038 per dolar AS.
Dengan begitu, rupiah berbalik menguat 0,15%, setelah sempat melemah pada pagi tadi. Pada penutupan kemarin (24/10), rupiah parkir di level Rp 14.059 per dolar AS.
Selama sepekan, pergerakan rupiah menunjukkan penguatan. Hanya, penguatan rupiah bersifat terbatas lantaran sempat kembali tertekan di tengah pekan.
Baca Juga: Akhir pekan, rupiah ditutup menguat 0,15% ke level Rp 14.038 per dolar AS
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat 0,78% dalam sepekan. Sama menguat, kurs tengah BI saat ini berada di posisi Rp 14.064 atau naik sebesar 0,54% selama satu pekan.
Analis Monex Investindo Futures Faisyal melihat, pergerakan rupiah selama sepekan ini cenderung stabil, meskipun tampak menguat. Ini akibat sentimen-sentimen yang saling mendominasi, baik yang positif maupun negatif.
"Sempat menguat dan melemah lagi, sehingga rupiah cenderung flat," ujar Faisyal kepada Kontan.co.id, Jumat (25/10).
Faisyal menyebutkan, salah satu faktor yang menyebabkan penguatan rupiah adalah penatikan Kabinet Indonesia Maju. Pasar masih menyambut baik beberapa orang yang masuk dalam tubuh kabinet Presiden Jokowi.
"Pasar optimistis dengan terpilihnya kembali Sri Mulyani menjadi menteri keuangan," kata Faisyal.
Baca Juga: Menguat sepekan, pergerakan rupiah didominasi sentimen domestik
Selain kabinet baru, Faisyal memandang, ada dampak dari pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) pada pekan ini jadi 5%. Hanya, penurunan ini tak berdampak banyak untuk penguatan rupiah.
Faisyal menambahkan, penguatan rupiah cukup tertahan dengan faktor yang datang dari eksternal. Belum ada kepastian lagi mengenai negosiasi dagang antara China dan AS serta Brexit yang memiliki tenggat waktu akhir bulan ini.
"Pelaku pasar akhirnya mulai menjauhi aset berisiko, salah satunya rupiah," jelas Faisyal.
Sependapat, Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, penguatan didominasi sektor domestik. Ada efek positif dari pemangkasan suku bunga acuan BI dan pelantikan Presiden yang berlanjut dengan pembentukan kabinet.
Baca Juga: Pembentukan kabinet baru menyokong kenaikan IHSG 0,98% dalam sepekan
"Didukung dengan berjalan lancar segala pelantikan yang terjadi pekan ini dari, pelantikan Presiden-Wakil Presiden hingga pelantikan menteri," ujar Josua.
Cuma, Josua berbeda pandangan soal negosiasi dagang AS-China dan Brexit. Menurutnya, sentimen ini justru memberi efek kebangkitan untuk rupiah.
Soalnya, perang dagang mulai mereda dan ada kepastian dari Brexit. "Brexit sudah ada kesepakatan, tinggal menunggu finalisasi sehingga menjadi sentimen positif untuk rupiah," tutur Josua.
Baca Juga: Rupiah terus menguat di hadapan dolar Amerika
Sentimen yang menyebabkan rupiah sedikit tertekan ialah kekhawatiran terhadap resesi. Negosiasi dagang AS-China tampaknya belum cukup mampu untuk mengurangi kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global.
"Isu perlambatan ekonomi global masih terus membayangi," ucap Josua.
Pekan depan, pasar menunggu hasil rapat bank sentral AS, The Fed. Saat ini, pasar memperkirakan, The Fed akan memangkas suku bunganya lagi.
Baca Juga: Selepas tengah hari, rupiah menguat 0,07% ke level Rp 14.049 per dolar AS
Jika benar The Fed menurunkan suku bunga, Josua dan Faisyal sepakat, rupiah punya peluang untuk menguat. Josua menebak, rentang pergerakan rupiah selama sepekan depan adalah Rp 13.990-Rp 14.125 per dolar AS.
Sedikit lebih lebar, Faisyal memperkirakan, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.850-Rp 14.200 per dolar AS.