Senjata Dolar Trump

Minggu, 08 Desember 2024 | 04:51 WIB
Senjata Dolar Trump
[ILUSTRASI. TAJUK - Titis Nurdiana]
Titis Nurdiana | Pemimpin Redaksi

Mao Zedong bukan ahli moneter, tapi pandangannya tentang kekuasaan sejalan dengan yang dilakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Kata Mao, kekuasaan tumbuh lewat laras senjata. Dan, Trump menggunakan dolar AS sebagai senjata melawan negara-negara yang mengurangi dominasi dolar dalam perdagangannya.

Terpilih menjadi Presiden AS, Trump mulai menarik kokang untuk menunjukkan dominasi dolar dalam perdagangan dunia. Trump mengancam negara anggota BRICS untuk membayar tarif impor 100% jika mereka mengurangi transaksi dalam mata uang dolar AS.

Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, sebagai anggota BRICS belakangan terus merekatkan hubungan dagang dengan transaksi non dolar. Catatan Chatham, hingga pertengahan 2024, Tiongkok menyelesaikan 27% perdagangannya dengan renminbi. Posisi ini naik 17% jika dibandingkan awal tahun 2022. Ini artinya, Tiongkok menggunakan mata uangnya sendiri dalam transaksi dagang lebih dari US$ 50 miliar setiap bulan.

Distribusi kekuatan mata uang global memang berubah, meski belum mampu menyamai dolar AS. Banyak negara terus mencari alternatif transaksi non dolar. Namun hingga kini sulit bagi dunia untuk lepas dari dolar AS. The Greenback sepanjang sejarah sudah menjadi mata uang global yang paling dominan dan banyak ditransaksikan di dunia.

Namun dolar AS secara perlahan mulai kehilangan sebagian daya tariknya. Pasokan dolar global yang berlebih telah mengikis kepercayaan dunia atas nilai The Greenback. Defisit eksternal yang terus-menerus dalam beberapa dekade terakhir membuat AS memiliki kewajiban luar negeri jumbo. Jika pada akhir tahun 1980-an, AS masih menjadi kreditor bersih bagi seluruh dunia, kini utang AS ke para pemberi pinjaman asing sudah melampaui utang debitur asing. Jumlahnya sekitar US$ 20 triliun atau 70% dari PDB AS, berdasar catatan Chatham.

Lalu, semakin seringnya AS menjadikan dolar sebagai senjata untuk melawan negara-negara yang ingin dihukumnya, juga mendorong negara-negara lain untuk menggunakan mata uang lain sebagai alternatif perdagangan. Mereka harus meminimalisir risiko dengan transaksi non dolar.

Kondisi ini tecermin dari hubungan dagang Rusia dan China serta anggota BRICS. Dari transaksi dagang menggunakan Renminbi sebesar US$ 50 miliar saban bulan, transaksi dagang hanya dengan Rusia mendominasi hingga US$ 20 miliar per bulan.

Pembekuan cadangan devisa Rusia pada Februari 2022 bisa menjadi salah satu gambaran AS menjadikan dolar sebagai senjata agresif. Serangan serupa juga dilakukan AS ke bank sentral Libya, Iran, Venezuela, serta Afghanistan, meski jumlahnya kecil. Alhasil, mereka harus beralih ke non dolar.

Semakin sering AS menjadikan dolar sebagai alat kebijakan luar negeri serta sanksi yang berlebih membuat banyak negara khawatir bakal kehilangan akses ke dolar. Negara ekonomi terbesar dunia nomor 2 Tiongkok menjadi salah satu negara yang memiliki banyak alasan untuk khawatir atas persenjataan dolar AS.

Pada tahun 2018, kepemilikan Tiongkok atas sekuritas berdenominasi dolar mencapai 50% dari cadangan devisanya. Meskipun saat ini jumlahnya sudah di bawah 40%, aset AS itu diperkirakan masih mencapai $1,4 triliun. Bukan uang receh. Ini pula yang menyebabkan China sulit berpaling dari dominasi dolar AS.

Dominasi dolar memang tidak mengenakkan bagi banyak negara, tapi kekuatan militer AS, struktur aliansi, dan lambatnya distribusi perubahan kekuatan mata uang nampaknya akan mempertahankan status dolar AS sebagai mata uang dominan untuk waktu panjang. Dan, ini merupakan senjata atas kekuasaan AS.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Catur Sentosa (CSAP) Bikin Anak Usaha Baru
| Rabu, 22 Januari 2025 | 07:48 WIB

Catur Sentosa (CSAP) Bikin Anak Usaha Baru

Emiten pengelola gerai Mitra10, PT Catur Sentosa Adiprana Tbk (CSAP) mendirikan entitas usaha baru, yakni PT Kairos Indah Sejahtera (KIS)..

Saraswanti Anugerah Makmur (SAMF) Akan Stock Split di Rasio 1:2
| Rabu, 22 Januari 2025 | 07:43 WIB

Saraswanti Anugerah Makmur (SAMF) Akan Stock Split di Rasio 1:2

Melalui aksi stock split, nilai nominal saham SAMF akan berubah dari Rp 100 menjadi Rp 50 per saham setelah stock split.​

Emiten Rumah Sakit Siap Ekspansi Pada 2025
| Rabu, 22 Januari 2025 | 07:39 WIB

Emiten Rumah Sakit Siap Ekspansi Pada 2025

Sederet emiten rumah sakit merencanakan berbagai aksi korporasi strategis pada tahun 2025. Mulai dari penerbitan obligasi hingga ekspansi.

Pergerakan Tak Wajar Saham-Saham Baru
| Rabu, 22 Januari 2025 | 07:38 WIB

Pergerakan Tak Wajar Saham-Saham Baru

Sejumlah saham yang baru mencatatkan sahamnya di BEI (IPO) masuk UMA dan sempat digembok bursa/suspensi 

Emiten Kecipratan Berkah Program Tiga Juta Rumah
| Rabu, 22 Januari 2025 | 07:33 WIB

Emiten Kecipratan Berkah Program Tiga Juta Rumah

Sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal terlibat langsung dalam program 3 juta rumah yang dicanangkan pemerintah. 

Efek Donald Trump Mengendalikan Pasar Keuangan
| Rabu, 22 Januari 2025 | 07:18 WIB

Efek Donald Trump Mengendalikan Pasar Keuangan

Kebijakan Trump diproyeksi bakal berdampak ke ekonomi global. Terutama negara-negara yang menjadi target Trump. 

Perang Dagang Membayangi Prospek Pasar Valuta Asing
| Rabu, 22 Januari 2025 | 07:07 WIB

Perang Dagang Membayangi Prospek Pasar Valuta Asing

Tren pelemahan mata uang utama diperkirakan berlanjut karena kebijakan penerapan tarif masih tetap membayangi pasar.

Mendadak IHSG Menanjak dan Jadi Salah Satu Yang Terbaik
| Rabu, 22 Januari 2025 | 07:05 WIB

Mendadak IHSG Menanjak dan Jadi Salah Satu Yang Terbaik

Derasnya arus net sell selama dua hari terakhir menjadi sinyal waspada bagi para investor di bursa saham. 

Masa Suram Saham Gudang Garam
| Rabu, 22 Januari 2025 | 07:05 WIB

Masa Suram Saham Gudang Garam

Mencermati prospek kinerja dan harga saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) tahun ini yang masih terus melemah 

Melampaui Ekspektasi, ACES Mengantongi Penjualan Rp 8,5 Triliun di 2024
| Rabu, 22 Januari 2025 | 07:02 WIB

Melampaui Ekspektasi, ACES Mengantongi Penjualan Rp 8,5 Triliun di 2024

ACES membukukan penjualan Rp 911 miliar pada Desember 2024, naik 26,5% secara bulanan dan naik 12,1% secara tahunan 

INDEKS BERITA

Terpopuler