Seperti Ini Kondisi Sulit yang Sekarang Dihadapi Raksasa Migas Global

Jumat, 30 Oktober 2020 | 13:06 WIB
Seperti Ini Kondisi Sulit yang Sekarang Dihadapi Raksasa Migas Global
[ILUSTRASI. FILE PHOTO: Pesawat bersiap mendarat, terbang di atas logo Exxon di sebuah SPBU di Chicago, Illinois, AS, 27 Oktober 2016. REUTERS/Jim Young.]
Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - HOUSTON (Reuters).  Exxon Mobil Corp. tentu bukan nama yang asing di sektor minyak dan gas. Saat ini, pamor perusahaan yang pernah memiliki nilai kapitalisasi terbesar di Amerika Serikat (AS) itu, tengah meredup. Jangankan di antara seluruh emiten, di sektor energi saja, Exxon tidak lagi berstatus sebagai yang terbesar.

Pandemi Covid 19 yang berbuntut pada pelemahan permintaan global untuk minyak  mentah dan bahan bakar, menyuramkan prospek Exxon tahun ini. Perusahaan minyak dan gas yang berpusat di Texas, AS itu, diprediksi akan melaporkan kerugian di kuartal ketiga, memperpanjang tren yang telah berlangsung selama dua kuartal sebelumnya.

Baca Juga: Dollar firms, euro hurt after ECB signals further easing

Jika prediksi ini terjadi, maka ini pertama kali Exxon menderita kerugian selama tiga kuartal berturut-turut. Bahwa Exxon sedang mengalami masa sulit juga tercermin dari kebijakannya, Kamis, memberhentikan 14.000 orang pekerja.

Pasar merespon kinerja Exxon yang meredup dengan memangkas harga saham emiten itu lebih dari separuhnya, hingga tenggelam ke posisi terendahnya selama dua dekade terakhir. Saham Exxon bahkan dihapus dari daftar saham yang membentuk indeks Dow Jones Industrial Average. Padahal, saham Exxon sudah masuk dalam perhitungan selama seabad.

Baca Juga: 3 Indeks utama Wall Street naik ditopang data ekonomi ciamik

Exxon telah memangkas pengeluaran di pos karyawan dan pengeluaran proyek. Namun, Exxon terjebak dengan janji membayar dividen yang menelan biaya hampir $ 15 miliar per tahun.

Saat ini, rasio pembayaran dividen Exxon terbilang besar, sekitar 10%. Penyebab tingginya rasio itu adalah penurunan harga saham. “Pemotongan dividen akan mengganggu keranjang apel banyak investor,” tutur Mark Stoeckle, manajer portofolio senior di Adams Funds, yang memegang saham Exxon dengan nilai sekitar US$ 46 juta.

Namun pasar kini meragukan kemampuan Exxon membayar dividennya. Jika melihat biaya utang yang ditanggungnya, Exxon akan kehabisan kas dengan cepat, jika harga minyak AS tetap di bawah US$ 45 per barel.

Memang, ada jalan lain yang bisa ditempuh Exxon, yaitu menjual aset untuk mempertahankan dividen. Namun, ini pemikiran yang tidak menarik bagi banyak analis.

Baca Juga: BP hentikan produksi bahan bakar di Australia dan beralih ke impor bahan bakar

"Hal terakhir yang harus dilakukan Exxon adalah menempatkan dirinya pada posisi di mana ia dipaksa untuk menjual aset semata-mata untuk tujuan mencari uang ekstra untuk membayar dividen," kata analis Raymond James Pavel Molchanov.

Sebelum pandemi, Kepala Eksekutif Exxon Darren Woods berupaya mengembalikan perusahaan itu ke jalur keuntungan, dengan melakukan investasi besar-besaran dalam peningkatan produksi. Ajang pertaruhan Exxon saat itu sangat beragam, mulai ladang minyak serpih di AS, fasilitas penyulingan berskala global, instalasi produksi plastik serta ladang minyak di lepas pantai Guyana.

Baca Juga: Oil extends losses on renewed coronavirus lockdowns, over-supply worries

Tahun ini, perusahaan memangkas rencana belanja modal sebesar US$ 10 miliar menjadi sekitar US$ 23 miliar. Utang Exxon telah meningkat 60% sejak Woods mengambil alih kendali perusahaan pada 2017.

Seiring dengan perubahan di sektor energi, Exxon kini tak lagi menjadi perusahaan energi dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di dunia. Adalah NextEra Energy Inc., emiten di sektor energi yang kini memiliki nilai kapitalisasi pasar terbesar di AS.

Selanjutnya: Korporasi Beroperasi Normal Tetap Bisa Naikkan Upah

Bagikan

Berita Terbaru

Membedah Saham TRIN, dari Agenda Ekspansi Hingga Masuknya Anak Hashim Djojohadikusumo
| Rabu, 03 Desember 2025 | 09:59 WIB

Membedah Saham TRIN, dari Agenda Ekspansi Hingga Masuknya Anak Hashim Djojohadikusumo

Hingga pengujung 2025 PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) membidik pertumbuhan marketing revenue Rp 1,8 triliun.

BSDE Siap Menerbitkan Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 1,75 Triliun
| Rabu, 03 Desember 2025 | 08:47 WIB

BSDE Siap Menerbitkan Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 1,75 Triliun

Berdasarkan prospektus obligasi BSDE, seperti dikutip Selasa (2/12), emiten properti ini akan menerbitkan obligasi dalam empat seri.

Proyek Sanur Bakal Jadi Sumber Pendapatan Utama PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA)
| Rabu, 03 Desember 2025 | 08:03 WIB

Proyek Sanur Bakal Jadi Sumber Pendapatan Utama PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA)

Perdagangan saham PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA) kembali dibuka mulai sesi 1 hari ini, Rabu, 3 Desember 2025. 

Buyback Berakhir Hari Ini, tapi Harga Saham KLBF Kian Terpuruk Didera Sentimen MSCI
| Rabu, 03 Desember 2025 | 07:46 WIB

Buyback Berakhir Hari Ini, tapi Harga Saham KLBF Kian Terpuruk Didera Sentimen MSCI

Tekanan jual investor asing dan rerating sektor konsumer menghantam saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).

Calon Emiten Sarang Burung Wallet Ini Tetapkan Harga IPO di Rp 168 Per Saham
| Rabu, 03 Desember 2025 | 07:41 WIB

Calon Emiten Sarang Burung Wallet Ini Tetapkan Harga IPO di Rp 168 Per Saham

Saham RLCO lebih cocok dibeli oleh investor yang memang berniat untuk trading. Memanfaatkan tingginya spekulasi pada saham-saham IPO.

Reksadana Saham Bangkit di Akhir Tahun
| Rabu, 03 Desember 2025 | 07:00 WIB

Reksadana Saham Bangkit di Akhir Tahun

Berdasarkan data Infovesta, per November 2025 reksadana saham mencatat return 17,32% YtD, disusul return reksadana campuran tumbuh 13,26% YtD

Bayang-Bayang Bunga Utang Menggerogoti Fiskal
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:46 WIB

Bayang-Bayang Bunga Utang Menggerogoti Fiskal

Utang publik global capai US$110,9 T, memicu suku bunga tinggi. Ini potensi risiko kenaikan biaya utang pemerintah Indonesia hingga Rp4.000 T. 

IHSG Lagi-Lagi Mencetak Rekor Sepanjang Hayat, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:45 WIB

IHSG Lagi-Lagi Mencetak Rekor Sepanjang Hayat, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Pendorong penguatan IHSG berasal dari kenaikan harga saham emiten-emiten konglomerasi dan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Perlindungan Proteksi Barang Milik Negara
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:39 WIB

Perlindungan Proteksi Barang Milik Negara

Pemerintah perkuat ketahanan fiskal melalui Asuransi BMN berbasis PFB. Cakupan aset melonjak jadi Rp 91 triliun di tahun 2025.

Ekspor Lemas Karena Bergantung ke Komoditas
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:37 WIB

Ekspor Lemas Karena Bergantung ke Komoditas

Ekspor Oktober 2025 turun 2,31% secara tahunan, tertekan anjloknya CPO dan batubara.                   

INDEKS BERITA

Terpopuler