September 2022, Rata-Rata Imbal Hasil Reksadana Masih Jeblok

Selasa, 04 Oktober 2022 | 04:25 WIB
September 2022, Rata-Rata Imbal Hasil Reksadana Masih Jeblok
[]
Reporter: Aris Nurjani | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rata-rata reksadana selama September 2022 merugi. Berdasarkan data Infovesta Utama, per September 2022, kinerja rata-rata reksadana saham minus 1,2%. Ini sejalan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun 1,66% bulan lalu. 

Kondisi ini membuat reksadana saham di 2022 berjalan hanya mencetak cuan rata-rata 2,24%. Reksadana yang masih mencetak kinerja positif di September hanya reksadana pasar uang dengan return 0,19% dan return sepanjang tahun ini 1,93%.

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, penurunan kinerja reksadana yang berbasis obligasi terjadi akibat kenaikan suku bunga. Maklum kenaikan suku bunga membuat harga obligasi menurun. 

Baca Juga: Begini Prospek Reksadana Hingga Tutup Tahun 2022

Sebaliknya, kenaikan suku bunga justru membuat imbal hasil instrumen pasar uang naik. Alhasil, kinerja reksadana pasar uang kian positif.

Toh, tidak semua manajer investasi mencetak kerugian di reksadana berbasis obligasi. Head of Investment Specialist and Product Development Sucorinvest Asset Management Lolita Liliana mengatakan, reksadana pasar uang, pendapatan tetap dan reksadana campuran Sucorinvest rata-rata masih mencetak kinerja positif.

Ia mencontohkan, reksadana Sucorinvest Premium Fund (SPF). Kinerja reksadana campuran ini masih naik 1,53% secara bulanan dan 14,48% sepanjang tahun ini. "Ini karena mayoritas portofolio diinvestasikan pada obligasi korporasi dengan tenor pendek yang lebih minim volatilitas di tengah koreksi pasar," jelas Lolita, kemarin. 

Tapi Lolita juga mengakui rata-rata kinerja reksadana saham tertekan. Untuk meminimalisir kerugian, SUcorinvest mengubah portofolio aset ke lebih defensif dan memilih saham big caps.

Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Division, Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi Riawan mengatakan, Oktober bisa menjadi peluang buy on weakness bagi investor meski dihadapkan pada gempuran kondisi global yang tidak bagus. Namun Reza tetap yakin reksadana saham hingga akhir tahun masih bisa memberi return 3%-5% karena efek window dressing. 

Loli juga percaya, prospek reksadana saham masih menarik mengingat ekonomi Indonesia masih berlanjut. Apalagi Indonesia diuntungkan kenaikan harga komoditas. 

Baca Juga: September Jadi Bulan Penuh Tekanan Bagi Reksadana

Loli menilai masih ada sejumlah sektor saham yang memiliki prospek positif. Ia antara lain menyukai saham sektor perbankan yang dinilai memiliki fundamental keuangan cukup kuat. 

Bagikan

Berita Terbaru

Prospek Bisnis Pembiayaan Masih Alot
| Kamis, 04 Desember 2025 | 07:04 WIB

Prospek Bisnis Pembiayaan Masih Alot

OJK catat piutang multifinance melambat di Sep 2025. Industri siapkan strategi hadapi tantangan 2026, termasuk kredit kendaraan & paylater.

Premi Digital Makin Menopang Bisnis Asuransi
| Kamis, 04 Desember 2025 | 07:01 WIB

Premi Digital Makin Menopang Bisnis Asuransi

Distribusi digital menopang asuransi Indonesia. OJK catat premi digital 2,87% per Sep 2025. Pelaku seperti GEGI dan Jasindo raih pertumbuhan.

Kebijakan Pembatasan Angkutan Barang Menekan Bisnis Logistik
| Kamis, 04 Desember 2025 | 07:00 WIB

Kebijakan Pembatasan Angkutan Barang Menekan Bisnis Logistik

Perusahaan logistik umumnya harus segera mengirim pesanan yang dilakukan pada dua minggu pertama Desember. 

Pindar Tangkap Peluang Pembiayaan
| Kamis, 04 Desember 2025 | 06:58 WIB

Pindar Tangkap Peluang Pembiayaan

Kebutuhan dana konsumtif dan produktif melonjak akhir tahun. Pelajari risiko dan tips aman pinjam di fintech lending untuk liburan Anda.

ESSA Industries (ESSA) Pacu Produksi Elpiji & Amonia
| Kamis, 04 Desember 2025 | 06:40 WIB

ESSA Industries (ESSA) Pacu Produksi Elpiji & Amonia

Hingga kuartal ketiga tahun ini, rata-rata produksi harian kilang elpiji ESSA menurun 9% secara tahunan menjadi 175 metrik ton per hari (mtpd).

Kredit Dibidik Tumbuh 12% Tahun 2026
| Kamis, 04 Desember 2025 | 06:25 WIB

Kredit Dibidik Tumbuh 12% Tahun 2026

BI menargetkan penyaluran kredit di 2026 tumbuh 8%-12%. Target tersebut lebih lebar dibanding rentang target tahun ini di kisaran 8%-11%. ​

Sejumlah Bank Andalkan Pertumbuhan Pendapatan Non Bunga
| Kamis, 04 Desember 2025 | 06:15 WIB

Sejumlah Bank Andalkan Pertumbuhan Pendapatan Non Bunga

Sejumlah bank masih mengandalkan pendapatan non bunga dalam mendorong pendapatan sepanjang tahun ini​

Laba Masih Kuat, Analis Pasang Rekomendasi Beli Saham Kalbe Farma (KLBF)
| Kamis, 04 Desember 2025 | 06:14 WIB

Laba Masih Kuat, Analis Pasang Rekomendasi Beli Saham Kalbe Farma (KLBF)

Daya beli dan permintaan yang berpeluang meningkat akan menjadi katalis pendorong kinerja KLBF tahun depan.

Kelebihan Pasokan, Harga Minyak Masih Rawan Gejolak
| Kamis, 04 Desember 2025 | 06:11 WIB

Kelebihan Pasokan, Harga Minyak Masih Rawan Gejolak

Penguatan harga minyak belum mencerminkan pemulihan tren, lantaran komoditas ini masih dibayangi kondisi kelebihan pasokan alias oversupply.

Daya Beli Masih Lemah, Fenomena Makan Tabungan Masih Berlanjut
| Kamis, 04 Desember 2025 | 06:10 WIB

Daya Beli Masih Lemah, Fenomena Makan Tabungan Masih Berlanjut

Rata-rata simpanan per rekening di bank pada Oktober 2025 hanya mencapai Rp 6,04 juta, turun dari level Rp 6,58 juta ​pada Oktober 2024

INDEKS BERITA

Terpopuler