Setelah Merosot Hampir 2%, Harga Emas Hari Ini Agak Mati-Matian Bertahan di US$ 1.480

Rabu, 06 November 2019 | 22:54 WIB
Setelah Merosot Hampir 2%, Harga Emas Hari Ini Agak Mati-Matian Bertahan di US$ 1.480
[ILUSTRASI. Seorang pejalan kaki melintasi poster bergambar emas batangan di kawasan Piccadilly, London, Inggris, 11 Desember 2017.]
Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Harga emas hari ini (6/11) naik tipis, setelah merosot hampir 2% di hari sebelumnya. Reli bursa yang terhenti dan pembicaraan perdagangan AS-China yang tampak tidak pasti lagi membuat logam berkilau lagi.

Mengacu Bloomberg pukul 22.42 WIB, harga emas hari ini di pasar spot naik 0,29% menjadi US$ 1.487,93 per ons troi. Sementara harga emas berjangka AS naik 0,36% ke level US$ 1.489,10 per ons troi.

"Ada sedikit kehati-hatian di pasar saat ini. Kami masih belum tahu, apakah ada kesepakatan (perdagangan AS-China). Kami perlu menunggu dan melihat, apakah akan ada konfirmasi mengenai pembicaraan perdagangan," kata Afshin Nabavi, Senior Vice President MKS SA.

Baca Juga: Harga emas menguat 0,22% di level US$ 1.486,82 per ons troi

"Ada juga beberapa short covering di pasar emas setelah penurunan tajam pada Selasa," sebut Nabavi kepada Reuters.

Kemarin (5/11), emas, yang dipandang sebagai tempat berlindung yang aman selama masa ketidakpastian ekonomi, turun mendekati level terendah dalam tiga minggu terakhir, US$ 1.479,25 per ons troi. Ini merupakan penurunan persentase satu hari terbesar sejak akhir September, sebesar 1,7%.

Harapan dari perang dagang AS-China mendorong sentimen tentang prospek ekonomi global, sekaligus menekan aset safe haven, seperti emas dan obligasi pemerintah.

Baca Juga: Harga emas Antam turun Rp 8.000 menjadi Rp 750.000

Investor sekarang menunggu perkembangan baru dari pembicaraan dua raksasa ekonomi dunia, setelah China mendorong Presiden AS Donald Trump untuk menghapus lebih banyak tarif yang berlaku pada September lalu sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan fase satu.

"Skenario risk-on sedikit berkurang setelah reaksi berlebihan kemarin, ketika emas menari di level support US$ 1.480," kata Carlo Alberto De Casa, Chief Analyst ActivTrades, kepada Reuters.

"Emas agak mati-matian berusaha untuk mempertahankan di sekitar US$ 1.480, menemukan dukungan ringan karena reli pasar saham berhenti sejenak," kata Fawad Razaqzada, Analis Pasar Forex.com, ke Reuters.

Baca Juga: Inilah faktor utama yang menyebabkan harga emas anjlok 2% ke bawah level US$ 1.500

Bursa saham global stabil setelah reli tiga hari karena market terus menonton data ekonomi yang masuk dan menunggu perkembangan anyar dari pembicaraan perdagangan AS-China.

Tapi, "Sementara pelemahan jangka pendek lebih terlihat lebih mungkin daripada beberapa minggu yang lalu. Prospek jangka panjang tetap positif untuk emas," ujar Razaqzada.

"Bagaimanapun, kesepakatan perdagangan mungkin bukan hal buruk bagi emas. Kita harus ingat bahwa China adalah konsumen besar logam mulia," sebut Razaqzada.

Baca Juga: Harga emas berusaha rebound setelah anjlok di bawah US$ 1.500 per ons troi

Oleh karena itu, "Prospek kesepakatan perdagangan meningkatkan prospek permintaan fisik untuk emas, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, melalui yuan yang lebih kuat," imbuh dia.

Sengketa perdagangan yang berlarut-larut telah menimbulkan kekhawatiran resesi global, membantu harga emas naik lebih dari 15% sepanjang tahun ini.

Bagikan

Berita Terbaru

Absen Bagi Dividen, ASRI Fokus Memulihkan Kinerja Laba Bersih
| Kamis, 19 Juni 2025 | 07:07 WIB

Absen Bagi Dividen, ASRI Fokus Memulihkan Kinerja Laba Bersih

Manajemen ASRI mengatakan, laba bersih perusahaan akan kembali digunakan untuk menopang kinerja tahun ini. 

Beban Berat Korporasi
| Kamis, 19 Juni 2025 | 07:04 WIB

Beban Berat Korporasi

Namun, sentimen investasi Danantara hanya bersifat sementara jika tidak didukung fundamental kuat dari emiten yang mendapat suntikan pendanaan.

The Fed dan BI  Tahan Suku Bunga, IHSG Berpotensi Melemah Kembali
| Kamis, 19 Juni 2025 | 06:44 WIB

The Fed dan BI Tahan Suku Bunga, IHSG Berpotensi Melemah Kembali

Pada perdagangan Kamis (19/6), IHSG masih akan menghadapi tekanan dan berpeluang bergerak dalam kisaran 6.933-7.266. 

Bisnis Trade Finance Bank Terus Melaju
| Kamis, 19 Juni 2025 | 06:30 WIB

Bisnis Trade Finance Bank Terus Melaju

Bisnis trade finance perbankan terus menunjukkan geliat positif di awal 2025, seiring membaiknya kinerja ekspor nasional​

Besaran Kupon Menjadi Tantangan SBN Ritel ke Depan
| Kamis, 19 Juni 2025 | 06:28 WIB

Besaran Kupon Menjadi Tantangan SBN Ritel ke Depan

Pemerintah menyiapkan tujuh produk SBN ritel sepanjang 2025, dengan tiga di antaranya telah usai ditawarkan. Produk

DPK Loyo, Dana Kelolaan Nasabah Kaya di Bank Justru Tumbuh Dua Digit
| Kamis, 19 Juni 2025 | 06:25 WIB

DPK Loyo, Dana Kelolaan Nasabah Kaya di Bank Justru Tumbuh Dua Digit

Bisnis pengelolaan dana-dana nasabah tajir di perbankan atau wealth management terus menunjukkan pertumbuhan apik saat DPK makin melambat

Tak Membagikan  Dividen, SAME Fokus Perkuat Belanja Modal
| Kamis, 19 Juni 2025 | 06:24 WIB

Tak Membagikan Dividen, SAME Fokus Perkuat Belanja Modal

Capex tahun ini kami alokasikan sekitar Rp 200 miliar, salah satunya untuk pengadaan mesin PET Scan Quadra.

Rupiah Masih Berada di Bawah Tekanan pada Kamis (19/6)
| Kamis, 19 Juni 2025 | 06:22 WIB

Rupiah Masih Berada di Bawah Tekanan pada Kamis (19/6)

Melansir data Bloomberg, rupiah di level Rp 16.312 per dolar AS, terkoreksi 0,14% dibandingkan sehari sebelumnya.

Harga Logam Mulia Akan Terkerek Hingga Akhir Tahun
| Kamis, 19 Juni 2025 | 06:19 WIB

Harga Logam Mulia Akan Terkerek Hingga Akhir Tahun

Lonjakan harga ini didorong oleh beragam sentimen yang kompleks seperti ketidakpastian perekonomian global. 

GOTO Segera Eksekusi Buyback Senilai Rp 3,3 Triliun dan Tetapkan Lima Direksi Baru
| Kamis, 19 Juni 2025 | 06:18 WIB

GOTO Segera Eksekusi Buyback Senilai Rp 3,3 Triliun dan Tetapkan Lima Direksi Baru

Perkiraan jumlah saham yang akan dibeli kembali tidak akan melebihi 10% dari modal ditempatkan dan disetor GOTO,

INDEKS BERITA

Terpopuler