Shell Bangun Fasilitas Pengolah Sampah Plastik menjadi Bahan Baku Kimia

Selasa, 23 November 2021 | 13:12 WIB
Shell Bangun Fasilitas Pengolah Sampah Plastik menjadi Bahan Baku Kimia
[ILUSTRASI. FILE PHOTO: Bayangan logo Shell di kaca spion mobil. 29 Januari 2015. REUTERS/Toby Melville/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Royal Dutch Shell, Selasa (23/11) mengumumkan rencana pembangunan fasilitas pyrolysis oil upgrader, yang akan mengubah limbah plastik menjadi bahan baku kimia di kompleks petrokimia miliknya di Singapura. Rencana ini termasuk agenda peralihan Shell dari minyak dan gas ke energi terbarukan dan energi rendah karbon. 

Perusahaan juga mempertimbangkan untuk membangun pusat penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) regional dan pabrik biofuel dengan kapasitas 550.000 ton per tahun (tpy) di Pulau Bukom. Pulau yang sudah menjadi lokasi manufaktur Shell selama 60 tahun terakhir, merupakan satu dari lima taman energi dan kimia yang tersisa yang dimiliki Shell di dunia.

Proyek-proyek tersebut merupakan bagian dari rencana Shell Singapura untuk mengurangi emisi dari kegiatan operasinya sendiri hingga setengah dari angka di tahun 2016 pada tahun 2030, demikian pernyataan Direktur Hilir Shell Huibert Vigeveno.

"Tahun ini, kami telah mengurangi separuh kapasitas pemrosesan minyak mentah kami, yang sejalan dengan target pengurangan emisi Shell di tingkat global," tutur Vigeveno pada upacara peluncuran proyek pyrolysis oil upgrader.

Baca Juga: Medco Energi rampungkan sejumlah proyek EBT dalam lima tahun mendatang

Di tengah semakin tingginya tekanan dari investor, aktivis, dan pemerintah untuk beralih dari bahan bakar fosil, perusahaan energi bergegas meningkatkan investasi di sektor energi terbarukan.

Shell telah berjanji untuk mengurangi separuh emisi dari operasi globalnya pada tahun 2030, serta mengurangi jejak karbon bersihnya sebesar 45% pada tahun 2035.

Fasilitas pyrolysis oil upgrader di Singapura akan menghasilkan minyak pirolisis yang diolah sebanyak 50.000 ton per tahun pada 2023, demikian pernyataan perusahaan itu. Ini merupakan fasilitas pertama Shell di seluruh dunia. Shell tidak mengungkap angka investasi untuk proyek Singapura.

Pyrolysis mencairkan sampah plastik menjadi produk seperti minyak pirolisis, yang dapat ditingkatkan sebagai bahan baku plastik dan bahan kimia. Namun, proses pengolahan yang menelan banyak energi ini, belum terbukti secara komersial.

Baca Juga: Harga minyak terkoreksi pada perdagangan Selasa (23/11) pagi

Shell juga berencana membangun dua unit konversi kimia di Asia untuk mengubah sampah plastik menjadi minyak pirolisis untuk Shell Energy and Chemical Park Singapore di Bukom dan Jurong Island, serupa dengan unit di Belanda dengan mitra joint venture BlueAlp yang akan beroperasi pada 2023.

Proyek lain yang sedang direncanakan di Singapura termasuk pusat penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) untuk mengurangi emisi.

Untuk memenuhi ambisi menghasilkan sekitar dua juta ton bahan bakar penerbangan berkelanjutan per tahun pada tahun 2025, Shell mempertimbangkan untuk berinvestasi dalam fasilitas untuk memproduksi 550.000 ton bahan bakar nabati per tahun. Biofuel itu akan dibuat dari limbah dan minyak nabati, kata Vigeveno.

Shell sebelumnya mengumumkan akan menguji coba penggunaan sel hidrogen sebagai bahan bakar untuk kapal di Singapura. Perusahaan itu juga menjajaki pengembangan pembangkit listrik tenaga surya di tempat pembuangan sampah dekat Bukom.

Selanjutnya: Strategi Switching Portofolio Ala GIC, Cabut dari MTLA, Borong Saham Mitratel (MTEL)

 

Bagikan

Berita Terbaru

Logisticsplus (LOPI) Amankan Kontrak Baru Pada 2026 Senilai Rp 80 Miliar
| Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56 WIB

Logisticsplus (LOPI) Amankan Kontrak Baru Pada 2026 Senilai Rp 80 Miliar

PT Logisticsplus International Tbk (LOPI) menutup tahun buku 2025 dengan recognized revenue konsolidasi sekitar Rp 105 miliar.

Dari Uang Saku Anak ke Pengelolaan Keuangan
| Jumat, 26 Desember 2025 | 11:47 WIB

Dari Uang Saku Anak ke Pengelolaan Keuangan

Ada banyak pilihan dalam memberikan uang saku buat anak. Simak cara mengatur uang saku anak sembari mengajarkan soal pengelolaan uang.

Altcoin Season 2025 Terasa Hambar, Likuiditas Terpecah Belah
| Jumat, 26 Desember 2025 | 11:45 WIB

Altcoin Season 2025 Terasa Hambar, Likuiditas Terpecah Belah

Altcoin 2025 tak lagi reli massal, pelajari faktor pergeseran pasar dan rekomendasi investasi altcoin untuk tahun 2026.

Memperbaiki Kondisi Keuangan, KRAS Dapat Pinjaman Rp 4,9 Triliun dari Danantara
| Jumat, 26 Desember 2025 | 10:58 WIB

Memperbaiki Kondisi Keuangan, KRAS Dapat Pinjaman Rp 4,9 Triliun dari Danantara

PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) memperoleh pinjaman dari pemegang sahamnya, yakni Danantara Asset Management. 

Harga Ayam Diprediksi Naik, Kinerja Japfa Comfeed (JPFA) Pada 2026 Bisa Membaik
| Jumat, 26 Desember 2025 | 10:38 WIB

Harga Ayam Diprediksi Naik, Kinerja Japfa Comfeed (JPFA) Pada 2026 Bisa Membaik

Salah satu sentimen pendukung kinerja emiten perunggasan tersebut di tahun depan adalah membaiknya harga ayam hidup (livebird). ​

Pelemahan Harga Komoditas Menyengat Emiten Migas
| Jumat, 26 Desember 2025 | 10:19 WIB

Pelemahan Harga Komoditas Menyengat Emiten Migas

Risiko pelemahan harga minyak mentah dunia masih berpotensi membayangi kinerja emiten minyak dan gas (migas) pada 2026.​

Harga Bitcoin Koreksi di Penghujung 2025, Saat Tepat untuk Serok atau Wait and See?
| Jumat, 26 Desember 2025 | 10:15 WIB

Harga Bitcoin Koreksi di Penghujung 2025, Saat Tepat untuk Serok atau Wait and See?

Dalam beberapa proyeksi, bitcoin diperkirakan tetap berada di atas kisaran US$ 70.000–US$ 100.000 sebagai floor pasar.

Denda Administrasi Menghantui Prospek Emiten CPO dan Pertambangan
| Jumat, 26 Desember 2025 | 10:02 WIB

Denda Administrasi Menghantui Prospek Emiten CPO dan Pertambangan

Pemerintah bakal agresif menerapkan denda administrasi atas aktivitas usaha di kawasan hutan pada tahun 2026.

Berharap Saham-Saham Pendatang Baru Masih Bisa Menderu
| Jumat, 26 Desember 2025 | 09:42 WIB

Berharap Saham-Saham Pendatang Baru Masih Bisa Menderu

Dengan pasokan saham yang terbatas, sedikit saja permintaan dapat memicu kenaikan harga berlipat-lipat.

Pasar Mobil Konvensional Terpukul, Mobil Listrik Masih Sulit Merakyat
| Jumat, 26 Desember 2025 | 09:35 WIB

Pasar Mobil Konvensional Terpukul, Mobil Listrik Masih Sulit Merakyat

Negara berpotensi meraup minimal Rp 37,7 triliun per tahun dari cukai emisi, dengan asumsi tarif 10% hingga 30% dari harga jual kendaraan.

INDEKS BERITA

Terpopuler