ILUSTRASI. Pekerja melakukan perawatan rutin pada panel surya di gedung Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, kawasan bisnis Kuningan,Jakarta Selatan, Selasa (5/3/2024). Indonesia menargetkan pengurangan emisi karbon sesuai Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC) sebesar 358 juta ton CO2 pada 2030 dan bebas emisi karbon di tahun 2060. Knight Frank Indonesia mencatat sepanjang 2023, luas gedung perkantoran hijau di Jakarta mencapai 1 juta meter persegi (m?) atau bertambah 15% setahun. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/05/03/2024
Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Asnil Amri
Banyak perusahaan tengah berusaha mengalihkan sumber energi yang mereka gunakan ke energi baru terbarukan (EBT). Ada yang pilih memanfaatkan listrik ramah lingkungan yang dirilis PLN, banyak pula pebisnis yang membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap sendiri.
Semuanya sah-sah saja dilakukan, toh sumber energi yang digunakan juga berasal dari alam. Namun meski begitu, Putra Adhiguna, Direktur Energy Shift Institute sedikit mempertanyakan mereka yang pada akhirnya menggunakan listrik yang berasal dari pembangkit listrik lawas.
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.
Sudah berlangganan? Masuk
Berlangganan Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi, bisnis, dan investasi pilihan
Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari
Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.