Simak, Asabri Jual Saham Dua Emiten Ini

Jumat, 14 Juni 2019 | 06:00 WIB
Simak, Asabri Jual Saham Dua Emiten Ini
[]
Reporter: Tedy Gumilar | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi penjualan saham kembali dilakukan PT Asabri (Persero). Kali ini lembaga keuangan yang mengelola dana pensiun milik TNI dan Polri itu melepas sebagian kepemilikannya atas saham PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) dan PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR).

Pada 12 Juni 2019, Asabri menjual 371,400 saham PCAR. Usai transaksi tersebut, kepemilikan Asabri di Prima Cakrawala berkurang dari 27,68% menjadi 27,65%.

Tidak diketahui pada harga berapa Asabri melepas saham PCAR. Yang jelas, pada tanggal itu ada dua transaksi tutup sendiri (crossing) saham PCAR. Pertama, sebanyak 5.714.000 saham melalui Wanteg Sekuritas. Nilai transaksinya sebesar Rp 20 miliar di harga Rp 3.500 per saham.

Kedua, crossing melalui broker Trust Sekuritas senilai Rp 483,8 juta. Transaksi ini melibatkan 142.300 saham di harga Rp 3.400 per saham. 

Prima Cakrawala Abadi merupakan perusahaan pengolahan produk perikanan yang berbasis di Semarang. Emiten ini menjual daging rajungan terutama ditujukan ke pasar ekspor. Amerika Serikat (AS) menjadi pasar utama dengan porsi hampir 96% dari total penjualan perseroan.

Di saat bersamaan, berdasarkan laporan kepemilikan efek 5% atau lebih, pada 12 Juni 2019 Asabri melepas 1.003.300 saham FIRE. Sehari sebelumnya, atau 11 Juni 2019 Asabri masih mengempit 369.583.900 saham Alfa Energi. Dus, pasca transaksi tersebut kepemilikan Asabri di FIRE menyusut dari 25,21% menjadi 25,14%.

Belum ada informasi pada harga berapa transaksi itu dilakukan. Namun, pada 12 Juni 2019, saham FIRE ditutup di Rp 5.800 per saham, dengan harga rata-rata ada di Rp 5.432,9 per saham.

FIRE merupakan perusahaan perdagangan yang fokus pada komoditas batubara. Lewat dua anak usahanya, yakni PT Alfara Delta Persada dan PT Berkat Bara Jaya, FIRE memiliki konsesi tambang batubara di Kalimantan Timur. 

Alfara Delta Persada punya izin usaha pertambangan (IUP) seluas 2.089 hektare (ha) di Kutai Kartanegara. Sementara Berkat Bara Jaya memiliki konsesi seluas 6.000 ha di Damai.

Alfa Energi juga masuk ke bisnis pembangkit listrik tenaga uap melalui anak usahanya, yakni PT Alfa Daya Energi.

Selain FIRE dan PCAR, Asabri memiliki portofolio di atas 5% di belasan saham lain.

 

Kepemilikan Saham Asabri di Sejumlah Emiten*
No. Kode Emiten Kepemilikan (%)
1. BBYB 21,91
2. FIRE 25,14
3. HRTA 5,25
4. ICON 5,02
5. IIKP 11,58
6. INAF 14,6
7. MYRX 5,4
8. NIKL 9,39
9. PCAR 27,65
10. POLA 7,66
11. POOL 11,17
12. PPRO 5,33
13. SDMU 18,06
14. SMRU 6,61
*Per 12 Juni 2019
sumber: BEI

 

Didongkrak MSCI

Sejatinya, kedua saham yang jadi portofolio Asabri ini tidak terlalu menarik untuk dilirik. Betul, di tengah tekanan harga batubara, pada kuartal I-2019 penjualan bersih FIRE melonjak 149,96% menjadi sekitar Rp 226,06 miliar. Cuma, beban pokok penjualan FIRE juga ikut melambung 143,72% menjadi Rp 195,61 miliar. 

Penyebabnya antara lain kenaikan biaya bahan bakar, bongkar muat dan pembayaran royalti. Walhasil, laba bersih FIRE hanya naik 6,21% menjadi Rp 452,69 juta.

FIRE sempat diuntungkan keputusan Morgan Stanley Capital International memasukkannya ke dalam MSCI Global Small Cap Indexes sejak 28 Mei 2019. Selain FIRE, anggota baru indeks ini adalah PT Bank BTPN Tbk (BTPN), PT Pelayaran Tamarin Samudra Tbk (TAMU), PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) dan  PT Tower Bersama Infrastucture Tbk (TBIG).

Sentimen tersebut mendongkrak pergerakan saham FIRE. Hingga 13 Mei 2019 saham FIRE masih bergerak mendatar dan berada di Rp 6.850 per saham. Hari berikutnya, informasi soal masuknya FIRE ke MSCI Global Small Cap Indexes menguar. Tak urung, saham FIRE mulai melambung hingga mencapai level tertinggi sepanjang sejarah di Rp 11.775 per saham pada 16 Mei 2019.

Namun sentimen itu hanya berefek sesaat lantaran harga saham FIRE lantas anjlok. Pada penutupan perdagangan Kamis (13/06) saham FIRE terkoreksi 3,88% ke level Rp 5.575 per saham.

Meski harga sahamnnya kini lebih rendah, secara valuasi saham FIRE terbilang kemahalan. Berdasar data RTI, price to earning ratio (PER) emiten itu mencapai 5.575 kali. Sementara price to book value (PBV) ada di level 25,23 kali.

Pabrik berhenti beroperasi

Di sisi lain, kinerja PCAR juga tidak menggembirakan. Pada kuartal I-2019 penjualan bersihnya anjlok 43,34% menjadi sekitar Rp 24,40 miliar. Walhasil, PCAR mesti menanggung rugi bersih Rp 724,74 juta, sedikit lebih rendah ketimbang kuartal I-2018 tatkala emiten itu merugi bersih Rp 992,88 juta.

Kondisi ini tidak lepas dari terhentinya operasional dua pabrik milik perseroan. Pada 14 September 2018, manajemen PCAR mengumumkan penutupan sementara pabrik di Ngaliyan, Semarang, Jawa Tengah sejak Agustus 2018. Pasalnya, pemerintah kota Semarang tidak mengeluarkan Ijin Usaha Industri lantaran pabrik tersebut berada di lingkungan pemukiman.

Sementara itu, berdasar materi public expose yang acaranya akan digelar 13 Juni 2019 di Semarang, manajemen PCAR menyebut, kondisi serupa juga terjadi di pabrik Indramayu. Pada Desember 2018, proses produksi terhenti akibat tingginya harga bahan baku dan mutu bahan baku yang rendah.

Padahal, kedua pabrik ini berkontribusi besar terhadap kemampuan produksi perseroan. Pabrik Semarang punya kapasitas produksi maksimal 100 ton per bulan. Sementara pabrik di Indramayu punya kapasitas produksi 37,5 ton per bulan.

PCAR tercatat masih memiliki satu pabrik yang beroperasi di Makassar. Kapasitas produksinya maksimal 37,5 ton per bulan. 

Kinerja keuangan yang kurang baik membuat valuasi harga saham PCAR terbilang mahal. Data RTI menunjukkan, di harga penutupan Kamis (13/06), yakni di Rp 3.420 per saham, PER PCAR minus 1.710 kali. Sedangkan PBV emiten itu mencapai 45,60 kali.

Bagikan

Berita Terbaru

Xerox Holdings Bakal Akuisisi Lexmark Senilai US$ 1,5 Miliar
| Senin, 23 Desember 2024 | 19:48 WIB

Xerox Holdings Bakal Akuisisi Lexmark Senilai US$ 1,5 Miliar

Lexmark perusahaan yang berbasis di Lexington, Kentucky dibentuk sebagai bentuk spin off dari IBM pada bulan Maret 1991.

Valuasi IPO CBDK Dinilai Menarik, Begini Analisisnya
| Senin, 23 Desember 2024 | 15:51 WIB

Valuasi IPO CBDK Dinilai Menarik, Begini Analisisnya

CBDK meminta harga IPO 19x-26x P/E sepanjang tahun 2025, lebih tinggi dibandingkan perusahaan sejenis di sektornya yang hanya 6x-9x P/E.

Mediasi Diperpanjang, Gugatan 40 Nasabah Mirae Senilai Rp 8,17 Triliun Masih Bergulir
| Senin, 23 Desember 2024 | 14:21 WIB

Mediasi Diperpanjang, Gugatan 40 Nasabah Mirae Senilai Rp 8,17 Triliun Masih Bergulir

Mirae Asset minta waktu hingga 16 Januari 2025 untuk memberikan tanggapan karena proposal penggugat harus dirapatkan melibatkan seluruh direksi.

Pilihan Saham Big Caps Menarik Untuk Investasi Jangka Panjang
| Senin, 23 Desember 2024 | 13:58 WIB

Pilihan Saham Big Caps Menarik Untuk Investasi Jangka Panjang

Saham-saham dengan kapitalisasi pasar atau market capitalization (market cap) besar tak melulu jadi pilihan tepat untuk investasi jangka panjang.

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga
| Senin, 23 Desember 2024 | 09:00 WIB

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga

PALM mencetak laba bersih Rp 464,63 miliar di Januari-September 2024, dibandingkan periode sebelumnya rugi bersih sebesar Rp 1,94 triliun.

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:52 WIB

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik

Sejumlah sektor usaha dinilai masih prospektif dan berpotensi sebagai motor penggerak ekonomi Indonesia ke depan, setidaknya dalam jangka menengah

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:47 WIB

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025

Tantangan pemerintah Indonesia untuk memacu perekonomian semakin berat pada tahun depan, termasuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:36 WIB

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan

Bila mendapatkan insentif pajak, maka PPnBM untuk kendaraan hybrid akan dibanderol sebesar 3% hingga 4%.

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:35 WIB

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli

Miten yang bergerak di bisnis barang konsumsi dibayangi sentimen kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%.

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:25 WIB

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun

Sudah tidak banyak lagi ruang bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk menguat di sisa tahun ini. 

INDEKS BERITA

Terpopuler