Simak Penilaian Fitch terhadap Bank Mandiri, BRI, dan BNI

Kamis, 18 Juli 2019 | 05:25 WIB
Simak Penilaian Fitch terhadap Bank Mandiri, BRI, dan BNI
[]
Reporter: Herry Prasetyo | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fitch Ratings menegaskan peringkat internasional tiga bank BUMN, yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) alias BRI, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) alias BNI. Pada saat bersamaan, Fitch juga menegaskan peringkat nasional untuk ketiga bank BUMN tersebut.

Ada beberapa pertimbangan yang membuat Fitch mengafirmasi peringkat utang ketiga bank BUMN tersebut. Pertimbangan tersebut berdasarkan pada viability rating (VR) alias peringkat viabilitas yang menjadi salah satu komponen kunci dalam pemeringkatan Fitch untuk lembaga perbankan.

Berikut pertimbangan Fitch terhadap peringkat viabilitas BRI, Bank Mandiri, dan BNI:

Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Untuk BRI, Fitch menyebutkan, peringkat viabilitasnya mencerminkan posisinya sebagai bank terbesar di Indonesia dari sisi aset. BRI juga memiliki jaringan distribusi paling luas di industri perbankan Indonesia dan waralaba yang tidak tertandingi dalam kredit mikro pedesaan.

Penyaluran kredit mikro tersebut, menurut Fitch, mendukung profitabilitas BRI yang lebih baik dibandingkan kompetitornya dan margin yang lebih tinggi. Alhasil, BRI menjadi bank dengan posisi permodalan yang terbaik diantara pesaingnya dalam industri perbankan domestik.

Fitch memperkirakan, BRI bisa mempertahankan profitabilitas di atas rata-rata dalam jangka menengah. Tingkat pengembalian aset alias return of asset (ROA) BRI per akhir kuartal I-2019 tercatat sebesar 2,6%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri sebesar 2,1%. Hal ini didukung oleh bisnis kredit mikro yang memiliki margin tinggi dan basis dana pihak ketiga (DPK) berbiaya rendah. Tingkat margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) BRI sebesar 7%, jauh di atas rata-rata industri sebesar 4,9%.

Pendanaan BRI ditopang oleh statusnya sebagai bank BUMN terbesar dan jaringan distribusi pedesaan yang luas. Fitch memperkirakan, kondisi tersebut akan terus memberikan sumber pendanaan berbiaya rendah dalam jangka waktu menengah.

Rasio kredit dibandingkan dana pihak ketiga (DPK) alias loan to deposit ratio (LDR) BRI sebesar 91% per kuartal I-2019, sedikit di bawah rata-rata industri sebesar 93%. Sementara rasio dana berbiaya rendah terhadap total DPK sebesar 57%, sedikit di atas rata-rata industri sebesar 54%.

Fitch memperkirakan BRI akan mempertahankan rasio permodalan yang memuaskan dalam jangka menengah, didukung oleh modal internal yang bersumber dari profitabilitas yang tinggi. Tingkat NIM dan tingkat pencadangan BRI yang tinggi pada 183% dari non-performing loan (NPL), menurut Fitch, akan memberikan loss-absroption buffer alias penyangga penyerap kerugian yang kuat apabila kondisi ekonomi memburuk.

Kualitas aset BRI diperkirakan akan terkendali dalam jangka pendek karena kondisi operasional perbankan diperkirakan tetap stabil. Tingkat NPL BRI (pinjaman gagal bayar selama lebih dari 90 hari) tetap stabil di 2,4% per akhir kuartal I-2019, sejalan dengan rata-rata industri sebesar 2,5%.

Bank Mandiri

Peringkat VR Bank Mandiri disokong oleh jaringan domestik yang kuat sebagai bank penyalur kredit terkemuka untuk korporasi dan BUMN Indonesia, yang mewakili 55% total pinjaman Mandiri per kuartal I-2019.

Peringkat VR mencerminkan kualitas aset yang lebih lemah dari pesaingnya walaupun terjadi perbaikan dalam hal ini. Sebaliknya, Mandiri memiliki tingkat likuiditas, profitabilitas, dan permodalan di atas rata-rata.

Profil pendanaan Mandiri diuntungkan oleh kepemilikan saham sebesar 60% oleh pemerintah, waralaba yang kuat dalam industri, dan jaringan distribusi yang luas. Hal ini membantu Bank Mandiri dalam memperoleh proporsi DPK berbiaya rendah. Per kuartal I-2019, porsi DPK berbiaya rendah mencapai 62% terhadap total DPK Bank Mandiri. Ini lebih besar dibandingkan rata-rata industri sebesar 54%.

LDR Bank Mandiri berada di posisi 95%, lebih tinggi dari rata-rata industri sebesar 93%. Fitch memperkirakan, angka tersebut akan mendekati rata-rata industri dalam jangka menengah.

Proyeksi Fitch, Bank Mandiri akan mencetak profitabilitas yang memuaskan dan berada di atas pesaingnya sepanjang siklus kredit. Fitch menilai profitabilitas Bank Mandiri cukup kokoh, dengan tingkat NIM yang tinggi di 5,8% per kuartal I-2019. Sementara rata-rata NIM industri sebesar 4,9%.  Tingkat pencadangan Bank Mandiri juga cukup untuk menyerap potensi kenaikan kerugian kredit.

Resiko impairment modal, menurut Fitch, terlihat rendah bahkan dalam stressed scenario. Ini karena tingkat pendapatan dan pencadangan Bank Mandiri tergolong tinggi.

Fitch memperkirakan kualitas aset Bank Mandiri dalam jangka pendek tetap terkendali. Hal ini didukung kondisi operasional perbankan yang stabil. Tingkat NPL Bank Mandiri per kuartal I-2019 membaik menjadi 2,7% per kuartal I-2019 meskipun masih di atas rata-rata industri di 2,5%.

Bank Negara Indonesia (BNI)

Peringkat viabilitas BNI mencerminkan pendapat profil kredit mandiri BNI yang memuaskan yang disokong waralaba domestik yang kuat, profitabilitas di atas pesaing, dan permodalan yang memuaskan.

BNI merupakan salah satu pemberi pinjaman terbesar pada korporasi dan BUMN Indonesia. Pinjaman pada kelompok peminjam ini mewakili lebih dari separuh total pinjaman per kuartal I-2019 sementara sisanya kebanyakan disalurkan ke sektor UKM dan konsumer.

Profil pendanaan BNI diuntungkan oleh kepemilikan saham mayoritas oleh pemerintah, waralaba yang berkembang, dan jaringan distribusi yang luas. DPK mewakili 90% dari total pendanaan BNI sementara rasio pendanaan berbiaya murah terhadap total pendanaan sebesar 61%, lebih tinggi dari rata-rata industri sebesar 54%. Alhasil, cost of funds BNI lebih rendah dari kebanyakan pesaingnya.

Fitch memperkirakan permodalan BNI akan tetap mencukupi untuk peringkatnya dalam jangka menengah. Modal internal BNI yang kuat akan mendukung perkembangan pinjaman diatas rata-rata.

BNI mencatatkan tingkat pertumbuhan aset dan kredit cukup tinggi di atas pesaingnya. Pada tahun 2019, BNI memperkirakan penyaluran kredit akan tumbuh sebesar 15%, di atas rata-rata industri di 10%.

Fitch memperkirakan, kualitas aset BNI diperkirakan akan terkendali dalam jangka pendek terlepas dari target pertumbuhan pinjaman BNI yang tinggi. Hal ini didukung kondisi operasional BNI yang stabil. Tingkat NPL BNI turun ke 1,9% per kuartal I-2019, di bawah rata-rata industri sebesar 2,5%.

Baik untuk BNI, BRI, maupun Bank Mandiri, Fitch menyebutkan, kenaikan peringkat VR bisa berasal dari peningkatan tata kelola perusahaan dan peningkatan yang lebih terlihat dalam budaya manajemen risiko bank dan profil keuangan.

Kenaikan peringkat viabilitas juga bisa berasal dari peningkatan lebih lanjut dalam lingkungan operasi, seperti bukti ketahanan yang lebih besar terhadap efek buruk dari kenaikan suku bunga atau guncangan ekonomi, dan berlanjutnya pengembangan pasar modal, yang dapat mengarah pada kinerja keuangan yang lebih baik dan stabil oleh bank.

Khusus untuk BRI, kenaikan VR bisa mendorong peningkatan terhadap peringkat janka panjang dalam mata uang asing dan peringkat nasional jangka panjang. Sementara untuk Bank Mandiri dan BNI, kenaikan VR tidak selalu bisa memberikan peningkatan terhadap peringkat utangnya.

Sementara itu, menurut Fitch, penurunan  VR bisa berasal dari penurunan ekonomi yang tajam dan berkepanjangan dan penambahan risk appetite yang pada akhirnya dapat menyebabkan memburuknya kualitas aset secara cepat dan melemahnya penyangga penyerap kerugian.

Bagikan

Berita Terbaru

Momentum Nataru Makin  Mengerek Uang Beredar
| Selasa, 24 Desember 2024 | 11:32 WIB

Momentum Nataru Makin Mengerek Uang Beredar

Bank Indonesia mencatat jumlah uang beredar pada November 2024 mencapai Rp 9.175 triliun, tumbuh 7,0% year on year (yoy).​

Minat Mini Meski Dijanjikan Bunga Tinggi
| Selasa, 24 Desember 2024 | 11:20 WIB

Minat Mini Meski Dijanjikan Bunga Tinggi

Dalam lelang SRBI pada 20 Desember lalu, penawaran yang masuk senilai Rp 23,12 triliun. Bank sentral hanya memenangkan Rp 10 triliun. 

Gelembung Protes PPN 12% Membesar
| Selasa, 24 Desember 2024 | 11:11 WIB

Gelembung Protes PPN 12% Membesar

Protes semakin meluas dan datang dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa hingga pemengaruh (influencer)

Kantong Masyarakat Bakal Cekak
| Selasa, 24 Desember 2024 | 11:01 WIB

Kantong Masyarakat Bakal Cekak

Sejumlah kebijakan pajak maupun non pajak diperkirakan akan menekan daya beli terutama masyarakat kelas menengah

Banyak Tantangan, Ancol Geber Pendapatan di Liburan Natal dan Tahun Baru
| Selasa, 24 Desember 2024 | 10:32 WIB

Banyak Tantangan, Ancol Geber Pendapatan di Liburan Natal dan Tahun Baru

PJAA menghadapi banyak tantangan di industri pariwisata. Terlihat dari kinerja yang tidak sebaik sebelumnya. 

Mencermati Tiga Fase Perencanaan Keuangan Bagi Orang Dewasa
| Selasa, 24 Desember 2024 | 09:48 WIB

Mencermati Tiga Fase Perencanaan Keuangan Bagi Orang Dewasa

Ada tiga fase yang dihadapi orang dewasa. Ketiganya yaitu fase akumulasi, fase konsolidasi dan fase pensiun.

Emiten Saham EBT Menggeber Ekspansi
| Selasa, 24 Desember 2024 | 08:16 WIB

Emiten Saham EBT Menggeber Ekspansi

Perusahaan di bidang industri energi baru dan terbarukan (EBT) berlomba menangkap peluang dari misi transisi energi

Masih Ada Kado Dividen Akhir Tahun
| Selasa, 24 Desember 2024 | 08:13 WIB

Masih Ada Kado Dividen Akhir Tahun

Menjelang pergantian tahun, pelaku pasar masih bisa memburu cuan dari emiten yang menebar dividen interim ataupun saham bonus. 

KSEI Bidik Dua Juta Investor Baru di 2025
| Selasa, 24 Desember 2024 | 08:08 WIB

KSEI Bidik Dua Juta Investor Baru di 2025

Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) membidik pertumbuhan investor pasar modal sebanyak 2 juta SID pada tahun 2025. 

Saham Berkapitalisasi Jumbo Tak Selalu Memberikan Cuan Yang Besar
| Selasa, 24 Desember 2024 | 07:17 WIB

Saham Berkapitalisasi Jumbo Tak Selalu Memberikan Cuan Yang Besar

Dari 30 saham berkapitalisasi besar, ada beberapa emiten yang memberikan hasil negatif dalam tiga tahun. 

INDEKS BERITA

Terpopuler