Simak Prospek Saham-Saham ESG di Sisa Kuartal IV 2024

Senin, 14 Oktober 2024 | 06:45 WIB
Simak Prospek Saham-Saham ESG di Sisa Kuartal IV 2024
[ILUSTRASI. Pengguna ponsel mengamati Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada layar ponselnya di Jakarta, Senin (30/9/2024). IHSG pada Senin sore ditutup melemah di tengah penguatan mayoritas bursa saham kawasan Asia.IHSG ditutup melemah 168,98 poin atau 2,20% ke posisi 7.527,93. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 21,01 poin atau 2,19% ke posisi 938,92. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/30/09/2024]
Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten yang menerapkan prinsip lingkungan (environmental), sosial (social), dan tata kelola (governance) dalam bisnisnya, memiliki citra yang baik di mata investor. Namun, kinerja saham tak selalu mengikuti reputasinya. 

Ambil contoh, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang sepanjang tahun ini turun 15,11% year to date hingga Kamis (10/10). Nilai transaksinya mencapai Rp 224,8 triliun, jauh meninggalkan PT Astra International Tbk (ASII) yang berada di posisi kedua, dengan nilai turnover sebesar Rp 62,6 triliun. 

Saham BBRI, berdasarkan perating Sustainalytics, memiliki rating ESG 17,8 alias punya risiko ESG rendah. Bank BRI juga sangat mendukung kegiatan ESG dan keberlanjutan. Total kredit untuk kegiatan berkelanjutan (sustainable financing) mencapai Rp 793,6 triliun pada akhir Juni 2024. 

Labanya mengesankan, mencapai Rp 29,89 triliun dan bisa lebih tinggi lagi dibanding akhir 2023 yang mencapai Rp 60,4 triliun. Aksi lingkungannya juga tak main-main. Dari aksi penanaman pohon selama ini, BRI mengklaim, menyerap karbon sampai 780.606 KgCo2e, atau setara dengan penyerapan emisi dari pembakaran 372.671 liter bensin, emisi 195 kendaraan selama 1 tahun, dan emisi 170 rumah dengan menggunakan energi listrik 1 tahun. 

Pergerakan saham yang redup juga dialami saham dengan ponten risiko ESG paling bagus se-Indonesia, yaitu PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO). Dengan rating risiko ESG 7,1 alias risikonya bisa diabaikan, saham anak usaha PT Pertamina Power Indonesia ini flat atau tumbuh 0% year to date hingga Kamis (10/10). 

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menjelaskan, untuk saat ini, sepertinya belum banyak investor yang memahami nilai ESG. Jadi, investor masih sedikit mengabaikan poin lebih dari ESG. 

Sekadar mengingatkan, indeks saham yang bertema ESG di Bursa Efek Indonesia (BEI) bergerak bervariasi. Di bursa, ada empat indeks ESG. Mayoritas, kinerjanya turun. 

Indeks Sri-Kehati tercatat turun 4,14% sepanjang tahun ini. Indeks ini mengukur kinerja harga saham dari 25 perusahaan tercatat yang memiliki kinerja baik dalam mendorong usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan hidup, sosial, dan tata kelola perusahaan yang baik atau disebut Sustainable and Responsible Investment (SRI). 

Indeks ESG Sector Leaders IDX Kehati turun sebesar 1,74%. Indeks ini berisikan saham-saham dengan hasil penilaian kinerja ESG di atas rata-rata sektornya serta memiliki likuiditas yang baik.

Sedangkan ESG Quality 45 IDX Kehati melorot 2,75%. Indeks ini berisikan 45 saham terbaik dari hasil penilaian kinerja ESG dan kualitas keuangan perusahaan serta memiliki likuiditas yang baik.

Ketiga indeks ini merupakan hasil kerjasama BEI dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati). 

Kinerja indeks ESG yang terakhir ini sedikit berbeda. Indeks IDX ESG Leaders malah naik 4,4%. Indeks ini mengukur kinerja harga dari saham-saham dengan penilaian ESG yang baik, tidak terlibat kontroversi secara signifikan, serta memiliki likuiditas transaksi dan kinerja keuangan yang baik. Penilaiannya dilakukan oleh Sustainalytics. Saat ini, ada 30 saham yang menjadi konstituen IDX ESG Leaders.

Sarkia Adelia, Analis Panin Sekuritas, melihat, prospek saham-saham ESG hingga akhir tahun cenderung moderat dan beragam, mempertimbangkan faktor-faktor eksternal. 

Faktor ini antara lain komitmen pemerintah dalam mempercepat transisi menuju net zero emission (NZE),  regulasi dan perubahan kebijakan di era pemerintahan baru, tantangan investasi, serta kondisi ekonomi hingga akhir tahun nanti. 

"Jika kita lihat pada perusahaan renewable energy yang memiliki rating ESG tertinggi yakni PGEO, kinerja keuangan relatif flat hingga akhir tahun, mempertimbangkan penurunan produksi dan tarif rata-rata harga jual (ASP)," kata Sarkia. Tapi, dia yakin, kinerja PGEO membaik di tahun depan. 

Adapun aksi ESG dari sektor lainnya masih perlu menunggu hasil yang lebih terlihat. Misalnya, kinerja perusahaan logam dan tambang, perlu dilihat perkembangan rencana hilirisasi mereka yang saat ini masih berkembang. Jika transisi ke hilirisasi berjalan dengan semestinya, seharusnya bisa memperbaiki rating ESG perusahaan-perusahaan ini.

Untuk perusahaan minyak dan gas, kinerja keuangan moderat dengan pertimbangan eskalasi di pasar global. Namun, untuk aksi ESG-nya, bisa diperhatikan usaha yang sedang mengembangkan teknologi penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon atau carbon capture, utilisation, and storage (CCUS). 

Perusahaan batubara pun yang mengembangkan bisnis pembangkit listrik dari energi terbarukan masih berjalan perlahan secara bertahap.

Saat ini, menurut Sarkia, sektor bank yang sudah berkomitmen mendukung pemerintah mencapai NZE dengan menerbitkan instrumen keuangan hijau, seperti green bond dan green loan. Kinerja perbankan juga diperkirakan positif di akhir tahun 2024 nanti.

Kuartal empat

Dari sini, Sarkia menilai, dampak penerapan ESG ke kinerja keuangan tidak terlalu signifikan. Penilaian investor terhadap saham di kuartal keempat tahun ini, biasanya lebih ke fundamentalnya. 

Pasalnya, di kuartal terakhir, perusahaan cenderung fokus pada optimalisasi operasional dan pengelolaan beban untuk memperbaiki margin. Selain itu, kuartal IV juga sering kali digunakan untuk penyesuaian terhadap target tahunan. 

"Sehingga, meskipun pertumbuhan pendapatan beberapa perusahaan melambat, perusahaan berupaya menjaga stabilitas melalui strategi efisiensi dan pengendalian biaya," kata dia. 

Sedangkan Sukarno melihat, meskipun beberapa saham ESG menunjukkan penurunan kinerja saham, secara umum masih menarik minat investor.

"Kenaikan Indeks ESG Leaders menunjukkan bahwa ada segmen saham ESG yang tetap performanya baik," ujar dia.

Apalagi, perusahaan dengan kinerja bagus memiliki nilai ESG yang baik, maka akan menarik minat investor. Karena itu, dia menilai,  prospek saham-saham ESG di kuartal empat tahun ini tetap positif.

Studi menunjukkan, perusahaan yang menerapkan prinsip ESG cenderung memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dalam jangka panjang. Selain itu, regulasi yang semakin ketat terkait persoalan lingkungan, sosial, dan tata kelola, bakal mendorong perusahaan untuk menerapkan praktik bisnis yang berkelanjutan. 

Sukarno menjelaskan, nilai risiko ESG yang dirilis membantu investor dalam mengidentifikasi perusahaan yang memiliki potensi risiko yang lebih tinggi terkait lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan. "Keuntungan untuk investor dalam jangka panjang, perusahaan memiliki kinerja keuangan yang lebih baik," tuturnya.

Memang, saat ini, ada tekanan jual dari asing terhadap saham, tak terkecuali saham ESG. Kondisi geopolitik juga mendorong asing menarik dana dari pasar berisiko. "Jika tekanan jual asing mereda dan perkembangan ekonomi global lebih baik, terutama tensi geopolitik bisa mereda, akan menjadi sentimen positif untuk saham-saham ESG," ucap Sukarno.

Sentimen penguat bagi saham-saham ESG ini juga diperkirakan akan datang dari aksi window dressing, yang biasanya terjadi di kuartal IV jelang tutup tahun. Ini akan menjadi peluang bagi saham-saham ESG untuk menguat.
 

Indeks Sri-Kehati IDX ESG Leaders
Kinerja YTD  
hingga Kamis (10/10)
-4,14% 4,40%
Top   Gainers Saham Kinerja Saham Kinerja
  DSNG 69,37% CMRY 34,66%
  JPFA 27,54% ACES 25,69%
  SIDO 24,76% SIDO 24,76%
  BMRI 14,88% BMRI 14,88%
  UNTR 14,48% CTRA 13,68%
  ICBP 13,95% BBCA 11,70%
  BBCA 11,70% BNGA 10,32%
  BBTN 11,20% MIKA 10,18%
  INDF 8,91% BSDE 9,72%
  SSMS 7,18% ERAA 7,98%
Top Losers Saham Kinerja Saham Kinerja
  SMGR -36,72% UNVR -35,41%
  UNVR -35,41% GOTO 20,23%
  EMTK -26,78% EMTK -26,78%
  INTP -26,60% BRPT 25,44%
  TLKM -25,32% TLKM -25,32%
  SCMA -23,53% SCMA -23,53%
  BBRI -15,11% MNCN -19,17%
  ANTM -9,97% BMTR -17,16%
  AVIA -4,00% TOWR -15,15%
  INCO -2,57% BBRI -15,11%

Sumber: Bloomberg

Penghuni bumi

Andrian A. Saputra, Retail Research Analyst PT CGS International Sekuritas Indonesia,  mengatakan, saham ESG biasanya identik dengan lingkungan dan masyarakat. Permasalahan lingkungan yang semakin penting menjadi perhatian masyarakat luas, termasuk investor. "Kita, sebagai penghuni Bumi dan pelaku, harus menjaga kelestarian lingkungan," kata dia dalam kelas Pasti Paham Investasi.

Ada sejumlah alasan perusahaan ESG layak dilirik. Pertama, di prinsip lingkungan, perusahaan ini dalam pelaksanaan bisnisnya memperhatikan keberlanjutan alam dan menjaga lingkungan sekitar. 

"Jangan sampai ketika kita ikut berperan, memilih perusahaan yang tidak menjaga atau merusak alam. Karena kita sebagai penghuni Bumi ini, harusnya bertanggungjawab juga," ungkap Andrian. 

Kedua, pada prinsip sosial, perusahaan berupaya menjaga hubungan baik antara perusahaan dan stakeholders, antara lain pegawai dan masyarakat secara luas.

Keempat, pada penerapan prinsip governance, perusahaan memiliki tata kelola yang baik, ada transparansi serta kontrol internal dan tetap memperhatikan hak-hak investor. Nah, ketika prinsip ini harus berjalan beriringan.

Perusahaan juga diuntungkan ketika menjalankan prinsip ini. Ambil contoh, untuk meningkatkan pengelolaan risiko dan mengambil peluang usaha. Efisiensi yang dilakukan perusahaan akan mendorong inovasi.

Selain itu, menjaga reputasi perusahaan. Penerbitan laporan keberlanjutan atau sustainability report berkualitas, akan meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan. 

Keuntungan bagi perusahaan lainnya adalah menarik investor. "Serta, lebih adaptif terhadap perubahan dan regulasi, sehingga lebih unggul dari kompetitor dalam menghadapi perubahan," ujar Andrian.

Berinvestasi di saham-saham ESG ini bisa menjadi tambahan keuntungan bagi investor saham, selain mendapatkan dividen dan capital gain dari kenaikan harga saham. 

"Goals-nya, selain mendapat return yang optimal dan konsisten, dalam jangka panjang, kita bisa mendapat dampak positif, bukan untuk kita sendiri tapi juga masyarakat dan planet," kata Andrian. 

Bagi investor pemula, tidak perlu bingung mencari deretan saham ESG. Investor bisa memulainya dengan mencari indeks ESG.

Sejumlah saham menjadi pilihan dari para analis ini. Andrian menyematkan rekomendasi add untuk BBCA, BBRI, BBNI, BMRI, CTRA, PWON, TOWR, CMRY, dan JSMR. Rekomendasi hold untuk SIDO dan TBIG. Saham-saham ini datang dari sektor yang dianggap peka dengan potensi penurunan bunga lebih lanjut di kuartal IV ini.

Sukarno juga melihat, secara prospek, mayoritas saham ESG menarik. Saham pilihan dari Kiwoom Sekuritas untuk first liner ada BBRI, BBNI, ANTM, ACES, AUTO, SIDO, TLKM, JSMR, PGEO, BSDE, CTRA, dan GOTO. Dari second liner, ada ERAA, dan MNCN. 

Sarkia menyebutkan, saham BCA, BMRI, HEAL, MIKA, EXCL, CTRA, BSDE masih menarik dikoleksi.

Cuma, Andrian mengingatkan, memilih saham tetap memiliki risiko seperti fluktuasi pasar. Saran dia, gunakan uang dingin untuk berinvestasi saham. Jangan takut kehilangan momen atau fomo

"Kenali perusahaan dengan analisis mendalam fundamental," sebut Andrian.                  ​

Selanjutnya: Riuh Sentimen, Asuransi Jiwa Racik Strategi

Bagikan

Berita Terbaru

Pilah-Pilah Emiten Minyak Saat WTI dan Brent Volatil, Antara RAJA, MEDC dan ELSA
| Senin, 14 Oktober 2024 | 09:30 WIB

Pilah-Pilah Emiten Minyak Saat WTI dan Brent Volatil, Antara RAJA, MEDC dan ELSA

Gejolak di Timur Tengah bisa memicu oil shock, namun dampaknya tidak sebesar efek konflik Rusia dan Ukraina.

Terombang-ambing Stimulus China, Kini Pasar Saham RI Merana tapi Nanti bisa Berjaya
| Senin, 14 Oktober 2024 | 09:00 WIB

Terombang-ambing Stimulus China, Kini Pasar Saham RI Merana tapi Nanti bisa Berjaya

Jika stimulus China berhasil, ekonomi RI bisa terungkit.

Wacana Pungutan PNBP dari Industri Gim
| Senin, 14 Oktober 2024 | 08:10 WIB

Wacana Pungutan PNBP dari Industri Gim

Pemerintah tengah mengkaji pungutan PNBP dari gim

Insentif Tarif Pajak Masih Menggantung
| Senin, 14 Oktober 2024 | 08:05 WIB

Insentif Tarif Pajak Masih Menggantung

Penundaan PPN 12% dan pemangkasan PPh badan perlu merevisi UU

Produksi Batubara Naik Menjadi 624 Juta Ton
| Senin, 14 Oktober 2024 | 08:00 WIB

Produksi Batubara Naik Menjadi 624 Juta Ton

Produksi batubara nasional per 13 Oktober mencapai 624,16 juta ton atau 87,91% dari target produksi 710 juta ton,

Menengok Penawaran Saham IPO DAAZ, Entitas Aserra Group yang Terafiliasi dengan APEX
| Senin, 14 Oktober 2024 | 07:56 WIB

Menengok Penawaran Saham IPO DAAZ, Entitas Aserra Group yang Terafiliasi dengan APEX

Periode bookbuilding IPO DAAZ berlangsung hingga 18 Oktober 2024. 

Minyak Sawit Mengungkit Surplus Neraca Dagang
| Senin, 14 Oktober 2024 | 07:53 WIB

Minyak Sawit Mengungkit Surplus Neraca Dagang

Kinerja ekspor pada September diperkirakan meningkat sejalan dengan kenaikan harga CPO

Pasar Sepeda Motor Nasional Tancap Gas
| Senin, 14 Oktober 2024 | 07:45 WIB

Pasar Sepeda Motor Nasional Tancap Gas

Merujuk data AISI, penjualan sepeda motor Januari-September 2024 tercatat 4.872.496 unit, naik 3,19% yoy.

Goodyear Indonesia (GDYR) Meramaikan Pasar Produk Ban Offroad
| Senin, 14 Oktober 2024 | 07:20 WIB

Goodyear Indonesia (GDYR) Meramaikan Pasar Produk Ban Offroad

Wrangler Duratrac RT menggunakan teknologi duraedge traction performance, sehingga memberikan daya cengkeram.

Sempat Diimingi Gas Murah, Kini Status HGBT KCC Glass Korsel Dicabut Bahlil Lahadalia
| Senin, 14 Oktober 2024 | 07:17 WIB

Sempat Diimingi Gas Murah, Kini Status HGBT KCC Glass Korsel Dicabut Bahlil Lahadalia

KCC Glass Indonesia kini sudah membangun pabrik kaca di KIT Batang, Jawa Tengah.

INDEKS BERITA

Terpopuler