KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Evaluasi kinerja 2018 agaknya menjadi alarm serius bagi manajemen PT Sierad Produce Tbk (SIPD) untuk segera mencari solusi atas tantangan bisnis yang dihadapi. Maka dari itu, mereka menyusun kiat demi membesarkan lini bisnis produk olahan ayam dan pembiakan ayam.
Mengintip materi paparan publik yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) 3 Mei 2019, Sierad Produce menghadapi tujuh tantangan bisnis. Dua di antaranya yakni kenaikan harga kedelai dunia sekitar 20% sampai dengan pertengahan tahun 2018 dan terbatasnya produksi jagung lokal yang juga mengerek harga jual. Kedua komoditas tersebut merupakan bahan baku pakan ternak.
Sierad Produce mengakui bisnis pakan sangat bergantung pada fluktuasi harga bahan baku. Sementara marginnya juga tidak lebih tinggi ketimbang lini bisnis lain.
Pada kenyataannya, hingga kuartal I-2019 Sierad Produce masih mengandalkan lini bisnis pakan ternak sebagai kontributor utama penjualan. Nilai penjualan pakan ternak mencapai Rp 595,39 miliar atau setara 42,83% terhadap total penjualan kotor sebelum dikurangi eliminasi yakni senilai Rp 1,39 triliun.
Untuk meminimalkan risiko bisnis, Sierad Produce ingin komposisi penjualan dari lini bisnis produk olahan ayam dan pembiakan ayam membesar. "Harapannya Belfoods bisa berkontribusi 40%–50% bagi kami di tahun 2022 nanti," kata Tomy Wattemena, Direktur Utama PT Sierad Produce Tbk, dalam paparan publik kemarin (9/5).
Selama ini Sierad Produce menjalankan bisnis olahan ayam melalui anak usaha bernama PT Belfood Indonesia yang berdomisili di Bogor, Jawa Barat. Mengacu informasi dalam materi paparan publik, Belfood berkontribusi sebesar 12% terhadap penjualan kuartal I-2019.
Belfood Indonesia memproduksi aneka makanan olahan ayam dalam bentuk nugget. Meski menggadang-gadangnya sebagai penyumbang terbesar penjualan di masa yang akan datang, sejauh ini Sierad Produce belum berniat menambah pabrik.
Tahun ini, Sierad Produce mengalokasikan dana belanja modal alias capital expenditure (capex) sekitar Rp 99 miliar. Perusahan berkode saham SIPD di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut akan memanfaatkannya untuk membiayai operasional produksi dan revitalisasi fasilitas yang sudah ada.
Dengan cara memperkuat lini bisnis olahan ayam, Sierad Produce yakin mampu meraup nilai tambah alias added value. Pada saat yang bersamaan, mereka bisa meningkatkan efisiensi biaya lantaran juga menguasai hulu industri ayam lewat pembibitan dan peternakan ayam.
Sementara khusus pada tahun ini, Sierad Produce juga masih optimistis. Mereka menargetkan pertumbuhan penjualan 20% year on year (yoy) hingga akhir tahun nanti. Kalau mengacu pada capaian penjualan bersih tahun lalu senilai Rp 3,12 triliun, artinya target penjualan bersih tahun ini mencapai Rp 3,74 triliun.
Target kinerja Sierad Produce mengacu pada rapor kuartal I-2019. Penjualan bersih mereka terhitung tumbuh 37,29% yoy menjadi Rp 928,30 miliar. Tak cuma itu, kinerja bottom line juga tercatat untung Rp 13,25 miliar. Padahal dalam periode yang sama sebelumnya, perusahaan itu menanggung rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias rugi bersih.
Dalam tiga bulan pertama tahun ini, Sierad Produce merasa permintaan ayam mendaki. "Didorong pertumbuhan ekonomi yang juga diikuti kenaikan konsumsi ayam hingga 9%–11%," terang Tomy.