ST-003 Dinilai Bakal Laris Manis Jika Memberikan Kupon Minimal 8%
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagi investor ritel yang belum menggenggam saving bond ritel seri SBR005, tak perlu pusing. Mulai 1 Februari nanti, pemerintah bakal menerbitkan surat berharga negara (SBN) ritel lagi. Kali ini berbasis syariah, yakni Sukuk Tabungan seri ST-003.
Masa penawaran ST-003 akan berlangsung hingga 20 Februari 2019. Pemerintah terlihat percaya diri ST-003 bakal laris manis, karena target ST-003 lebih tinggi dari ST-002 yang Rp 1 triliun.
"Target ST-003 bisa sekitar Rp 2 triliun," kata Dwi Irianti Hadiningdyah, Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan kepada KONTAN, kemarin (29/1).
Pemerintah akan merilis besaran kupon ST-003 Kamis (31/1). Menurut Dwi, saat ini pihaknya masih menghitung besaran kupon serta spread tetap untuk ST-003.
Sementara para analis memperkirakan, kupon ST-003 bakal sama dengan SBR005. Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja menyebut, karena Bank Indonesia 7-day repo rate (BI 7-DRR) masih 6%, besar kemungkinan pemerintah tetap mempertahankan spread tetap untuk ST003 di level 215 bps atau 2,15%.
Ini artinya ST003 akan memiliki kupon minimal 8,15%. "Kalau kisaran kuponnya di level 8%–8,15%, instrumen ini masih bisa laku," jelas dia.
Research Analyst Capital Asset Management Desmon Silitonga juga memperkirakan, spread tetap untuk ST003 masih di level 2,15%. Level tersebut cukup menarik bagi para investor ritel, kendati kupon minimal yang diterima nantinya lebih rendah ketimbang ST-002.
Desmon menambahkan, sebaiknya pemerintah tidak menurunkan spread tetap ST-003. Sebab, penurunan selisih suku bunga dan kupon SBN akan mempengaruhi minat investor ritel yang kerap membandingkan nilai imbal hasil antar sesama SBN ritel maupun dengan instrumen lainnya, seperti deposito.
Namun Eric menilai, nilai penjualan ST003 termasuk SBN ritel lainnya yang akan dirilis tahun ini sulit menyamai capaian seri-seri yang telah terbit di tahun lalu. Pasalnya, kondisi pasar obligasi Indonesia sekarang sudah berbeda bila dibandingkan tahun lalu.
Pada 2018, investor masih memandang The Federal Reserves agresif dalam menaikkan suku bunga acuan di 2019. Ini membuat investor ritel berbondong-bondong membeli SBN ritel, terutama yang tidak diperdagangkan di pasar sekunder.
Sekarang, The Fed justru bersikap dovish dan membuat volatilitas pasar obligasi Indonesia berkurang. Sentimen ini mendorong sebagian investor ritel untuk langsung mengoleksi obligasi konvensional yang dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
Faktor penawaran SBN ritel yang cukup banyak dan masa penawaran yang saling berdekatan juga bisa mempengaruhi penjualan instrumen tersebut, tak terkecuali ST-003.
Sebab, tak sedikit investor yang memilih menunggu momen yang tepat untuk membeli SBN ritel. Terlebih lagi, suku bunga acuan masih berpeluang naik, sebelum akhirnya turun kembali.
Selain itu, isu melambatnya pertumbuhan dana pihak ketiga di sektor perbankan juga bisa membuat penjualan ST-003 tersandung. Pasalnya, Mitra distribusi bakal tidak terlalu ngotot dalam menjajakan SBN ritel.