Star Energy Mengerek Pendapatan Barito Pacific (BRPT)

Sabtu, 30 Maret 2019 | 07:47 WIB
Star Energy Mengerek Pendapatan Barito Pacific (BRPT)
[]
Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi, Sanny Cicilia | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang mengakuisisi Star Energy Geothermal pada Juni 2018, mulai menuai hasil. Perusahaan pembangkit listrik ini membawa stabilitas bagi bisnis BRPT.

Laporan keuangan 2018 BRPT menunjukkan, perusahaan mencatatkan pendapatan US$ 3,07 miliar. Jika memasukkan entitas Star Energy pada kinerja 2017, pendapatan BRPT terkerek 7,8%.

Penyumbang terbesarnya antara lain bisnis petrokimia dari PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang naik 5,1% menjadi US$ 2,54 miliar. Pencapaian ini didorong realisasi harga penjualan rata-rata yang lebih tinggi. Pendapatan ini jadi sandaran saat volume penjualan turun akibat penghentian produksi terjadwal pabrik Butadiene.

Adapun pendapatan bisnis panas bumi dari Star Energy naik 23,4% jadi US$ 522 juta, karena penambahan aset Salak dan Darajat yang diakuisisi dari Chevron 2017 lalu.

Kendati kontribusi petrokimia mencapai 83%, sumbangan kedua bisnis utama ini pada EBITDA BRPT sama besarnya. "Sebab margin EBITDA Star Energy sebagai perusahaan pembangkit listrik relatif tinggi, mencapai 80% dan stabil," kata Gaurav Yadav, GM Investor Relation Barito Pacific Tbk, kemarin (29/3).

Di sisi lain, BRPT mencatatkan penurunan laba kotor 8,4% menjadi US$ 805 juta akibat penurunan kontribusi margin bisnis petrokimia. Laba bersih pun turun 35,5% menjadi US$ 241 juta di 2018.

Anggota indeks Kompas100 ini, akan fokus pada dua bisnis utamanya. "TPIA akan ekspansi untuk menaikkan kapasitas. Sedangkan Star Energy akan menurunkan utang," kata Gaurav.

Tahun 2019, TPIA menganggarkan belanja modal (capex) sebesar US$ 465 juta. "Mayoritas capex dipakai untuk peningkatan kapasitas produksi dan persiapan pembangunan kompleks pabrik II PT Chandra Asri Perkasa," kata Direktur SDM dan Urusan Korporat TPIA Suryandi.

Sementara, Barito Pacific enggan menyebutkan besaran capex 2019 dengan alasan tak sebesar tahun lalu. Pada akhir 2018, BRPT sudah dapat pinjaman baru US$ 200 juta untuk membiayai pinjaman dari Bangkok Bank di awal 2019.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

BABY Targetkan Pertumbuhan Dua Digit, Begini Strategi Ekspansinya Tahun Depan
| Selasa, 09 Desember 2025 | 09:20 WIB

BABY Targetkan Pertumbuhan Dua Digit, Begini Strategi Ekspansinya Tahun Depan

PT Multitrend Indo Tbk (BABY) ikut memanfaatkan tren shoppertainment di TikTok Shop dan berhasil mengerek penjualan lewat kanal ini.

Potensi Pasar Menggiurkan, Robinhood Akuisisi Buana Capital dan Pedagang Aset Kripto
| Selasa, 09 Desember 2025 | 09:03 WIB

Potensi Pasar Menggiurkan, Robinhood Akuisisi Buana Capital dan Pedagang Aset Kripto

Reputasi global tidak serta-merta menjadi jaminan keamanan dana nasabah yang anti-bobol, mengingat celah oknum internal selalu ada.

Beda Nasib Hingga Prospek Anggota MIND ID di 2026: INCO dan PTBA (Bag 2 Selesai)
| Selasa, 09 Desember 2025 | 08:29 WIB

Beda Nasib Hingga Prospek Anggota MIND ID di 2026: INCO dan PTBA (Bag 2 Selesai)

Faktor kebijakan pemerintah ikut memengaruhi kinerja dan prospek PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Mengintip Strategi Bisnis RAAM, Tambah 3-5 Bioskop per Tahun & Genjot Pendapatan F&B
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:54 WIB

Mengintip Strategi Bisnis RAAM, Tambah 3-5 Bioskop per Tahun & Genjot Pendapatan F&B

Penurunan penjualan PT Tripar Multivision Plus Tbk (RAAM) diimbangi oleh menyusutnya rugi bersih hingga 82%.

Akuisisi Korporasi Selalu Mengandung Ketidakpastian, Madu Atau Racun?
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:36 WIB

Akuisisi Korporasi Selalu Mengandung Ketidakpastian, Madu Atau Racun?

Akuisisi korporasi adalah keputusan investasi sangat strategis. Akuisisi  menjadi alat sebuah perusahaan untuk bertumbuh lebih cepat. ​

Dian Swastatika Sentosa (DSSA) Lunasi Obligasi dan Sukuk yang Jatuh Tempo
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:19 WIB

Dian Swastatika Sentosa (DSSA) Lunasi Obligasi dan Sukuk yang Jatuh Tempo

Jumlah obligasi yang jatuh tempo pada 6 Desember 2025 terdiri dari pokok sebesar Rp 199,17 miliar dan bunga keempat sebesar Rp 3,596 miliar.

Kantongi Dana Segar dari IPO, RLCO Bidik Laba Rp 40 Miliar
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:10 WIB

Kantongi Dana Segar dari IPO, RLCO Bidik Laba Rp 40 Miliar

PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (8/12).​

Investor Asing Masih Hati-Hati
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:08 WIB

Investor Asing Masih Hati-Hati

Kendati tampak pemulihan, investor asing masih berhati-hati berinvestasi, terlihat dari arus keluar dana asing yang dominan di pasar obligasi.​

Tantangan Penerapan Biodiesel B50 di 2026
| Selasa, 09 Desember 2025 | 06:54 WIB

Tantangan Penerapan Biodiesel B50 di 2026

SPKS juga menyoroti munculnya perusahaan seperti Agrinas Palma yang mengelola1,5 juta ha lahan sawit dan berpotensi menguasai pasokan biodiesel

Rupiah Loyo Mendekati Rp 16.700 per Dolar AS, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Selasa, 09 Desember 2025 | 06:51 WIB

Rupiah Loyo Mendekati Rp 16.700 per Dolar AS, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Pasar juga mewaspadai kurs rupiah yang terus melemah mendekati Rp 16.700 per dolar AS. Kemarin rupiah tutup di Rp 16.688 per dolar AS.

INDEKS BERITA

Terpopuler