Suntikan PMN Bukan Solusi Kesehatan BUMN

Rabu, 14 Juni 2023 | 04:56 WIB
Suntikan PMN Bukan Solusi Kesehatan BUMN
[Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (2/7/2020). . ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/nz]
Reporter: Bidara Pink, Dendi Siswanto, Maria Gelvina Maysha | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah sedang mengutak-atik postur anggaran tahun depan. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) semisal, akan mempertahankan setoran dividen perusahaan negara di level Rp 80,2 triliun pada 2024. 

Saat bersamaan, pemerintah juga bakal mengerek penyertaan modal negara (PMN) ke sejumlah BUMN menjadi senilai total Rp 57,96 triliun. Nilai PMN 2024 yang disodorkan Kementerian BUMN ini membengkak Rp 24 triliun atau 70,8% dari pagu awal senilai Rp 33,9 triliun. Suntikan modal negara tahun depan ini juga lebih tinggi daripada tahun ini Rp 47 triliun.

Menteri BUMN Erick Thohir sebelumnya menjelaskan, PMN 2024 akan dipakai untuk menuntaskan sejumlah proyek. Salah satunya penyelesaian proyek jalan tol. Pemerintah juga ingin mendorong kinerja BUMN yang mendapatkan suntikan dana negara tersebut.

Dengan estimasi penerimaan dividen tetap, sementara suntikan modal negara menanjak tahun depan, sejumlah kalangan mengkritisi kebijakan tersebut di tengah melemahnya kinerja sejumlah BUMN yang menerima PMN. 

Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi PKS Andi Akmal Pasluddin mempertanyakan kebijakan PMN yang masih terus dinikmati BUMN. Menurut dia, suntikan modal hanya akan membuat BUMN yang bersangkutan bergantung kepada sumber dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 

Baca Juga: Kucuran APBN ke BUMN Makin Deras Tahun 2024

Contohnya: sokongan PMN bagi BUMN karya dalam membangun proyek jalan tol dan proyek lainnya.

"Karena BUMN karya tidak punya kemampuan, APBN yang menjadi sasaran," ungkap dia kepada KONTAN, kemarin. 

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattov mengungkapkan, beberapa BUMN karya setelah mendapat PMN justru tak menunjukkan kinerja bagus. 

Bahkan ada BUMN karya mencatatkan rasio utang terhadap modal atau debt to equity ratio (DER) yang kian membengkak. Mengutip data Kementerian BUMN, dia mencontohkan PT Waskita Karya Tbk. (WSKT).

Salah satu BUMN karya ini mencatatkan DER pada 2022 sebesar  590%. Angka itu naik dalam empat tahun terakhir. Pada tahun 2019, DER WSKT 321%, naik menjadi 537% pada 2020, kemudian naik lagi di 2021 menjadi 570%. 

Begitu juga PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Pada 2019, DER WIKA sebesar 223%, naik menjadi 309% pada 2020. Kemudian sempat turun di 2012 menjadi 298%, namun kembali menguat pada 2022 menjadi 329%. Di 2024, Kementerian BUMN mengusulkan PMN senilai Rp 8 triliun untuk WIKA.

"Pemberian PMN justru tak banyak mendukung kesehatan BUMN. Maka, butuh strategi yang lebih fundamental," tutur Abra.

Dia menekankan perbaikan internal BUMN karya, termasuk memberantas kecurangan oknum yang bisa merugikan perusahaan maupun negara, serta meningkatkan persepsi negatif dari publik.

"Ini jadi anomali. Di satu sisi BUMN menerima PMN, tapi ada korupsi besar-besaran di tubuh BUMN karya yang menerima PMN," ucap Abra. 

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira juga mempertanyakan fungsi PMN tersebut. Sebab setelah tahun lalu BUMN berhasil menyetor dividen cukup tambun, tahun ini meminta jatah tambahan modal untuk 2024 yang lebih besar daripada tahun lalu.

"Kalau hanya diputar lagi, jadi tidak ada manfaat langsung ke APBN," sebut dia.

Ekonom Senior Indef Avialiani meminta pemerintah untuk mengukur multiplier effect dari setiap pemberian dana PMN kepada BUMN. Selama lima tahun terakhir (2019-2023), pemerintah telah menyuntikkan dana PMN senilai total Rp 213 triliun kepada BUMN.

Selain itu pemerintah harus selektif dalam memilih BUMN, mana yang perlu disuntik, termasuk mana yang bisa menyelesaikan problem. 

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subkhi, berjanji bakal mengkaji dan selektif dalam menyetujui alokasi dana PMN tersebut. Parlemen akan mencermati BUMN yang kurang optimal hingga yang perlu dorongan agar bisa mandiri dan berkiprah hingga level global.

Kementerian Keuangan juga menyatakan usulan PMN tahun 2024 belum masuk pembahasan bersama parlemen

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Biaya Pensiun Dini PLTU US$ 4,6 Miliar hingga 2030
| Kamis, 24 April 2025 | 05:40 WIB

Biaya Pensiun Dini PLTU US$ 4,6 Miliar hingga 2030

Meski biaya pensiun dini PLTU terbilang besar namun manfaat jangka panjang bagi kesehatan serta subsidi energi amat besar. 

Blokir Anggaran Dibuka, Proyek IKN Bergulir Lagi
| Kamis, 24 April 2025 | 05:30 WIB

Blokir Anggaran Dibuka, Proyek IKN Bergulir Lagi

Otoritas Ibu Kota Nusantara (IKN), Kementerian PU dan Kementerian PKP melanjutkan proyek Ibu Kota Nusantara.

Uni-Charm Indonesia (UCID) Membidik Pertumbuhan Dobel Digit
| Kamis, 24 April 2025 | 05:25 WIB

Uni-Charm Indonesia (UCID) Membidik Pertumbuhan Dobel Digit

Target pertumbuhan ini merupakan kelanjutan dari tren positif yang dibukukan perusahaan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2024

Impor Logam Mulia  Usik Cadangan Devisa
| Kamis, 24 April 2025 | 05:15 WIB

Impor Logam Mulia Usik Cadangan Devisa

Produsen emas melakukan impor untuk mengantisipasi permintaan emas yang terus berkilau hingga saat ini.

 Bersih-Bersih Laporan Kinerja, BUMI Menyiapkan Kuasi Reorganisasi
| Kamis, 24 April 2025 | 05:10 WIB

Bersih-Bersih Laporan Kinerja, BUMI Menyiapkan Kuasi Reorganisasi

Rencana aksi korporasi ini sempat melambungkan harga saham emiten pertambangan batubara milik Grup Bakrie tersebut. 

Manfaat Lebih Pasti, Produk Asuransi Dwiguna Kian Digemari
| Kamis, 24 April 2025 | 05:10 WIB

Manfaat Lebih Pasti, Produk Asuransi Dwiguna Kian Digemari

Dibanding produk unitlink, kepastian manfaat dari endowment menjadi daya tarik di tengah volatilitas pasar modal.

Instrumen Fiskal untuk Angkutan Nasional
| Kamis, 24 April 2025 | 05:06 WIB

Instrumen Fiskal untuk Angkutan Nasional

Adalah tugas negara menghadirkan transportasi publik yang layak, terjangkau, tepat guna dan terhubung hingga pelosok.

 Emiten Menara Grup Djarum Berhati-Hati Gelar Ekspansi
| Kamis, 24 April 2025 | 05:05 WIB

Emiten Menara Grup Djarum Berhati-Hati Gelar Ekspansi

 TOWR membidik pendapatan bisa tetap tumbuh low–single digit secara organik dibandingkan tahun 2024. 

Keputusan BI Menahan Suku Bunga Dinilai Tepat
| Kamis, 24 April 2025 | 05:00 WIB

Keputusan BI Menahan Suku Bunga Dinilai Tepat

Bank Indonesia kembali mempertahankan BI rate di level 5,75% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) April 2025

Waspada, Sentimen Negatif Bisa Membenamkan IHSG
| Kamis, 24 April 2025 | 05:00 WIB

Waspada, Sentimen Negatif Bisa Membenamkan IHSG

Pasar saham dalam negeri  kembali terancam sentimen negatif, salah satunya berasal dari langkah IMF memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia

INDEKS BERITA

Terpopuler