Suprajarto, Mantan Dirut Bank BRI Jadi Pemegang Saham Bakrie Sumatra (UNSP)
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan perkebunan PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP) kedatangan investor baru.
Ia adalah Suprajarto, mantan Direktur Utama (Dirut) Bank BRI yang kini mengempit 9,08% saham UNSP.
Kepemilikan Suprajarto di UNSP terekam dalam laporan kepemilikan investor di atas 5% per 30 Desember 2019.
Menurut catatan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Suprajarto mengambilalih 227.065.400 saham UNSP dari tangan Indo Alam Resources Pte., Ltd.
Usai transaksi tersebut, kepemilikan Indo Alam di UNSP menyusut dari 17,46% per 27 Desember 2019 menjadi 8,38% per 30 Desember 2019.
Tidak ada informasi pada harga berapa transaksi tersebut digelar.
Baca Juga: Ini Agenda Ekspansi Sejumlah Emiten Sawit
Di pasar reguler pada 27 dan 30 Desember 2019 volume perdagangan saham UNSP hanya sebanyak 849.700 unit senilai Rp 85,5 juta.
Transaksi dalam skala besar tercatat di pasar negosiasi pada 27 Desember 2019.
Pada saat itu terjadi crossing 213.506.400 saham UNSP yang difasilitasi Samuel Sekuritas.
Harga pelaksanannya di Rp 90 per saham sehingga total nilai transaksi tersebut mencapai Rp 19,3 miliar.
Tolak jabatan
KONTAN sudah meminta konfirmasi kepada Suprajarto terkait transaksi saham UNSP ini.
Namun tidak ada respon yang diberikan oleh lelaki yang pernah menjabat wakil dirut Bank BNI tersebut.
Nama Suprajarto sendiri menjadi buah bibir saat ia menolak jabatan Dirut Bank BTN.
Dirut Bank BRI periode 2017 hingga 2019 itu beralasan tidak pernah dikomunikasikan soal jabatan baru tersebut.
Ia diangkat sebagai Dirut Bank BTN dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar 29 Agustus 2019 di Jakarta.
Sedianya Suprajarto menggantikan Maryono yang sudah dua periode menjabat Dirut Bank BTN.
Baca Juga: Suprajarto Tolak Jabatan Dirut BTN, Ini Beda Gaji dan Tunjangan Direksi BRI dan BTN
Oh ya, secara fundamental sejatinya UNSP bukanlah emiten yang sahamnya menarik untuk dilirik.
Per 30 September 2019 ekuitasnya minus Rp 1,62 triliun, membengkak dari periode sama tahun sebelumnya yang sekitar Rp 1,43 triliun.
Ekuitas yang negatif membuat Bursa Efek Indonesia menyematkan notasi khusus kepada saham UNSP agar investor lebih berhati-hati.
Restrukturisasi utang
Sementara total liabilitas perusahaan yang terafiliasi dengan Group Bakrie itu mencapai Rp 14,21 triliun.
Sedikit menyusut dari posisi per 30 September 2018 yang sebesar Rp 14,80 triliun.
Dalam public expose tahunan pada 6 Desember 2019 silam, manajemen UNSP menyebut pihaknya masih bernegosiasi dengan kreditur terkait restrukturisasi utang perseroan.
Namun, tidak ada informasi lebih jauh terkait restrukturisasi utang tersebut.
Baca Juga: Awas, Ada 27 Saham dengan Notasi Khusus Gara-gara Defisiensi Modal
Di sisi lain, UNSP mampu membukukan kenaikan penjualan bersih 32,36% (year on year) menjadi Rp 1,42 triliun.
Namun, beban pokok penjualan yang membengkak signifikan membuat laba bruto yang dihasilkan hanya Rp 88,98 miliar. Jauh lebih kecil ketimbang per 30 September 2018 yang sebesar Rp 295,97 miliar.
Meski demikian, rugi bersih UNSP menyusut dari Rp 1,14 triliun menjadi Rp 186,25 miliar.
Hal ini disumbang oleh akun rugi neto dari operasi yang dilanjutkan yang turun dari Rp 1,51 triliun menjadi Rp 186,25 miliar.