KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tata kelola stabilisasi harga pangan di negeri ini masih mengidap penyakit laten berulang: fluktuasi harga. Bukan hanya menjelang atau saat hari-hari besar keagamaan, harga menjulang tinggi juga berulang tatkala pasokan terbatas. Baik pasokan dari impor maupun produksi dalam negeri. Sejatinya, pemerintah amat mengerti mengapa situasi berulang itu terus terjadi. Karena itu, apa yang mesti dilakukan seharusnya lebih mudah. Sayangnya, harapan itu tidak terjadi. Implikasinya, terlalu banyak tenaga, energi dan sumber daya yang terbuang sia-sia untuk hal yang seharusnya bisa dikelola dengan baik.
Hari-hari ini harga beras, minyak goreng kita, dan gula pasir bertahan di level tinggi. Bahkan, merujuk data Badan Pangan Nasional (Bapanas), Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Bank Indonesia dan Kementerian Perdagangan, harga ketiga komoditas ada di atas harga eceran tertinggi (HET). Hanya rerata harga beras medium dan premium di wilayah III (Maluku dan Papua), merujuk data Bapanas, tidak di atas HET. HET beras medium dan premium masing-masing Rp12.500-Rp13.500 dan Rp 14.900-Rp 15.800 per kilogram (tergantung wilayah). HET Minyakita Rp 15.700 per liter dan gula Rp 14.500-Rp 17.500 per kg.
Baca Juga: Pasar Saham & Obligasi Masih Menantang di 2025, Analis Menyebut era The Waiting Game
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.
Sudah berlangganan? MasukBerlangganan
Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan
Kontan Digital Premium Access
Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari
Rp 120.000
Berlangganan dengan Google
Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.