Tawarkan Obligasi Euro di Hong Kong, China Incar Perolehan Dana hingga Rp 66 T

Rabu, 10 November 2021 | 12:42 WIB
Tawarkan Obligasi Euro di Hong Kong, China Incar Perolehan Dana hingga Rp 66 T
[ILUSTRASI. Papan elektronik memperlihatkan pergerakan indeks Hang Seng di Hong Kong. (Photo by Budrul Chukrut / SOPA Images)]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - HONGKONG. Pemerintah China, Rabu, menerbitkan obligasi negara berdenominasi euro untuk menggalang dana hingga 4 miliar euro, atau setara Rp 66 triliun lebih. Penawaran obligasi euro ini cuma berselang tiga minggu setelah negara itu mengumpulkan US$ 4 miliar (Rp 57 triliun) melalui penjualan obligasi dolar Amerika Serikat (AS) yang menarik permintaan yang kuat.

Mengutip term sheet penawaran obligasi yang dilihat Reuters, Kementerian Keuangan China akan menerbitkan obligasi euro dalam tiga, tujuh dan 12 tahun. Dalam dokumentasi tertanggal 29 Oktober itu, Beijing menyatakan obligasi yang bertujuan menggalang dana senilai 4 miliar euro itu akan diterbitkan di bursa Hong Kong.

Beijing telah menerbitkan obligasi negara di luar negeri secara teratur. Ini merupakan bagian dari upaya China untuk melakukan integrasikan lebih dekat lagi dengan sistem keuangan global, sekaligus membangun harga patokan untuk obligasi korporasi China yang diterbitkan luar negeri. China melakukan penjualan obligasi euro sejenis pada tahun lalu dan 2019.

Baca Juga: Ancaman militer berat, Taiwan bilang China bisa blokir pelabuhan dan bandara utama

Penjualan obligasi euro ini terjadi setelah ekonomi China tumbuh lebih lambat akibat krisis energi dan lonjakan harga bahan baku. Penjualan obligasi euro ini juga muncul di saat pasar obligasi dolar China terperosok karena investor mencemaskan dampak penularan dari masalah utang yang membelit Evergrande Group.

Chen Jianheng, kepala penelitian pendapatan tetap di China International Capital Corp (CICC), salah satu penjamin emisi obligasi euro China, mengatakan obligasi negara China tetap menarik bagi investor global.

"Kami pikir China akan melonggarkan kebijakan moneternya sampai batas tertentu, sementara kebijakan moneter AS diperketat," kata dia. Chen menambahkan, menyempitnya selisih imbal hasil di antara obligasi negara China dengan negara-negara mitranya, yaitu AS dan Eropa, berarti investor menghadapi risiko suku bunga yang lebih kecil untuk membeli. obligasi China.

Baca Juga: Morgan Stanley prediksi ekonomi Indonesia bullish tahun depan, ini tiga pendorongnya

Penerbitan obligasi dolar AS pemerintah China senilai $4 miliar, bulan lalu, menuai penempatan dana hingga enam kali dari jumlah yang ditawarkan. Obligasi tersebut juga dijual dengan spread terendah untuk penerbitan tersebut, menurut CICC.

Panduan penetapan harga awal untuk obligasi berdenominasi euro telah ditetapkan pada tingkat swap menengah ditambah area 20 basis poin untuk kesepakatan 3 tahun, area 40 basis poin untuk periode 7 tahun, dan area 65 basis poin untuk tahap 12 tahun. , term sheet menunjukkan.

Chen dari CICC menyarankan bahwa China harus menerbitkan obligasi negara luar negeri lebih sering, dan meningkatkan tenor obligasi yang ditawarkan. Tujuannya, untuk lebih meningkatkan kurva imbal hasil, yang menjadi tolok ukur bagi perusahaan China untuk menentukan harga penerbitan luar negeri mereka.

Selanjutnya: Pemain Besar Absen, 6 Pabrikan Janji Stop Produksi Mobil Berbahan Bakar Fosil di 2024

 

 

Bagikan

Berita Terbaru

Indonesian Paradise Property (INPP) Siapkan Belanja Modal Rp 1,1 Triliun
| Jumat, 20 Juni 2025 | 04:25 WIB

Indonesian Paradise Property (INPP) Siapkan Belanja Modal Rp 1,1 Triliun

Alokasi dana belanja modal tersebut akan dibagi berdasarkan segmen bisnis utama perusahaan di tahun ini.

Tekanan IHSG Masih Bisa Berlanjut
| Jumat, 20 Juni 2025 | 04:25 WIB

Tekanan IHSG Masih Bisa Berlanjut

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok ke zona merah dan meninggalkan level 7.000. Pelemahan ini masih bisa berlanjut

Alarm Restrukturisasi Perdagangan RI
| Jumat, 20 Juni 2025 | 04:21 WIB

Alarm Restrukturisasi Perdagangan RI

Reformasi struktural dan kebijakan industri yang terarah akan menjadi kunci menuju ketahanan ekonomi nasional.

Kinerja Dapen Masih Dihantui Risiko Global
| Jumat, 20 Juni 2025 | 04:05 WIB

Kinerja Dapen Masih Dihantui Risiko Global

Kinerja investasi dana pensiun (dapen) masih dibayang-bayangi ancaman tekanan akibat perang tarif hingga konflik geopolitik.

Indeks Saham Terbakar Suhu Geopolitik yang Tinggi
| Jumat, 20 Juni 2025 | 02:00 WIB

Indeks Saham Terbakar Suhu Geopolitik yang Tinggi

Ada kekhawatiran bahwa perang Iran-Israel akan merembet ke negara-negara lainnya, dan memberikan dampak buruk bagi kondisi ekonomi dan politik.

Jumlah Penonton Bioskop Cinema XXI Membludak, Kinerja CNMA Diproyeksi Bakal Meningkat
| Kamis, 19 Juni 2025 | 10:50 WIB

Jumlah Penonton Bioskop Cinema XXI Membludak, Kinerja CNMA Diproyeksi Bakal Meningkat

PT Nusantara Sejahtara Raya Tbk (CNMA) diproyeksikan bisa menorehkan kinerja yang lebih baik di kuartal II-2025.

IPO Tetap Jadi Opsi Bagi Inalum Meski Bakal Dapat Dukungan Pendanaan dari Danantara
| Kamis, 19 Juni 2025 | 09:10 WIB

IPO Tetap Jadi Opsi Bagi Inalum Meski Bakal Dapat Dukungan Pendanaan dari Danantara

Danantara disebut bakal ikut mendanai proyek SGAR Fase II dan smelter aluminium baru di Kuala Tanjung.

Profit 32,02% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Kembali Tergerus (19 Juni 2025)
| Kamis, 19 Juni 2025 | 09:02 WIB

Profit 32,02% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Kembali Tergerus (19 Juni 2025)

Harga emas Antam hari ini (19 Juni 2025) 1.937.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 32,02% jika menjual hari ini.

Terdorong Harga Komoditas, Kinerja Emiten Grup MIND ID diproyeksikan Positif
| Kamis, 19 Juni 2025 | 09:00 WIB

Terdorong Harga Komoditas, Kinerja Emiten Grup MIND ID diproyeksikan Positif

Belakangan ini mulai terlihat adanya pemulihan harga komoditas, dan hal ini menjadi katalis positif bagi kinerja emiten-emiten di bawah MIND ID.

Selektif Memilih Saham-Saham Konglomerasi
| Kamis, 19 Juni 2025 | 07:48 WIB

Selektif Memilih Saham-Saham Konglomerasi

Saham Grup Bakrie dan Grup Barito masih unggul, didorong oleh rencana aksi korporasi dan membaiknya kinerja keuangan

INDEKS BERITA

Terpopuler